"Baik, kalau itu yang Papa inginkan. aku akan melepas semua yang sudah aku perjuangkan. Kali ini aku akan memperjuangkan cinta," ujar Joo Jonathan. Mendengar hal itu Ferdinand semakin murka, ia berharap Jonathan takut saat dirinya memiskinkan anaknya. Namun, semua di luar prediksi yang ia pikirkan. Jonatan malah santai dengan apa yang di putuskan olehnya."Papa jangan mencari aku jika perusahaan Papa bangkrut. Banyak penjilat di sana jika Papa tidak hati-hati, mulai detik ini aku bukan lagi CEO di Perut Papa. "Jo, Papa sedang emosi. Kamu jangan menambah panas suasana." Sekali lagi Bu Santi meredakan suasana. Hanya saja semua terasa sia-sis.Jonathan kali ini sangat yakin, ia bisa bahagia dengan istri dan anaknya nanti walau tanpa harta kekayaan Berlian pun bukan wanita yang memikirkan materialistis.Melihat sikap sang anak yang begitu keras, Ferdinand pun tanpa berpamitan langsung melangkah menuju mobilnya. Emosinya sudah tak tertahan lagi, ia memegangi dada yang kini mulai terasa s
Alva mencoba menghubungi Berlian, sejak ia melihat berita di sosial media mengenai pembatalan pernikahan Jonathan dengan Alea dirinya begitu cemas dengan mental Berlian. “Ke mana kamu Lian, aku cemas melihat berita itu,” ungkap Alva. Tanpa ia sadar, Bu Shafira mendengar apa yang ia katakan. Keduanya memang hanya anak dan ibu sambung, tapi Syafira sudah mengurus Alva sejak kecil hingga sang anak sambung pun sudah menganggap Shafira adalah Ibu kandung. “Pasti kamu cemas dengan berita tentang Berlian. Mama melihat tadi pagi, tapi mereka menyudutkan Berlian.”“Aki sudah menghubungi dia tapi tak bisa tersambung. Aku tidak bisa membayangkan menjadi dia,” ujar Alva.Shafira tidak mengerti juga kenapa ia merasakan ada hal lain. Melihat Berlian tersudut, ia ingin mencari dan memeluk wanita itu. Hanya saja, Alva saja sulit menghubunginya apalagi dirinya.“Aku akan mencari tahu dengan datang ke rumahnya.” “Rumah siapa yang akan kamu datangi?” Alva menoleh saat mendengar suara berat
“Ma, aku takut,” ujar Cinta. Suara besar Jonathan benar membuat Cinta takut. Anak kecil itu bersembunyi di belakang sang ibu. Tidak biasanya anak itu memilih Berlian untuk berlindung karena berpikir Jonathan sedang marah dan hal itu sangat menyeramkan. Jonathan tidak bisa mengontrol emosinya, ia berlutut di bawah dan meminta maaf pada Cinta. Ia berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi, ia pun harus membiarkan Berlian pulang dengan taxi online karena memaksa pun akan membuat emosinya tak terkendali. Berlian menggendong Cinta lalu ke luar dari rumah Arnold. Jonathan mengusap wajah kasar, ia begitu frustasi dengan apa yang terjadi dengannya. Apalagi kalimat demi kalimat yang terlontar dari mulut Berlian. “Dia sudah pulang?” tanya Arnold.“Sudah.” “Sepertinya kalian bertengkar hebat. Ada apa?” Arnold bisa melihat wajah Jonathan yang begitu masam. Ia tahu adiknya pasti sedang tidak baik-baik saja. Apalagi ia sempat mendengar saat Jonathan berteriak dengan kencang. “Benar k
