"Ada apa Jo." Alea kembali bertanya dengan gugup.Pasalnya baru kali ini Jonatan kembali menghubunginya. Ia merasa takut karena dirinya sedang menyembunyikan Berlian. Apalagi yang di lakukan olehnya sudah menjurus ke kriminal. Sudah pasti Jonathan akan melakukan hal seperti melaporkan ke polisi. "Aku ingin bertemu, sepertinya aku harus meminta maaf sama kamu karena sebelumnya aku membuat kegaduhan dengan membatalkan pertunangan kita." Alea terdiam, ia merasa heran. Sempat berpikir apa Jonathan tahu dirinya sedang menyekap Berlian makanya menghubungi dirinya. Akak. tetapi, ia menggeleng karena menurutnya dirinya dan sang ayah sudah bermain cantik walau sempat salah haluan. Lagi pula dirinya sudah mengubah dan menyamarkan identitas, tidak mungkin Jonathan tahu semua itu. Alea melebarkan senyum, mungkin Jonathan sadar dengan kesalahannya. Mungkin dengan bertemu dengan Jonathan, dirinya bisa membujuk pria itu dan ayahnya tak akan marah padanya lagi. "Hei, kamu masih di sana?" tanya J
[Maaf, Alea. Tiba-tiba ada meeting. Bagaiman kalau kamu menunggu di ruangan kantorku. Aku enggak bisa ke kafe]Begitulah bunyi pesan masuk dari Jonathan, walaupun sebenarnya Alea sangat kecewa karena dirinya sudah sampai di cafe itu. Namun ada rasa senang dan bahagia saat dirinya di persilahkan masuk ke ruangannya sepeti dulu. Ia pun mengetik balasan pada pria itu.[Oke. Wait, Beb]Alea kembali memasukkan ponsel miliknya ke tas. Lalu gegas membayar dan ke luar kafe dengan terburu-buru. Setibanya di parkiran, wanita itu sedikit heran karena ada dua pria berbaju hitam-hitam menghadangnya. "Bu Sonia, kami di minta teman kami yang kemarin Anda pakai jasanya untuk meminta sisa uang yang belum Anda transfer." Alea gugup karena ia tak memiliki uang yang di janjikannya karena semua ada di sang ayah. Kedua pria itu masih berada di hadapannya dan tak akan pergi."Anda diam, ada apa?" Salah satu pria bertato dan berotot besar mulai mendekatinya. Sontak Alea pun mundur dan meminta pria itu men
"Apa kamu masih mau mengelak?" Jonathan geram dan maju menghampiri alea."Aku pernah mengingat anting itu adalah milikmu yang sudah aku pastikan saat melihat YouTube. Itu kau gunaan saat beberapa waktu lalu syuting iklan. Jawab di mana berlian kau sembunyikan."Alea menatap Jonathan, ia tidak menyangka pria itu ternyata sedang menjebaknya untuk keluar dari kontrakan. Salah besar ia harus senang dengan telepon dari Jonathan karena hal itu akan membuat petaka padanya. Alea sudah sangat senang sampai ia pergi ke salon untuk terlihat cantik di depan pria itu. Semua tidak sesuai dengan apa yang ia pikirkan, kini Jonathan malah membuatnya terpojok dan sulit untuk mengelak. Ancaman yang dilontarkan oleh Alva membuatnya sangat takut karena ia saja kini sudah tidak dapat job apalagi jika media tahu apa yang ia lakukan dan Alva menyebarkan video yang tak diinginkannya."Tinggal katakan saja di mana berlian tidak usah berbelit-belit atau kamu memang ingin menjadi artis sensasional dengan terseb
Jonathan tidak memberitahu Pak Ferdinand tentang Siapa dalang dibalik penculikan berlian. Ia pun belum bertemu lagi dengan sang anak padahal bisa saja sebenarnya jika Jonathan menghubunginya dan memberitahu Siapa yang menculik berlian.Pak Ferdinand pun merasa menyesal saat tidak percaya pada Bu Santi istrinya yang mengatakan jika Pak Ibnu hanya memanfaatkan dirinya hanya saja ia tidak mendengarkan nasihat istri dan merasa jika masih berhutang Budi pada Pak Ibnu."Aku dengar dari Alva kalian pernah hampir berbesanan?" Pertanyaan Pak Hardian membuat Pak Ferdinan merasa malu, dia menunduk lalu pelan ia menjawab iya. "Untung saja, ya Pak ferdinand ngak jadi besanan." Kehadian tersenyum melihat wajah Pak Ferdinand yang sejak tadi sudah menunduk malu.Pak Ferdinand kembali mencoba mengalihkan pembicaraan, tapi di satu sisi Pak Hardian ingin membuat calon besannya sadar tentang segala sesuatu yang menurut dirinya baik belum tentu kelihatan baik. "Kalau seperti ini, apa posisi Alea dan Ber
Mereka sudah sampai rumah sakit, Berlian sudah di tangani di IGD. Dokter pun menghampiri Jonathan dan Alva untuk memberi tahu kondisi Berlian. "Bagaimana Dok?" "Untung saja pasien cepat di bawa ke rumah sakit, dia dehidrasi dan ada beberapa luka di bagian tubuhnya. Pasien juga sempat sadar dan mengatakan ada rasa nyeri di bagian perut," ujar Dokter.Jonathan mengepalkan tangan, ia sangat kesal dengan apa yang terjadi dengan Berlian. Ia merasa bersalah, semua di luar perkiraan. Apa yang di lakukan Alea sangat di bencinya. Sama halnya dengan Alva, pria itu pun mengecam apa yang di lakukan oleh Alea. Berlian dehidrasi kemungkinan tidak ada asupan makan dan minum selama ia di sekap. Lalu, Dokter langsung memindahkan Berlian ke ruangan inap."Apa perlu kita pindahkan ke dekat rumah?" tanya Alva."Jangan, lebih baik di rawat di sini. Takut belum pulih," ujar sang dokter.Mereka menurut saja apa yang di katakan oleh dokter itu. Jonathan pun menemani Berlian yang masih tertidur pulas. Efek
"Bukan aku tidak yakin, tapi masalahnya apa semudah itu melakukan pernikahan?" "Yang penting kita yakin dulu. Ayang lain belakangan. Aku mau menjaga kamu, jangan sampai ada yang berbuat seperti Alea lagi. Dia sudah di tangani di polres."Berlian mulai sedikit lega, tapi untuk percaya dia masih bingung karena saat melihat Pak Ferdinand saja seolah-olah ia belum merestui bahkan tidak merestui. Perbuatan ayahnya Jonathan masih sangat melekat. Permintaan Pak Ferdinand untuk menjauhi Jonathan membuat ia merasa tidak nyaman jika bertemu dengan Pak Ferdinand. Namun, kini Jonathan meyakinkan dirinya jika ayahnya akan merestuinya. Walau ada penolakan, Jonathan akan tetap menikah dengannya. Jonathan berdiri di kakinya sendiri tanpa sang ayah pun dirinya mampu berjalan ke depan. Apalagi Pak Hardian akan memberikannya pekerjaan. "Kamu yakin itu?" "Yakin. Percaya sama aku," ujar Jonathan.Jonathan kembali mendekat, ia mencium kening lalu bibir tebal Jonathan itu bersentuhan dengan bibir tipis
"Perut kamu kenapa?" tanya Bu Shafira cemas. Ia pun gegas berlari memanggil Jonathan dan suaminya. