"Apa mungkin Cinta benar anakku?" Jonatan mengacak-acak rambutnya. Jonatan malah berharap Cinta adalah anaknya. Namun, ia pun memikirkan bagaimana jika benar, tapi pasti akan ada pertentangan dari kedua orang tuanya. Pria itu seperti tidak sabar, berpikir jika akan melakukan tes DNA tanpa sepengetahuan Berlian. Hanya saja, semua tidak akan mudah. Namun, ia kembali berpikir jika lebih baik bicara dengan Berlian lagi dan memastikan apa benar Cinta itu adalah anaknya atau memang Berlian menikah dengan pria lain."Jo buka pintu," ujar Ferdinand dari luar.Jonathan menarik nafas, ia beranjak dari ranjang dan menghampiri pintu. Lalu membuka pintu dan terlihat sang Ayah sudah berada di hadapannya.Tanpa disuruh masuk Ferdinand pun langsung melangkah ke dalam. Ia baru saja pulang dan langsung bicara dengan Jonathan."Ada apa Papa datang ke sini?""Kamu masih bisa bertanya ada apa, sementara kamu sudah membuat kepala Papa pusing dengan mengatakan akan membatalkan pernikahan kamu dengan Alea
"Kamu dengar tidak, kenapa semakin hari kamu sering bengong?" Nunung menyenggol Berlian.Sontak Berlian tersadar, bukan sering bengong hanya saja ia kaget saat di minta ke ruangan Pak Jo saat ini. Yang ia tahu sedang ada Alea di sana. Memikirkannya saja pusing apalagi berhadapan langsung pikirnya."Saya enggak mau tahu kalau kamu buat kesalahan lagi di depan pak Jo dan Bu Alea calonnya. Saya enggak mau ada komplain dari dia," ujar Bu Hera. Terlihat sangat judes karena berulang kali dia mendapat teguran dan komplain jika berlian kerap kali membuat kesalahan."Saya heran, berulangkali membuat kesalahan kenapa kamu selalu selamat. Heran," ujarnya.Setelah Bu Hera keluar dari ruangan, Nunung kembali menghampirinya. Sama halnya dengan Bu Hera teman satu kerjanya Berlian juga mengatakan kalau dirinya heran dengan berlian yang sering lolos dari hukuman setelah membuat kesalahan."Kamu kaya kucing, punya nyawa tujuh. Berulang kali salah tetap saja masih berada di kantor ini."Berlian tak men
"Berlian kamu kenapa?" tanya Jonathan. Mendengar suara Alea, ia pun gegas menghampiri wanita itu di luar."Karyawan bodoh kamu itu melakukan kesalahan besar. Lihat saja dia hampir membasahi sepatuku," ucap Alea dengan angkuhnya.Jonathan melirik sepatu Alea juga Berlian yang sudah basah bajunya terkena air pel. Ia berpikir sudah pasti Alea mendorong Berlian. "Sudah cukup, Berlian kamu bereskan dan kembali ke pantry. Dan kamu, ikut aku." Jonathan menarik Alea masuk ke ruangannya lagi. Ia harus meluruskan hal yang harus di luruskan. Berlian pun mengepel lantai yang basah, lalu mengambil pel dan ember. Ia merasa tidak nyaman dengan baju basah itu, dengan gegas Berlian kembali ke ruang pantry."Apa kamu bawa baju lain, Ning?" tanya Lian."Enggak adalah. Lagian kerja yang benar, jangan kebanyakan bengong.""Aku enggak bengong, wanita itu berjalan lalu menendang ember itu. Silakan lihat CCTV saja," ujar Berlian menantang. Nunung menggeleng melihat sikap Berlian. Ia yakin rekan kerjanya i