“Apa yang terjadi, ceritakan pada nenek,” ujar Nenek Lastri.“Semuanya kacau, apa yang aku harapkan tidak sama dengan kenyataan.”Berlian mulai menceritakan apa yang tengah terjadi, masalah besar yang datang dari dirinya. Ia merasa menjadi beban dan menyebabkan masalah pada Jonathan. “Bukan masalah aku tak mau hidup miskin, hanya saja mana bisa Jo hidup seperti kita. Ada mimpi yang sejak lama ia capai, masa sudah terwujud harus terlepas kembali.” Berlian masih saja memikirkan Jonathan, ia tak mau kebersamaan mereka malah membuat hidup Jo menderita. Apalagi, sejak dulu ia hidup dengan berkecukupan. Mana mungkin hidup dengan keterbatasan. “Lalu, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Nenek Lastri. “Aku akan menjauh Nek. Biarkan dia bahagia, yang penting dia sudah tahu ada Cinta di antara kita. Tidak butuh bersama,” ujar Berlian. “Kamu yakin baik-baik saja?” “Yakin, Nek.” Nenek Lastri tidak benar-benar percaya dengan ucapan sang cucu. Berlian hanya sedang menutupi hati yang s
Berlian yang tengah menyiapkan pakaian pun berhenti. Ia menoleh putrinya tengah berpecak pinggang. Suara tinggi Jonathan yang menurut Cinta sangat kasar seolah-olah meruntuhkan semua kebaikan pria itu. Tidak seperti biasanya, Cinta yang begitu sayang pada Jonathan pun kini seperti tak mau melihatnya lagi. Bahkan panggilan yang awalnya Papi berubah menjadi Om kembali.“Jangan seperti itu om Jo, hanya sedang marah. Dia kan sudah minta maaf pada Cinta,” ungkap Berlian.Cinta terdiam. Seolah tengah memikirkan apa yang baru saja ibunya katakan. Akan tetapi, anak itu tetap saja tak menerima jika ibunya di bentak. Berlian dengan telaten memakaikan bedak dan minyak kayu putih, tak lupa menguncir rambut putrinya itu. Wajah Cinta masih saja masam tak sepeti biasanya ceria jika membicarakan Jonathan.“Cinta enggak suka om Jo marah, sukanya kalau dia sedang baik saja,” tutur Cinta.Cinta membahas tentang Jonathan membuat Berlian semakin digerus rasa sakit. Kenapa permasalahan tentang Jonathan t
“Kamu boleh membenci Berlian, tetapi Cinta adalah cucu kita. Darah daging Jonathan,” ujar Bu Santi kembali.Keduanya masih berdebat, bahkan api amarah pun semakin berkobar. Tak ada yang ingin mengalah, saling mempertahankan pendapat satu sama lain.Ferdinand mengusap wajahnya gusar. Kepalanya hampir pecah mengurusi perihal Jonathan yang seperti tidak ada akhirnya itu.“Aku ingin jika Cinta dapat tinggal bersama kita,” ujar Bu Santi.Mata Ferdinand terbelalak mendengar permintaan dari istrinya itu. Hal yang mustahil dapat terpenuhi. Ia tidak Sudi melihat anak itu setiap waktu.Bu Santi sudah meminta, memohon hingga menangis. Namun, Ferdinand masih teguh dengan pendiriannya. Ia tak mau menerima Berlian dalam kehidupannya.“Itu hal mustahil,” jawab Ferdinand.Bu Santi menggeleng, itu bukan sesuatu yang mustahil.“Itu tidak mustahil asal kau turunkan egoku sedikit saja, Cinta tidak bersalah dalam hal ini. Apa kamu tidak luluh melihat keluguannya? Apa hatimu tidak tersentuh melihat kelucua
Bu Santi paham apa yang di hadapi sang suami. Mungkin Ferdinan kecewa, sejak tadi dia terus membela sahabat sejatinya. Namun, ternyata semua sia-sia karena Ibnu menunjukkan watak aslinya saat itu juga. Uang 500 juta, apa tidak sedikit pikir Bu Santi. Ia sempat mendengar percekcokan keduanya yang membuat Ferdinand meninggalkan Ibnu begitu saja. Tidak lama Bu Santi mendengar suara mobil yang sering digunakan Jonathan. Ia pun bergegas menyambut sang anak. Jonathan pulang ke rumah hanya ingin mengambil beberapa barang miliknya dan pergi dari rumah itu. Tekadnya sudah bulat ia memang akan segera keluar.“Jo, tadi Pak Ibnu datang,” ujar Bu Santi.“Untuk apa dia datang?” “Dia meminta pertanggungjawaban Papa kamu. Tapi, Papa bicara sesuai kenyataan, ia tak bisa menahan kamu. Eh, malah Ibnu bilang katanya Papa harus ganti rugi.”“Ganti rugi untuk apa?” Bu Santi menceritakan semuanya, Jonathan hanya terkekeh mendengar hal itu. Lalu ia bertanya bagaimana respon sang ayah yang mungkin kecewa
