Thasia membuka matanya dan melihat Tony membuka pintu mobil, lalu mengguncangnya, dia pun duduk dengan tegak dan berkata, "Ada apa?""Pak Jeremy sepertinya terlalu banyak minum hari ini, dia dari tadi nggak mau bangun," kata Tony.Thasia segera menoleh dan melihat Jeremy sedang tidur bersandar di sandaran kursi, posisinya masih sama dengan yang tadi, napasnya cukup teratur, juga tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun.Mungkin pria itu minum terlalu banyak dan merasa sedikit lelah.Namun, Jeremy bersikap seperti ini.Seingatnya pria itu tidak pernah tertidur dalam keadaan mabuk.Melihat mereka sudah sampai di depan rumah, Thasia pun berkata, "Aku akan meminta orang untuk membopongnya masuk.""Pak Tony, sudah larut. Kamu pulanglah dan istirahat." Thasia segera berdiri.Tony mengangguk. "Oke, tolong jaga Pak Jeremy baik-baik."Thasia keluar dari mobil, lalu segera masuk ke rumah untuk meminta para pelayan membopong Jeremy masuk.Setelah dibopong ke kamar, Jeremy segera dibaringkan di r
Thasia segera menyeka air mata di wajahnya, lalu kembali menatap pria itu. "Kamu terlalu banyak minum hari ini, berbaringlah dan tidur."Jeremy melihatnya dengan saksama, dia sedikit mengernyit dan bertanya, "Kamu menangis?"Thasia menundukkan kepalanya tanpa sadar. "Ada pasir masuk ke mataku."Jeremy bertanya, "Kenapa kamu menangis?"Jarang sekali dia melihat Thasia menangis, kalau sampai menangis, pasti karena wanita itu merasa sangat sedih.Mata Thasia tertuju pada tubuh Jeremy, wanita itu pun ragu-ragu sebelum bertanya, "Aku baru saja membersihkan tubuhmu dan melihat banyak bekas luka di sana.""Aku nggak tahu ternyata ada banyak bekas luka di tubuhmu."Tangan Jeremy terhenti. Ternyata Thasia menangis karena dirinya, dia pun bertanya, "Apakah kamu khawatir padaku?"Perkataannya membuat hati Thasia berdetak kencang, seolah-olah rahasia yang tersembunyi di hatinya akan segera terungkap. "Ini pertama kalinya aku melihat begitu banyak bekas luka di tubuh seseorang, pasti saat mengalami
Seolah-olah pria itu tidak waspada padanya.Thasia seakan-akan tahu di punggungnya juga pasti akan ada luka.Punggungnya yang kekar juga tidak mulus, terdapat banyak bekas luka, sehingga terlihat sangat mengerikan. Membuat ciptaan yang tidak tercela itu menjadi tidak sempurna.Thasia melihat punggungnya yang lebar. Dengan kemampuannya saat ini, Jeremy bisa membimbing seluruh Keluarga Okson, tapi siapa sangka ternyata dibalik itu Jeremy juga menanggung luka yang menyakitkan.Tangan Thasia menyentuh punggungnya, membuat tubuh Jeremy menegang. Pria itu tidak menolak sentuhannya, tapi suaranya yang serak terdengar, "Sudah nggak sakit lagi."Bekas luka itu melukai hati Thasia.Thasia tetap diam, tapi tangannya terkepal erat.Pria itu tidak mau membahasnya, mungkin luka ini adalah pengalaman yang tidak ingin diingat oleh Jeremy.Termasuk bagian bersamanya.Thasia merapatkan bibirnya, dia mundur beberapa langkah, lalu menarik tangannya.Dia menyadari bahwa Jeremy masih memiliki rahasia yang t
Kata-katanya itu mengejutkan Thasia, karena dia tidak pernah membayangkan kata-kata itu akan keluar dari mulut pria ini.Ciumannya bergerak turun, dari lembut menjadi lebih kasar, juga terasa posesif, hal ini membuat Thasia merasa linglung untuk beberapa saat.Ketika Thasia merasakan kesejukan di tubuhnya, ternyata kancing bajunya sudah dibuka oleh Jeremy, rasa dingin itu membuatnya langsung sadar. Thasia melirik ke arah perutnya, dia terkejut dan dengan cepat mendorong Jeremy menjauh. "Jangan!"Jeremy awalnya sudah sangat bersemangat, tapi dia segera tersadar setelah didorong dengan kuat.Dia melihat reaksi Thasia yang cukup berlebihan, ada sedikit makna panik di mata wanita itu sambil memegang pakaiannya dengan erat. Jeremy bisa melihat tatapan penuh perlawanan dan jijik dari Thasia terhadap sentuhannya.Tatapan Jeremy yang penuh nafsu segera menghilang, wajahnya langsung berubah menjadi dingin, bibir tipisnya sedikit merapat, dia berkata dengan dingin, "Kamu menjaga tubuhmu untuk Ja