"Aku tidak tega melihat kamu di hina seperti itu, semakin lama mereka semakin tidak terkontrol," ujar Jonathan.Berlian tersenyum sinis, ia bingung dengan apa yang di katakan oleh pria di hadapannya. Bagaimana bisa berbaik hati saat dirinya di hina."Bukannya Pak Jo juga sama seperti mereka. Suka menghina dan merendahkan aku. Untuk apa merasa kasihan dengan penghinaan mereka kalau Anda sama saja dengan semuanya." Menghadapi Berlian saat ini tidak sama dengan saat masih dahulu. Begitu banyak asam garam yang ia lalui, membuat wanita itu sangat kuat dan terlalu keras kepala. Tidak peduli dengan permintaan Jonatan, Berlian akan tetap bekerja di perusahaan itu walau sering mendapatkan caci dan maki."Berlian, maaf jika aku menyinggung kamu. Ini semua demi kebaikan Cinta," ucapnya."Kebaikan apa, untuk apa Anda mengurusi aku dan Cinta kalau selama ini kamu tidak ada untuk kami," ujar Berlian. Berlian terdiam, sedangkan Jonathan mulai mencerna apa yang di katakan oleh wanita di hadapanny
"Hah, mengundurkan diri?" Nunung begitu kaget karena Berlian bukan di pecat, tapi malah di minat mengundurkan diri. Netranya membulat sempurna mendengar penuturan Berlian."Gila, dia enggak mecat kamu, tapi meminta kamu mengundurkan diri. Kenapa bisa begitu, harusnya dengan mudah dia bilang kalau kamu saya pecat," ucap Nunung. Berlian hanya mengangkat bahu lalu bangkit dan mengambil air minum. Melihat mimik wajah Nunung yang begitu syok, ia terkesan tidak peduli. Bahkan, ia malah berpikir mungkin akan terjadi berita skandal antara dirinya dengan Pak Jo jika Nunung tahu mereka memiliki hubungan masa lalu dan ada Cinta di antara keduanya yang tak di ketahui mereka."Lian, kamu beruntung sih." Nunung kembali bicara."Di suruh mengundurkan diri malah beruntung. Kamu ini aneh Nung," ujar Berlian sembari meneguk air putih.Nunung masih saja kagum melihat temannya itu. Namun, Berlian tidak memperdulikan Nunung yang mungkin siap menyebar gosip. "Aku mau cari minum segar, waktu istirahat ti
"Apa kau tidak sedang bercanda atau berbohong padaku?" Arnold memajukan tubuhnya mendekat pada adiknya. Arnold seperti tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Jonathan. Mantan kekasih yang mana pikirnya. "Mantan kekasih, saat kapan?" tanya Arnold lagi."Sebelum aku pergi sekolah ke luar negri. Lima tahun lalu," kenang Jonathan.Arnold mengingat-ingat, benar sang adik pernah sekolah ke luar negeri. Lima tahun lalu, tapi ia tak tahu jika Jonathan memiliki kekasih. Ia pun sibuk dengan kehidupan dirinya sendiri. Walau sesekali tahu kabar adiknya saat ibu atau ayahnya mengabari. Jonathan mengerjapkan mata berulang kali. Ia pun menyesal karena tidak menyelesaikan masalahnya dulu. Setelah kejadian malam itu, ia tidak pernah bertanya apa pun pada Berlian. Bahkan ia tak menyangka jika memang Berlian hamil."Lalu, kalian CLBK?" tanya Arnold. "Tunggu, kalau begitu Cinta itu ... kamu sempat menuduhku memiliki anak dari wanita lain. Wajah Cinta dan Mischa sama. Apa Cinta anak kamu?"Arnol
"Cari tahu tentang wanita itu. Lalu laporkan padaku secepat!" titah Ferdinand. Ferdinand pun kembali melangkah menuju pintu luar. Hari ini cukup sudah ia datang meeting di gedung yang di pimpin oleh Jonathan. Sang anak pun tidak tahu jika dirinya sedang ada meeting di tempat itu.Saat di mobil, Ferdinand kembali memikirkan Berlian. Wanita itu muncul di hadapanmu setelah sekian lama. Tarikan napasnya begitu berat, ia pun berpikir apa Berlian sudah bertemu dengan Jonathan atau bahkan dia adalah alasan sang anak membatalkan pernikahan dengan Alea. "Lima tahun cukup lama. Untuk apa dia datang kembali, apa sengaja mencari tahu? Sial, dasar gadis miskin," ujarnya.Ferdinand menyenderkan tubuh di kursi mobil sembari mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu. Sosok kecil dengan baju seragam putih abu-abu mendatangi rumahnya. Sejak tadi sudah di usir, tapi perempuan itu tetap kekeh berdiri di sana. Ferdinand menghampirinya dan bertanya untuk apa berada di rumahnya."Dia mencari Tuan Jonat