“Ya, aku harus menemui Pak Ferdinand ke kantornya.”Berlian sudah benar-benar bertekad untuk menemui pak Ferdinand. Ada yang harus dibicarakan dengan lelaki itu. Ia ingin menjelaskan sesuatu yang harusnya sudah dikatakan sejak awal. Dirinya ingin semua masalah selesai. Tak ingin bila ada perselisihan di antara Jonathan dan pak Ferdinand. Tanpa pikir panjang, ia mengambil tas dan pamit. Berlian tak mau menunda lagi untuk berbicara dengan Pak Ferdinand terkait Jonathan. Dengan menggunakan ojek, Berlian hanya membutuhkan waktu 45 menit untuk sampai ke kantor itu.Cukup lama ia memandang sebuah gedung pencakar langit yang sempat menjadi tempat mencari rezekinya. Sayangnya, ia tak lama bekerja di sana. Perlahan ia memasuki gedung itu dengan menggunakan masker di wajah. “Maaf, Mbak apakah pak Ferdinand ada di ruangan?” tanya Berlian pada seorang resepsionis kantor.Wanita dengan setelan jas itu, menelepon sekertaris dari sang ketua.“Ada janji?”Berlian terdiam, ia tampak sangat bi
6Hari ini adalah hari ulang tahun Al Bara, ya hari ulang tahunnya adalah hari di mana anak kandung Jonathan lahir. Tak mungkin Jonathan akan membedakan hari ulang tahun tersebut karena bagaimanapun juga anak lelaki itu adalah pengganti anak kandungnya. Pengganti kebahagiaan keluarganya, dan ia juga benar-benar menyayangi Al Bara seperti putranya sendiri.Apalagi juga dirinya benar-benar sangat menyayangi anak tersebut, kecerdasannya, serta kepiawaiannya membuat ia benar-benar merasakan kasih sayangnya. Entahlah mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa dirinya saat itu lebih memilih albara untuk menjadi anaknya, padahal di panti asuhan sangat sekali bayi-bayi lain. Namun, ia tetap saja memilih Al Bara untuk menjadi putranyaMereka semua sibuk menata ruangan. Dengan semringah dan gembira. Terlihat Berlian juga, Cinta dan Al yang sedang ikut mendekorasi. Memang wanita itu sengaja ingin mendekorasi ruangan itu bersama-sama dengan keluarga, tanpa menggunakan jasa. Berlian hanya ingin me
Jonathan duduk sembari memangku Al Bara. Anak laki-laki itu tadi berceloteh dan didengarkan sang ayah. Lucu, mulut kecil itu selalu mengatakan akan menjadi seperti papa Jo ketika besar. Apa yang selama ini dirinya niatkan jika lahirnya albara itu untuk membuat bahagia dirinya dan juga keluarganya, tetapi di saat ia tersenyum tiba-tiba senyuman itu lenyap seketika. Dimana dirinya kembali lagi mengingat detik-detik saat putranya hilang. Saat itu kebahagiaannya sudah tidak sempurna lagi. Walaupun ia tertawa karena kamu tetapi kebahagiaan itu bisa lenyap tiba-tiba.Jonathan memejamkan matanya, mengapa rasanya benar-benar begitu sangat sakit. Rasanya jauh lebih sakit saat dirinya dan juga berlian berpisah waktu itu. Pernyataan benar-benar merasa jika ia gagal menjadi seorang ayah karena dirinya tidak bisa menemukan dimana keberadaan putranya itu. Namun, Jonathan pun sudah melakukan berbagai macam cara untuk bisa menemukan di mana putranya berada, tapi semuanya hanya berakhir dengan sia-sia
