Yasmin mendengus. "Tentu saja aku mendoakan putraku yang terbaik! Apa untungnya putraku menikahi putrimu? Kerjaannya hanya untuk membereskan kekacauanmu, keluargamu hanya bisa menyusahkan Jeremy!"Saat dia mengatakan hal itu, dia mencibir, lalu berkata lagi, "Sekarang kamu baru berpura-pura menjadi ibu yang baik, bukankah kamu sangat senang ketika menjual putrimu?""Cukup!"Thasia menyela Yasmin dengan wajah dingin.Dia tahu Yasmin selalu menggunakan masalah 20 miliar itu untuk menghinanya.Bahkan jika tidak ada utang itu, Yasmin tidak akan menyukai dirinya menikah dengan Jeremy.Thasia memang setuju menikahi Jeremy karena alasan itu.Dia juga menyukai Jeremy, Kakek Okson menyadarinya, jadi beliau menyuruh mereka menikah.Jika orang lain, Thasia tidak akan mau menikah.Dalam beberapa tahun terakhir ini, pernikahannya dengan Jeremy tidak berjalan mulus.Namun, nilai tidak terlihat yang dia berikan pada Jeremy sudah melebihi 20 miliar itu.Thasia tidak merasa perlu memikirkan penghinaan
Santo akhirnya mengetahui keadaan sebenarnya melalui kata-kata Yasmin hari ini.Dia memandang Thasia. "Thasia, kamu menikah dengan Jeremy karena alasan 20 miliar itu?"Thasia terlihat tegang dan menggigit bibirnya. "Ayah ....""Kakek Okson memang sangat baik, aku akui itu, tapi pernikahan nggak bisa dipaksakan." Santo berkata dengan tenang, "Kita harus membayar kembali utang kita."Bianca tidak bisa berkata apa-apa, dia selama ini mengira putrinya telah menemukan pria yang baik, sehingga dia bisa memercayakan Thasia kepadanya.Hasilnya malah ....Kalau sudah seperti ini, bercerai adalah pilihan terbaik, memangnya apa yang harus dipertahankan lagi?Thasia berpikir sejenak, dia juga merasa sepertinya tidak perlu dipaksakan. Dia menunduk dan berkata, "Aku mengerti."Jeremy memandang Thasia, bertanya-tanya apa yang ingin dia katakan.Thasia berkata dengan terus terang, "Ayah, Ibu, karena keadaan sudah seperti ini, aku nggak akan menyembunyikannya lagi. Aku memiliki kontrak pernikahan tiga
Kedua keluarga itu merasa terkejutYasmin memandang gadis muda di depannya dan merasa sangat terkejut. Dia memastikannya lagi. "Apa kamu bilang? Kamu hamil anak putraku?"Ella merasa sedikit gelisah, dia tidak tahu apa konsekuensinya jika mengatakan hal ini.Dia hanya bisa bertaruh.Ella mengangguk. "Ya ... aku mengandung anak Pak Jeremy!"Mereka pun mendengarnya dengan cukup jelas kali ini.Wanita itu sedang mengandung anak Jeremy.Santo dan Bianca tertegun sejenak, ekspresi mereka pada akhirnya berubah menjadi tidak senang. Mereka tidak menyangka Jeremy punya anak di luar sana!Maka kehidupan seperti apa yang dijalani putri mereka di Keluarga Okson selama ini?Yasmin malah merasa sangat senang. Meskipun bukan Lisa yang hamil, selama bukan dari perut Thasia, maka ini adalah kabar baik.Anak dalam kandungannya adalah keturunan Keluarga Okson.Lisa memiliki tubuh yang lemah, mungkin saja dia tidak bisa melahirkan anak. Maka mereka harus mencari jalan keluar lain."Benarkah?" Yasmin lang
Thasia memahami maksud Yasmin, wanita itu mengatakan semua ini hanya untuk menekannya saja.Bianca awalnya sudah diam, tapi mendengar Yasmin mengatakan hal ini, dia merasa tidak senang lagi. "Kamu sombong sekali. Putramu selingkuh dan dia punya anak. Bahkan berselingkuh dalam pernikahan!"Yasmin membalasnya, "Jangan bicara yang nggak-nggak, putrimu yang nggak bisa hamil, kamu masih mau menyuruh putraku nggak boleh melirik wanita lain!""Diam!" seru Jeremy dengan dingin.Yasmin menatap Jeremy, melihat wajahnya semakin pucat, wanita itu pun terdiam. "Oke, aku akan diam. Kamu masih lemah, jadi kamu harus tetap berbaring di ranjang."Santo berkata, "Thasia, jangan bahas hal ini lagi, ayo kita pergi."Berbicara panjang lebar di sini tidak akan ada gunanya.Jeremy memandang Thasia. Keduanya saling memandang, Thasia juga segera membuang muka, "Oke, Ayah."Thasia tidak membantah dan berjalan ke arah Santo tanpa menoleh ke belakang.Jeremy menatap punggungnya yang tegas, alisnya berkerut dan di
