Thasia turun ke bawah dan melihat reporter melakukan wawancara di pintu gerbang.Ada begitu banyak kamera yang diarahkan Evelyn dan putrinya, mereka sedang menangis sambil menceritakan kisah mereka.Mata Feni tampak bengkak karena menangis, dia berkata ke arah kamera, "Terima kasih atas perhatian kalian. Selama ada kalian, aku yakin kami akan diberikan keadilan!""Keadilan apa?" kata Thasia dengan wajah dingin, dia tidak suka melihat sikap mereka yang munafik dan bertanya langsung, "Kamu pikir aku akan takut dijelek-jelekkan oleh kalian di depan umum seperti ini?"Mereka semua menoleh dan melihat Thasia berjalan mendekat tanpa merasa takut.Evelyn langsung sadar dan menangis dengan histeris, dia menunjuk ke arah Thasia sambil berkata, "Thasia, dasar nggak punya perasaan. Aku ini bibimu, tapi kamu malah bersikap begitu kejam, kamu nggak memedulikan nasib kami. Sejak kecil hingga dewasa, kami selalu sayang padamu, bahkan nggak pernah bersikap kejam padamu, bagaimana bisa kamu memperlak
Feni kemudian berkata, "Benar, demi sepupuku, orang tuaku mengumpulkan uang untuk membiayai kuliahnya."Untuk mendapat keuntungan, mereka rela berbicara omong kosong dan tidak peduli pada hal lainnya."Dasar nggak tahu malu!""Nggak tahu terima kasih!"Tiba-tiba seseorang melemparkan sebutir telur ke arah Thasia, telur itu mendarat di hadapannya.Thasia menoleh dan melihat belasan orang sudah berdiri di gerbang, ada telur dan sayuran di tangan mereka.Mereka melempar semua itu ke arahnya.Thasia dengan cepat menghalanginya dengan tangan.Satpam yang melihat ini bergegas menghalanginya."Untuk apa dihalangi? Dia itu wanita jahat yang telah menghancurkan keluarga orang! Sekretaris apanya, dia itu simpanan orang lain!"Salah satu orang yang melemparkan telur ke arahnya mulai memakinya.Thasia melihat bahwa keadaan sepertinya menjadi lebih gawat dari yang dia kira, jadi dia pun menjadi waspada.Evelyn mencari sampai ke sini, lalu ada orang yang melemparinya barang, Thasia merasa semua ini
Tidak jauh dari situ, terdengar suara seseorang berteriak dengan marah.Bianca mendorong kursi roda yang diduduki Santo, pria itu terlihat sangat marah.Thasia merasa terkejut. "Ayah, kenapa Ayah bisa ada di sini?"Evelyn berpikir dirinya bisa mendapat peluang dari Thasia, maka semuanya tidak akan menjadi masalah, tapi dia tidak menyangka Santo akan datang ke sini.Saat dia melihat Santo, wajahnya menjadi pucat. "Kak Santo."Santo memandangnya dengan serius. "Kamu menghina putriku seperti ini, bagaimana mungkin aku nggak datang! Evelyn, aku pikir kamu hanya memiliki sifat malas saja, tapi ternyata kamu juga jahat, bisa-bisanya kamu memfitnah putriku di depan media, kamu sungguh kejam!""Kak ... bukan begitu ...." Evelyn berkata, "Aku nggak memfitnahnya, aku hanya bilang bahwa Thasia nggak menghormatiku!"Santo mengerutkan keningnya, dia tidak mau mendengarkan penjelasannya, jadi segera memotong kalimatnya, "Apa artinya reputasi Thasia bagimu? Memangnya dia itu alat untukmu mencari keun
Thasia juga sudah menebaknya, dia bertanya, "Siapa?"Evelyn tertegun sejenak. "Aku nggak tahu namanya, aku nggak sempat menanyakan namanya, tapi dia terlihat masih muda. Aku yang dibodohi, bagaimana bisa aku memercayai kata-kata orang asing."Evelyn menangis dengan lebih keras, menyadari bahwa dirinya telah ditipu.Feni sama sekali tidak tahan dengan serangan dari netizen, wajahnya menjadi pucat dan dia menangis, "Apa yang harus aku lakukan? Nasibku sudah berakhir, aku pasti nggak akan bisa magang, nggak akan ada perusahaan yang mau menerimaku. Kak Thasia, tolong bantu aku, biarkan aku magang di PT Okson. Tolong bantu aku jelaskan bahwa diriku nggak kejam, bagaimana aku bisa mendapat kerjaan nanti?"Kedua orang itu memohon dengan sedih."Thasia, aku mohon padamu, tolong bantu adikmu. Begini saja, aku akan berlutut padamu!" Evelyn tahu keadaan saat ini sudah gawat, jadi dia berpikir merendahkan dirinya demi putrinya.Thasia tidak berkata apa-apa. Bersikap baik pada orang lain berarti ke