Kabar baik dari Alva di sambut semringah oleh Berlian juga Jonathan. Berlian, tanpa beban dan tidak tahu jika anaknya bukanlah anaknya bisa tersenyum tanpa memikirkan apa pun. Dirinya merasa bahagia karena sekarang saudaranya itu sudah memiliki anak, pasti lengkap sudah kebahagiaan di keluarga mereka itu.Namun, berbeda dengan Jonathan yang walau tersenyum tapi hatinya tetap getir. Setiap memandang bayi itu, ia teringat sang anak. Bahkan, nama yang sudah dia persiapkan pun tak diberikan pada bayi laki-laki itu. Dirinya benar-benar berharap jika ada suatu keajaiban yang membawa putranya bisa kembali lagi, ia tidak mau kehilangan darah dagingnya. Pasti dirinya akan menyesal seumur hidup dan ia akan hidup dalam penyesalan setiap harinya. Sekarang pun ia terus saja berusaha untuk bisa menemukan di mana keberadaan sang anak tanda siang malam dirinya terus saja memikirkan tentang putranya itu.Lagi, Jonathan kembali berbicara pada bayi mungil itu. "Andai kau tahu, aku sesungguhnya belum bi
Mereka semua berkumpul di ruang tamu, Arnold datang bersama Mischa dan Rara yang sudah hamil besar. Putrinya itu sangat merindukan anak Jonathan, sejak tadi siang terus saja merengek sampai-sampai membuat Rara tidak mampu untuk membujuknya lagi dan akhirnya mereka semua datang ke kediaman Jonathan.Arnold langsung saja duduk di sebelah adiknya, dan sang istri langsung saja menghampiri Berlian yang tengah menggendong bayinya itu."Lian, duh jadi deg degan nunggu lahiran," tukas Rara.Rara tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, ia juga walaupun ini bukan pengalaman pertamanya melahirkan. Namun, ia merasa begitu sangat takut, karena memang setiap lahiran itu berbeda-beda kontraksinya. Dahulu saja ia benar-benar merasa begitu sangat sakit bahkan Arnold pun menolaknya beberapa kali untuk kembali lagi memiliki momongan."Iya Mbak, kamu sehat-sehat ya." Berlian terus saja memberikan motivasi serta nasehat-nasehat kepada Rara untuk tetap menjaga kesehatannya. Berlian juga merasa jika pen
"Bagaimana, dia pintar kah hari ini?" tanya Jonathan saat pulang dari kantor. Pria itu berusaha bersikap tenang seolah-olah bayi laki-laki itu adalah bayinya. Demi kebahagiaan Berlian, dia tak mau istrinya stres dengan keadaan yang sebenarnya.Walaupun dirinya benar-benar begitu sangat tertekan, ia sangat merindukan anaknya dan juga dirinya belum mengetahui bagaimana nasib dari putranya itu. Apakah putranya semua kebutuhannya terpenuhi, apakah putranya sudah minum susu, apakah putranya bisa tidur dengan nyenyak? "Dia pintar, laki-laki hebat seperti kamu."Berlian benar-benar menjadi Ibu yang terbaik untuk kedua anaknya itu. Ia juga sangat menyayangi putranya tersebut, apalagi anaknya benar-benar tidak menyusahkan, tidak seperti bayi lainnya pada umumnya Rio benar-benar begitu sangat penurut dan jarang sekali menangis. Bahkan malam pun anaknya itu pun menangis hanya meminta susu saja. Berlian benar-benar merasa begitu sangat bahagia karena mendapatkan anak-anak yang sangat pintar sep
Masalah rumah sakit di urus oleh Arnold. Sementara, Jonathan fokus dengan bayi yang sudah berada di tangannya dan hari ini akan pulang bersamanya dan Berlian. Entah, dia jatuh hati dengan bayi tampan yang dia adopsi dari sebuah panti asuhan. Sedikit ada kemiripan, bayi laki-laki itu berkulit putih bersih, bibir tipis juga rambut tebal.Atas bantuan kakaknya, dia bisa menemukan bayi itu dirinya tidak mau membuat keadaan sang istri terpuruk dengan apa yang terjadi kepada bayi mereka biarkan dirinyalah yang bertanggung jawab mencari bayi itu dan ia juga tidak akan pernah melepaskan pihak rumah sakit bagaimana bisa mereka semua berkamuflase menyalahkan rencana alam tentang keteledorannya itu benar-benar tidak bisa memaafkan bagaimanapun juga iya seorang ayah dirinya benar-benar kehilangan bayinya."Satrio Perkasa." Jonathan telah memberi nama bayi yang ia adopsi dari sebuah panti asuhan tentu saja hanya dirinya dan juga sang kakak yang mengetahui hal tersebut ia tidak mau jika banyak ora