Yasmin memandang Jeremy, yang memasang ekspresi tidak senang dan sedang berbaring di ranjang rumah sakit.Sebenarnya Jeremy bisa peduli pada gadis ini berarti menunjukkan bahwa pria itu masih memikirkan Lisa.Kalau begini maka semuanya jadi mudah.Pikiran Ella terus tertuju pada Jeremy, dia berkata kepada Yasmin. "Nggak ada yang menjaga Kak Jeremy, sebaiknya aku yang menjaganya.""Bagaimana bisa kamu yang menjaganya?" Yasmin tidak ingin Ella masuk. "Kamu sedang hamil, jadi kamu harus lebih berhati-hati. Kamu harus pulang ke rumah bersamaku. Ada banyak orang yang menjaga Jeremy, sedangkan kamu harus menjaga dirimu baik-baik."Ella sebenarnya sangat ingin tetap di sini untuk menjaga Jeremy. Sekarang Thasia sudah pergi, jadi dia mungkin punya kesempatan untuk membangun hubungan dengan Jeremy.Namun, ketika mendengar Yasmin mengatakan hal ini, dia pun tidak bisa membantah, jadi dia hanya bisa berkata, "Baiklah kalau begitu."Ella pun pergi dengan tatapan enggan.Ketika Jeremy sudah membaik
Lisa berkata, "Aku harus pergi ke rumah sakit.""Kalau kamu ke rumah sakit, bagaimana dengan syuting kita?" Sutradara itu sudah lama terjun di dunia film, dia belum pernah melihat ada artis yang langsung berhenti syuting dan bilang harus pergi ke rumah sakit.Lisa berkata, "Pak, Jeremy terluka dan sedang dirawat di rumah sakit. Aku merasa khawatir dan ingin melihat keadaannya."Ketika sutradara mendengar Jeremy terluka, dia pun membiarkannya, karena Lisa juga dikenalkan oleh Jeremy."Baiklah kalau begitu." Sekalipun sutradara itu merasa tidak senang kerjaannya ditunda satu hari, dia hanya bisa menerimanya.Lisa merasa senang. Untung dia tidak kehilangan perannya kali ini karena mengundur waktu syuting. Dia tersenyum dan berkata, "Terima kasih, Pak. Saat selesai syuting nanti, aku dan Jeremy akan mentraktirmu makan."Setelah itu, dia segera berjalan pergi.Aktor lain mulai mengeluh."Pak, kalau kaya gini kerjaan seluruh kru tertunda karena dia. Ibuku sedang sakit, tapi aku nggak pulang.
Tidak peduli Jeremy semarah apa, dia tetap harus memperhatikan tubuhnya.Jeremy tidak mendengarkan kata-kata Tony, pikirannya sedang dipenuhi oleh punggung Thasia.Sejak kapan wanita itu berani meninggalkannya."Telepon Thasia," kata Jeremy dengan dingin.Tony tertegun sejenak, dia tidak mengerti apa yang ingin dilakukan Jeremy.Dia juga merasa terkejut saat mengetahui keadaan rumah tangga mereka seperti ini.Tidak heran mereka merahasiakan pernikahan mereka.Tony kira selama ini Thasia tidak suka jadi pusat perhatian, jadi Pak Jeremy menghormati pilihannya dan merahasiakannya.Namun, ternyata pernikahan mereka tanpa didasari rasa cinta.Sayang sekali.Padahal dia menebak CEO Jeremy menyukai Thasia, tapi sekarang sepertinya pria itu tidak menyukai Thasia sebesar yang dia bayangkan.Tony tetap mengeluarkan ponselnya. "Oke."Tony menelepon Thasia.Saat itu, Thasia kebetulan sedang menemani orang tuanya pulang.Santo bersikeras untuk keluar dari rumah sakit. Dokter bilang patah tulangnya
Tony memandang Jeremy lagi. "Bu Thasia bilang ada di sisi kiri ruang ganti dan minta pembantu untuk mencarinya."Jeremy mengerutkan kening. "Bagaimana dengan jaket? Yang warna coklat.""Jaketnya digantung di lemari." Thasia menambahkan."Nggak jadi pakai sweater, aku mau jas saja dan dasi biru," kata Jeremy lagi.Thasia mengerutkan kening. "Ada banyak sekali dasi biru, dasi biru yang mana maksudnya?""Yang garis-garis vertikal."Thasia berkata, "Di kotak ke-28."Agar Jeremy tidak bertanya lagi, Thasia berkata, "Pak Jeremy, selain jas dan kemeja yang dibawa untuk dicuci, semuanya ada di lemari. Mbak pasti bisa menemukannya, kalau pakaian musim dingin, aku telah menyimpannya di kotak ruang ganti. Aku sudah meletakkan dengan rapi, mbak pasti bisa dengan mudah menemukannya. Semuanya sudah dibagi sesuatu kategori dan warna, jadi nggak akan salah ...."Tidak peduli apa yang Jeremy tanyakan, Thasia pasti bisa menjawabnya dengan cepat.Entah itu jaket atau sweater, bahkan Thasia ingat setiap m