"Perusak bagaimana, sudah aku katakan kamu datang sebelum ada dia. Sudah aku katakan kalau aku tidak mencintai Alea," lapar Jonathan."Itu kata kamu, tetep saja mulut jahat mereka akan menyudutkan aku. Kasihan Cinta, dia akan di kucilkan," imbuh Berlian lagi."Tidak akan ada yang mengucilkan Berlian karena dia akan hidup sebagai tuan putri. Tidak ada yang akan berani menyakiti Cinta karena aku ayahnya."Jonathan bisa berkata seperti, tapi justru Berlian cemas jika ada satu satu dua orang yang menyudutkannya. Berlian belum berniat mencari bagaimana putri kecilnya lahir. Baginya usia sang anak belum cukup umur untuk tahu hal yang sebenarnya. Berlian menarik napas panjang, berdebat dengan Jonathan tak akan membuat pria itu mengalah walau sebenarnya dia itu salah pikir Berlian."Aku lelah, mau ke kamar dulu." "Tunggu." Jonatan menarik tangan Berlian, lalu menangkapnya dan menggulum bibir Berlian dengan paksa. Berlian mencoba menghindar tapi Jonatan semakin gila dengan rakus memaksa."L
"Berlian aku yang bawa ke sini. Lagi pula bukan urusan Papa." Jonathan mencoba membela Berlian. Pak Ferdinand menatap tajam Berlian yang kini tampil berisi dan tampak lebih cantik dengan make up tipis lagi itu. Bu Santi tak kalah memperhatikan Berlian, ia pun kembali mengingat saat bertemu dengannya saat di restoran. "Apa yang kamu inginkan sebenarnya dari anak saya Jonathan, untuk apa kamu datang dan kembali lagi?" Pak Ferdinand bertolak pinggang di hadapan Berlian. Tubuh Berlian gemetar, ia tidak habis pikir dengan pikiran Pak Ferdinand yang masih saja membencinya. Lidahnya pun kelu untuk menjawab pertanyaan itu. Jonathan tak mau melihat Berlian takut. Ia pun menghampirinya dan merangkul wanita itu di hadapan kedua orang tuanya. "Bi Asih, tolong bawa Cinta dan Miska ke dalam," ujar Arnold."Baik Pak." Asisten rumah tangga Arnold pun langsung membawa ke dua putri itu masuk ke dalam sesuai perintah.Arnold hanya tidak mau sejak kecil mereka berdua sudah di pertontonkan keributan
"Baik, kalau itu yang Papa inginkan. aku akan melepas semua yang sudah aku perjuangkan. Kali ini aku akan memperjuangkan cinta," ujar Joo Jonathan. Mendengar hal itu Ferdinand semakin murka, ia berharap Jonathan takut saat dirinya memiskinkan anaknya. Namun, semua di luar prediksi yang ia pikirkan. Jonatan malah santai dengan apa yang di putuskan olehnya."Papa jangan mencari aku jika perusahaan Papa bangkrut. Banyak penjilat di sana jika Papa tidak hati-hati, mulai detik ini aku bukan lagi CEO di Perut Papa. "Jo, Papa sedang emosi. Kamu jangan menambah panas suasana." Sekali lagi Bu Santi meredakan suasana. Hanya saja semua terasa sia-sis.Jonathan kali ini sangat yakin, ia bisa bahagia dengan istri dan anaknya nanti walau tanpa harta kekayaan Berlian pun bukan wanita yang memikirkan materialistis.Melihat sikap sang anak yang begitu keras, Ferdinand pun tanpa berpamitan langsung melangkah menuju mobilnya. Emosinya sudah tak tertahan lagi, ia memegangi dada yang kini mulai terasa s
Alva mencoba menghubungi Berlian, sejak ia melihat berita di sosial media mengenai pembatalan pernikahan Jonathan dengan Alea dirinya begitu cemas dengan mental Berlian. “Ke mana kamu Lian, aku cemas melihat berita itu,” ungkap Alva. Tanpa ia sadar, Bu Shafira mendengar apa yang ia katakan. Keduanya memang hanya anak dan ibu sambung, tapi Syafira sudah mengurus Alva sejak kecil hingga sang anak sambung pun sudah menganggap Shafira adalah Ibu kandung. “Pasti kamu cemas dengan berita tentang Berlian. Mama melihat tadi pagi, tapi mereka menyudutkan Berlian.”“Aki sudah menghubungi dia tapi tak bisa tersambung. Aku tidak bisa membayangkan menjadi dia,” ujar Alva.Shafira tidak mengerti juga kenapa ia merasakan ada hal lain. Melihat Berlian tersudut, ia ingin mencari dan memeluk wanita itu. Hanya saja, Alva saja sulit menghubunginya apalagi dirinya.“Aku akan mencari tahu dengan datang ke rumahnya.” “Rumah siapa yang akan kamu datangi?” Alva menoleh saat mendengar suara berat