"Kami akan bertanggung jawab." Pihak rumah sakit benar-benar tidak menyangka, justru Arnold terlihat lebih berambisius dan berapi-api bahkan sejak tadi lelaki itu terus saja mengomel. Ia menyindir pihak ke rumah sakit yang benar-benar begitu sangat teledor bagaimana bisa keponakannya yang baru saja dilahirkan hilang, padahal rumah sakit ini adalah rumah sakit ternama. Rumah sakit besar, tidak mungkin Jonathan memilih rumah sakit asal-asalan untuk perawatan putra dan juga istrinya. Namun, ternyata rumah sakit yang ternama saja bisa begitu teledor. Sekarang dirinya tidak mengetahui bagaimana kondisi dari keponakannya itu, Arnold benar-benar merasa begitu kasihan dengan adiknya tersebut karena terlihat begitu sangat jelas jika Jonathan begitu emosional dan juga sedih."Tanggung jawab? Kalian pikir, keponakan saya hilang itu bisa di ganti?" Arnold marah. Sejak tadi pihak rumah sakit terus saja mengatakan tentang tanggung jawab tanggung jawab, sedangkan mereka saja tidak bisa bertanggung
"Ada apa kamu memanggilku ke sini, Jo?" tanya Arnold. Arnold memang tadi melihat pemberitaan tentang gempa yang baru saja terjadi di kota mereka itu. Ia juga begitu sangat khawatir apalagi saat mengetahui jika adik iparnya baru saja melahirkan dan berada di rumah sakit, iya saja yang berada di rumah merasa begitu sangat panik saat merasakan gempa bumi itu yang berada di rumah sakit.Akan tetapi, saat dirinya menelpon sang adik untuk menanyakan perihal bagaimana keadaannya serta keluarganya di rumah sakit, tetapi adiknya itu justru memintanya untuk segera datang ke rumah sakit dan terdengar suara dari Jonathan sangatlah panik membuat Arnold langsung saja bergegas ke rumah sakit. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat khawatir, takut jika terjadi sesuatu."Bayiku hilang." Wajah Arnold berubah memerah, bukan hanya Jo yang emosi. Sebagai kakak dia pun begitu kesal. Lelaki itu langsung saja menuntut adiknya bercerita bagaimana bisa rumah sakit ini adalah rumah sakit besar dan juga tern
Terjadi kegaduhan di ruang bayi, salah satu bayi hilang karena kejadian gempa bumi. Entah suster mana yang membawanya, mereka semua panik lalu menghubungi pihak rumah sakit.Karena jumlah bayi yang diselamatkan serta jumlah bayi yang ada sebelum kejadian itu pun berbeda. "Bagaimana bisa hilang?" tanya salah satu pemimpin rumah sakit. Keadaan benar-benar begitu sangat gaduh, karena salah seorang bayi tiba-tiba menghilang entah suster mana yang membawanya, karena mereka semua tidak ada yang mau mengaku dan mereka memang memegang bayi satu per orang satu."Kami semua panik, membawa bayi satu orang satu. Bayi yang di inkubator itu entah siapa yang membawa, kami semua membawa sekaligus papan namanya. Tapi, bayi yang satu itu ...."Semua suster sangat ketakutan, karena kejadian gempa bumi tadi benar-benar membuat semua orang panik bahkan mereka semua tidak memperhatikan masing-masing bayi yang ada di inkubator. Mereka menyelamatkan bayi yang belum diselamatkan oleh temannya, membawa bayi