Senyum mahal yang tidak pernah terlihat dari bibir Jonathan kini terlihat begitu murah di depan Berlian."Aku hanya ingin kamu tersenyum di depan aku, bukan orang lain," ujar Jonathan."Pa Jo semakin hari semakin aneh, mau aku tersenyum sama siapapun bukan urusan Anda."Berlian mencoba bicara karena ia merasa sangat terganggu dengan apa yang dikatakan pria itu. Namun Jonathan hanya terkekeh, pria itu malah tersenyum menatap Berlian."Aku memang bukan siapa-siapa kamu, tapi aku kemungkinan adalah Ayah dari anak kamu."Jantung Berlian berdetak begitu kencang mendengar pernyataan dari Jonathan. Bagaimana bisa kalimat itu terlontar dari mulutnya padahal ia sudah mengatakan jika Cinta bukan anaknya.Setelah berbicara hal itu Jonathan pun langsung pergi begitu saja. Sementara, Berlian mematung di tempatnya. Tubuhnya keringat dingin, apa yang ada di pikiran yang kini pasti mengganggu aktivitasnya."Kenapa dia bisa bicara seperti itu, apa aku harus menghindari dan pergi saja?" ujarnya. Berli
6Hari ini adalah hari ulang tahun Al Bara, ya hari ulang tahunnya adalah hari di mana anak kandung Jonathan lahir. Tak mungkin Jonathan akan membedakan hari ulang tahun tersebut karena bagaimanapun juga anak lelaki itu adalah pengganti anak kandungnya. Pengganti kebahagiaan keluarganya, dan ia juga benar-benar menyayangi Al Bara seperti putranya sendiri.Apalagi juga dirinya benar-benar sangat menyayangi anak tersebut, kecerdasannya, serta kepiawaiannya membuat ia benar-benar merasakan kasih sayangnya. Entahlah mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa dirinya saat itu lebih memilih albara untuk menjadi anaknya, padahal di panti asuhan sangat sekali bayi-bayi lain. Namun, ia tetap saja memilih Al Bara untuk menjadi putranyaMereka semua sibuk menata ruangan. Dengan semringah dan gembira. Terlihat Berlian juga, Cinta dan Al yang sedang ikut mendekorasi. Memang wanita itu sengaja ingin mendekorasi ruangan itu bersama-sama dengan keluarga, tanpa menggunakan jasa. Berlian hanya ingin me
Jonathan duduk sembari memangku Al Bara. Anak laki-laki itu tadi berceloteh dan didengarkan sang ayah. Lucu, mulut kecil itu selalu mengatakan akan menjadi seperti papa Jo ketika besar. Apa yang selama ini dirinya niatkan jika lahirnya albara itu untuk membuat bahagia dirinya dan juga keluarganya, tetapi di saat ia tersenyum tiba-tiba senyuman itu lenyap seketika. Dimana dirinya kembali lagi mengingat detik-detik saat putranya hilang. Saat itu kebahagiaannya sudah tidak sempurna lagi. Walaupun ia tertawa karena kamu tetapi kebahagiaan itu bisa lenyap tiba-tiba.Jonathan memejamkan matanya, mengapa rasanya benar-benar begitu sangat sakit. Rasanya jauh lebih sakit saat dirinya dan juga berlian berpisah waktu itu. Pernyataan benar-benar merasa jika ia gagal menjadi seorang ayah karena dirinya tidak bisa menemukan dimana keberadaan putranya itu. Namun, Jonathan pun sudah melakukan berbagai macam cara untuk bisa menemukan di mana putranya berada, tapi semuanya hanya berakhir dengan sia-sia