Thasia menyelesaikan makanan terakhirnya dan meletakkan garpu.Dia tahu bahwa Yasmin memang tidak menyukainya.Jeremy telah beberapa kali tidak menaati Yasmin, hal ini membuatnya semakin tidak senang pada Thasia.Thasia berdiri dan memandang Yasmin. "Ibu, sebenarnya kamu juga nggak mau aku hamil, bukan?"Thasia tiba-tiba mengatakan hal ini, membuat Yasmin tertegun sejenak, kemudian dia kembali menjadi tenang. "Untuk apa kamu membahas hal ini?"Thasia berkata, "Kamu selama ini sangat ingin Lisa menjadi menantumu, mana mungkin kamu ingin aku melahirkan anak Jeremy? Kamu juga tahu kalau Jeremy nggak akan pernah menyentuhku, jadi kamu mengataiku, memberiku sup dan obat-obatan itu hanya untuk menghinaku saja."Karena sudah ketahuan Yasmin pun tidak berpura-pura lagi, "Baguslah kalau kamu tahu, bagaimana mungkin cucu Keluarga Okson keluar dari rahimmu itu." Setelah mengatakan hal itu, Yasmin merasa sedikit bangga, dia duduk dan berkata lagi dengan sangat sombong, "Orang yang Jeremy sukai itu
Kata-kata ini membuat Jeremy menghentikan langkahnya, lalu melihat ke arah Tony. "Wanita yang mana?"Sebagai pembawa pesan, Tony sudah merasa sangat gugup.Mereka jelas-jelas pasangan suami istri, tapi kenapa hubungannya menjadi seperti ini? Sang istri ingin membantu suaminya mencari wanita satu malamnya.Sang suami menyembunyikan pernikahan mereka, tapi sepertinya diam-diam menyukai istrinya.Tony tidak mengerti.Namun, dirinya malah terjebak di tengah-tengah, seperti biskuit berlapis, dia merasa gelisah setiap hari."Itu ... wanita satu malam Pak Jeremy."Setelah Tony mengatakan hal ini, dia bisa merasakan Jeremy langsung tidak senang.Jeremy sudah merasa kesal karena Thasia menolaknya kemarin, sekarang dia malah membawa wanita itu.Thasia sudah tidak sabar ingin lepas darinya?Jika Jeremy menjauh darinya dan jatuh ke pelukan wanita lain, Thasia sepertinya baru puas!Wajah Jeremy yang terlihat tidak senang seperti ditutupi oleh lapisan es, sehingga sangat mengerikan, tapi dia tetap t
Thasia memandang Ella. Wanita itu berbicara dengan sangat yakin sehingga Thasia hampir memercayainya.Namun, Tony ada di sini, juga ada pekerjaan yang harus diselesaikan, jadi Thasia pun tidak punya waktu untuk mengurusnya.Dia hanya bisa berjalan pergi.Tiga jam kemudian, Thasia masih belum kembali.Namun, saat ini, pintu ruang rapat dibuka.Setelah semua orang bubar, Jeremy keluar dari ruang rapat.Tony berdiri di satu sisi dan berkata, "Pak Jeremy, di ruang tunggu."Jeremy mengerutkan kening dengan tatapan dingin, dia melirik jam di pergelangan tangannya, lalu mencibir.Jeremy berbalik dan berjalan menuju ruang tunggu.Saat ini, hanya Ella yang ada di ruang tunggu.Wanita itu awalnya duduk dengan tegak, melihat tidak ada yang kunjung datang, dia pun berbaring di sofa sebentar.Jeremy membuka pintu dan melihat seorang wanita terbaring di sofa.Dia melihat ke sekeliling, tapi tidak melihat Thasia, jadi pria itu pun berjalan masuk.Jeremy memasukkan satu tangan ke dalam sakunya, berjal
Wajah Ella membeku, dia mengepal tangannya dengan erat.Melihat wanita itu tidak bisa berkata-kata, Jeremy mengerutkan kening dan bertanya lagi dengan dingin, "Apakah sulit untuk menjawabnya?"Pada saat ini, Thasia bergegas kembali dari luar, dia kebetulan mendengar pertanyaan ketus dari Jeremy.Thasia terlambat, dia melepaskan kenop pintu lagi.Ella terdiam untuk waktu yang lama, ditambah dengan Jeremy yang terus menekannya, mentalnya tiba-tiba terguncang.Wanita itu mengangkat tatapannya, menatap pria dingin di depannya. Jeremy tidak mudah dibodohi, juga sangat berbahaya. Jika dirinya melakukan satu kesalahan saja, maka dia akan berakhir dengan menyedihkan. Jadi dia berkata dengan takut, "Di hotel itu ... banyak orang kaya ... kalau aku bisa mendapatkan pria kaya, aku nggak perlu susah-susah kerja lagi."Kerutan di alis Jeremy semakin dalam, cara pandang pria itu terhadap Ella pun berubah.Ternyata wanita ini menjual tubuh demi uang.Dalam kehidupan masyarakat sekarang ini, memang ba