“Ma, aku takut,” ujar Cinta. Suara besar Jonathan benar membuat Cinta takut. Anak kecil itu bersembunyi di belakang sang ibu. Tidak biasanya anak itu memilih Berlian untuk berlindung karena berpikir Jonathan sedang marah dan hal itu sangat menyeramkan. Jonathan tidak bisa mengontrol emosinya, ia berlutut di bawah dan meminta maaf pada Cinta. Ia berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi, ia pun harus membiarkan Berlian pulang dengan taxi online karena memaksa pun akan membuat emosinya tak terkendali. Berlian menggendong Cinta lalu ke luar dari rumah Arnold. Jonathan mengusap wajah kasar, ia begitu frustasi dengan apa yang terjadi dengannya. Apalagi kalimat demi kalimat yang terlontar dari mulut Berlian. “Dia sudah pulang?” tanya Arnold.“Sudah.” “Sepertinya kalian bertengkar hebat. Ada apa?” Arnold bisa melihat wajah Jonathan yang begitu masam. Ia tahu adiknya pasti sedang tidak baik-baik saja. Apalagi ia sempat mendengar saat Jonathan berteriak dengan kencang. “Benar k
“Apa yang terjadi, ceritakan pada nenek,” ujar Nenek Lastri.“Semuanya kacau, apa yang aku harapkan tidak sama dengan kenyataan.”Berlian mulai menceritakan apa yang tengah terjadi, masalah besar yang datang dari dirinya. Ia merasa menjadi beban dan menyebabkan masalah pada Jonathan. “Bukan masalah aku tak mau hidup miskin, hanya saja mana bisa Jo hidup seperti kita. Ada mimpi yang sejak lama ia capai, masa sudah terwujud harus terlepas kembali.” Berlian masih saja memikirkan Jonathan, ia tak mau kebersamaan mereka malah membuat hidup Jo menderita. Apalagi, sejak dulu ia hidup dengan berkecukupan. Mana mungkin hidup dengan keterbatasan. “Lalu, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Nenek Lastri. “Aku akan menjauh Nek. Biarkan dia bahagia, yang penting dia sudah tahu ada Cinta di antara kita. Tidak butuh bersama,” ujar Berlian. “Kamu yakin baik-baik saja?” “Yakin, Nek.” Nenek Lastri tidak benar-benar percaya dengan ucapan sang cucu. Berlian hanya sedang menutupi hati yang s
Berlian yang tengah menyiapkan pakaian pun berhenti. Ia menoleh putrinya tengah berpecak pinggang. Suara tinggi Jonathan yang menurut Cinta sangat kasar seolah-olah meruntuhkan semua kebaikan pria itu. Tidak seperti biasanya, Cinta yang begitu sayang pada Jonathan pun kini seperti tak mau melihatnya lagi. Bahkan panggilan yang awalnya Papi berubah menjadi Om kembali.“Jangan seperti itu om Jo, hanya sedang marah. Dia kan sudah minta maaf pada Cinta,” ungkap Berlian.Cinta terdiam. Seolah tengah memikirkan apa yang baru saja ibunya katakan. Akan tetapi, anak itu tetap saja tak menerima jika ibunya di bentak. Berlian dengan telaten memakaikan bedak dan minyak kayu putih, tak lupa menguncir rambut putrinya itu. Wajah Cinta masih saja masam tak sepeti biasanya ceria jika membicarakan Jonathan.“Cinta enggak suka om Jo marah, sukanya kalau dia sedang baik saja,” tutur Cinta.Cinta membahas tentang Jonathan membuat Berlian semakin digerus rasa sakit. Kenapa permasalahan tentang Jonathan t
“Kamu boleh membenci Berlian, tetapi Cinta adalah cucu kita. Darah daging Jonathan,” ujar Bu Santi kembali.Keduanya masih berdebat, bahkan api amarah pun semakin berkobar. Tak ada yang ingin mengalah, saling mempertahankan pendapat satu sama lain.Ferdinand mengusap wajahnya gusar. Kepalanya hampir pecah mengurusi perihal Jonathan yang seperti tidak ada akhirnya itu.“Aku ingin jika Cinta dapat tinggal bersama kita,” ujar Bu Santi.Mata Ferdinand terbelalak mendengar permintaan dari istrinya itu. Hal yang mustahil dapat terpenuhi. Ia tidak Sudi melihat anak itu setiap waktu.Bu Santi sudah meminta, memohon hingga menangis. Namun, Ferdinand masih teguh dengan pendiriannya. Ia tak mau menerima Berlian dalam kehidupannya.“Itu hal mustahil,” jawab Ferdinand.Bu Santi menggeleng, itu bukan sesuatu yang mustahil.“Itu tidak mustahil asal kau turunkan egoku sedikit saja, Cinta tidak bersalah dalam hal ini. Apa kamu tidak luluh melihat keluguannya? Apa hatimu tidak tersentuh melihat kelucua