Kabar baik dari Alva di sambut semringah oleh Berlian juga Jonathan. Berlian, tanpa beban dan tidak tahu jika anaknya bukanlah anaknya bisa tersenyum tanpa memikirkan apa pun. Dirinya merasa bahagia karena sekarang saudaranya itu sudah memiliki anak, pasti lengkap sudah kebahagiaan di keluarga mereka itu.Namun, berbeda dengan Jonathan yang walau tersenyum tapi hatinya tetap getir. Setiap memandang bayi itu, ia teringat sang anak. Bahkan, nama yang sudah dia persiapkan pun tak diberikan pada bayi laki-laki itu. Dirinya benar-benar berharap jika ada suatu keajaiban yang membawa putranya bisa kembali lagi, ia tidak mau kehilangan darah dagingnya. Pasti dirinya akan menyesal seumur hidup dan ia akan hidup dalam penyesalan setiap harinya. Sekarang pun ia terus saja berusaha untuk bisa menemukan di mana keberadaan sang anak tanda siang malam dirinya terus saja memikirkan tentang putranya itu.Lagi, Jonathan kembali berbicara pada bayi mungil itu. "Andai kau tahu, aku sesungguhnya belum bi
Mereka semua berkumpul di ruang tamu, Arnold datang bersama Mischa dan Rara yang sudah hamil besar. Putrinya itu sangat merindukan anak Jonathan, sejak tadi siang terus saja merengek sampai-sampai membuat Rara tidak mampu untuk membujuknya lagi dan akhirnya mereka semua datang ke kediaman Jonathan.Arnold langsung saja duduk di sebelah adiknya, dan sang istri langsung saja menghampiri Berlian yang tengah menggendong bayinya itu."Lian, duh jadi deg degan nunggu lahiran," tukas Rara.Rara tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, ia juga walaupun ini bukan pengalaman pertamanya melahirkan. Namun, ia merasa begitu sangat takut, karena memang setiap lahiran itu berbeda-beda kontraksinya. Dahulu saja ia benar-benar merasa begitu sangat sakit bahkan Arnold pun menolaknya beberapa kali untuk kembali lagi memiliki momongan."Iya Mbak, kamu sehat-sehat ya." Berlian terus saja memberikan motivasi serta nasehat-nasehat kepada Rara untuk tetap menjaga kesehatannya. Berlian juga merasa jika pen
"Bagaimana, dia pintar kah hari ini?" tanya Jonathan saat pulang dari kantor. Pria itu berusaha bersikap tenang seolah-olah bayi laki-laki itu adalah bayinya. Demi kebahagiaan Berlian, dia tak mau istrinya stres dengan keadaan yang sebenarnya.Walaupun dirinya benar-benar begitu sangat tertekan, ia sangat merindukan anaknya dan juga dirinya belum mengetahui bagaimana nasib dari putranya itu. Apakah putranya semua kebutuhannya terpenuhi, apakah putranya sudah minum susu, apakah putranya bisa tidur dengan nyenyak? "Dia pintar, laki-laki hebat seperti kamu."Berlian benar-benar menjadi Ibu yang terbaik untuk kedua anaknya itu. Ia juga sangat menyayangi putranya tersebut, apalagi anaknya benar-benar tidak menyusahkan, tidak seperti bayi lainnya pada umumnya Rio benar-benar begitu sangat penurut dan jarang sekali menangis. Bahkan malam pun anaknya itu pun menangis hanya meminta susu saja. Berlian benar-benar merasa begitu sangat bahagia karena mendapatkan anak-anak yang sangat pintar sep
Masalah rumah sakit di urus oleh Arnold. Sementara, Jonathan fokus dengan bayi yang sudah berada di tangannya dan hari ini akan pulang bersamanya dan Berlian. Entah, dia jatuh hati dengan bayi tampan yang dia adopsi dari sebuah panti asuhan. Sedikit ada kemiripan, bayi laki-laki itu berkulit putih bersih, bibir tipis juga rambut tebal.Atas bantuan kakaknya, dia bisa menemukan bayi itu dirinya tidak mau membuat keadaan sang istri terpuruk dengan apa yang terjadi kepada bayi mereka biarkan dirinyalah yang bertanggung jawab mencari bayi itu dan ia juga tidak akan pernah melepaskan pihak rumah sakit bagaimana bisa mereka semua berkamuflase menyalahkan rencana alam tentang keteledorannya itu benar-benar tidak bisa memaafkan bagaimanapun juga iya seorang ayah dirinya benar-benar kehilangan bayinya."Satrio Perkasa." Jonathan telah memberi nama bayi yang ia adopsi dari sebuah panti asuhan tentu saja hanya dirinya dan juga sang kakak yang mengetahui hal tersebut ia tidak mau jika banyak ora