Sosok itu dari belakang terlihat mirip dengan seseorang.Thasia tidak berani asal menilai, dia ingin berjalan mendekat untuk melihat siapa orang itu.Saat hendak berjalan di pinggir jalan, tangannya dicengkeram oleh seseorang."Thasia, aku tahu kamu orang yang baik, tolong maafkan aku kali ini. Bibi nggak akan pernah mengulanginya lagi. Aku tahu aku salah!" Evelyn takut dibawa pergi oleh polisi, mungkin saja dirinya akan masuk penjara. Jika Thasia memaafkannya, dia tidak perlu ke penjara, jadi dia pun mencarinya dan memohon belas kasihan."Lepaskan aku."Thasia masih ingin mengejar orang tadi, tapi dia melihat pihak lawan berjalan semakin jauh, jadi dia berusaha melepaskan diri dari Evelyn.Evelyn memegangnya erat dengan mata memerah. "Bahkan kalau kamu nggak memikirkanku, pikirkan pamanmu yang juga anggota Keluarga Siris. Kalau aku dan putriku masuk penjara, bagaimana dengan pamanmu?""Kak Thasia!" Feni berlutut di depan Thasia. "Maafkan aku. Aku masih belum mendapatkan ijazah, aku ng
Thasia menunggu di luar ruang operasi. Pakunya tertusuk lumayan dalam dan memerlukan pembedahan untuk mencabutnya.Thasia khawatir paku itu akan melukai organ vitalnya."Bagaimana keadaan Jeremy?" tanya Bianca dengan cemas setelah tiba."Masih belum keluar," jawab Thasia.Bianca berkata, "Bagaimana bisa jadi seperti ini? Beraninya Evelyn menyakiti menantuku!"Santo tidak berkata apa-apa, dia hanya menunggu dengan tenang.Setelah itu, dokter berjalan keluar dari ruang operasi."Dokter, bagaimana keadaannya?" tanya Bianca.Dokter berkata, "Pakunya sudah dicabut. Jangan khawatir, pakunya nggak mengenai bagian vital. Dia akan membaik setelah istirahat beberapa hari."Kini semua orang menghela napas lega.Thasia juga merasa lega.Bagaimanapun, dia merasa bersalah atas cedera Jeremy.Jeremy saat ini dibawa ke ruang rawat dalam keadaan pingsan.Thasia sedang duduk di luar, dia hanya diam saja. Tadi Jeremy segera melindunginya tanpa memedulikan bahaya.Terkadang pria itu baik padanya.Terkadan
Yasmin mendengus. "Tentu saja aku mendoakan putraku yang terbaik! Apa untungnya putraku menikahi putrimu? Kerjaannya hanya untuk membereskan kekacauanmu, keluargamu hanya bisa menyusahkan Jeremy!"Saat dia mengatakan hal itu, dia mencibir, lalu berkata lagi, "Sekarang kamu baru berpura-pura menjadi ibu yang baik, bukankah kamu sangat senang ketika menjual putrimu?""Cukup!"Thasia menyela Yasmin dengan wajah dingin.Dia tahu Yasmin selalu menggunakan masalah 20 miliar itu untuk menghinanya.Bahkan jika tidak ada utang itu, Yasmin tidak akan menyukai dirinya menikah dengan Jeremy.Thasia memang setuju menikahi Jeremy karena alasan itu.Dia juga menyukai Jeremy, Kakek Okson menyadarinya, jadi beliau menyuruh mereka menikah.Jika orang lain, Thasia tidak akan mau menikah.Dalam beberapa tahun terakhir ini, pernikahannya dengan Jeremy tidak berjalan mulus.Namun, nilai tidak terlihat yang dia berikan pada Jeremy sudah melebihi 20 miliar itu.Thasia tidak merasa perlu memikirkan penghinaan
Santo akhirnya mengetahui keadaan sebenarnya melalui kata-kata Yasmin hari ini.Dia memandang Thasia. "Thasia, kamu menikah dengan Jeremy karena alasan 20 miliar itu?"Thasia terlihat tegang dan menggigit bibirnya. "Ayah ....""Kakek Okson memang sangat baik, aku akui itu, tapi pernikahan nggak bisa dipaksakan." Santo berkata dengan tenang, "Kita harus membayar kembali utang kita."Bianca tidak bisa berkata apa-apa, dia selama ini mengira putrinya telah menemukan pria yang baik, sehingga dia bisa memercayakan Thasia kepadanya.Hasilnya malah ....Kalau sudah seperti ini, bercerai adalah pilihan terbaik, memangnya apa yang harus dipertahankan lagi?Thasia berpikir sejenak, dia juga merasa sepertinya tidak perlu dipaksakan. Dia menunduk dan berkata, "Aku mengerti."Jeremy memandang Thasia, bertanya-tanya apa yang ingin dia katakan.Thasia berkata dengan terus terang, "Ayah, Ibu, karena keadaan sudah seperti ini, aku nggak akan menyembunyikannya lagi. Aku memiliki kontrak pernikahan tiga