"Kami akan bertanggung jawab." Pihak rumah sakit benar-benar tidak menyangka, justru Arnold terlihat lebih berambisius dan berapi-api bahkan sejak tadi lelaki itu terus saja mengomel. Ia menyindir pihak ke rumah sakit yang benar-benar begitu sangat teledor bagaimana bisa keponakannya yang baru saja dilahirkan hilang, padahal rumah sakit ini adalah rumah sakit ternama. Rumah sakit besar, tidak mungkin Jonathan memilih rumah sakit asal-asalan untuk perawatan putra dan juga istrinya. Namun, ternyata rumah sakit yang ternama saja bisa begitu teledor. Sekarang dirinya tidak mengetahui bagaimana kondisi dari keponakannya itu, Arnold benar-benar merasa begitu kasihan dengan adiknya tersebut karena terlihat begitu sangat jelas jika Jonathan begitu emosional dan juga sedih."Tanggung jawab? Kalian pikir, keponakan saya hilang itu bisa di ganti?" Arnold marah. Sejak tadi pihak rumah sakit terus saja mengatakan tentang tanggung jawab tanggung jawab, sedangkan mereka saja tidak bisa bertanggung
"Ada apa kamu memanggilku ke sini, Jo?" tanya Arnold. Arnold memang tadi melihat pemberitaan tentang gempa yang baru saja terjadi di kota mereka itu. Ia juga begitu sangat khawatir apalagi saat mengetahui jika adik iparnya baru saja melahirkan dan berada di rumah sakit, iya saja yang berada di rumah merasa begitu sangat panik saat merasakan gempa bumi itu yang berada di rumah sakit.Akan tetapi, saat dirinya menelpon sang adik untuk menanyakan perihal bagaimana keadaannya serta keluarganya di rumah sakit, tetapi adiknya itu justru memintanya untuk segera datang ke rumah sakit dan terdengar suara dari Jonathan sangatlah panik membuat Arnold langsung saja bergegas ke rumah sakit. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat khawatir, takut jika terjadi sesuatu."Bayiku hilang." Wajah Arnold berubah memerah, bukan hanya Jo yang emosi. Sebagai kakak dia pun begitu kesal. Lelaki itu langsung saja menuntut adiknya bercerita bagaimana bisa rumah sakit ini adalah rumah sakit besar dan juga tern
Terjadi kegaduhan di ruang bayi, salah satu bayi hilang karena kejadian gempa bumi. Entah suster mana yang membawanya, mereka semua panik lalu menghubungi pihak rumah sakit.Karena jumlah bayi yang diselamatkan serta jumlah bayi yang ada sebelum kejadian itu pun berbeda. "Bagaimana bisa hilang?" tanya salah satu pemimpin rumah sakit. Keadaan benar-benar begitu sangat gaduh, karena salah seorang bayi tiba-tiba menghilang entah suster mana yang membawanya, karena mereka semua tidak ada yang mau mengaku dan mereka memang memegang bayi satu per orang satu."Kami semua panik, membawa bayi satu orang satu. Bayi yang di inkubator itu entah siapa yang membawa, kami semua membawa sekaligus papan namanya. Tapi, bayi yang satu itu ...."Semua suster sangat ketakutan, karena kejadian gempa bumi tadi benar-benar membuat semua orang panik bahkan mereka semua tidak memperhatikan masing-masing bayi yang ada di inkubator. Mereka menyelamatkan bayi yang belum diselamatkan oleh temannya, membawa bayi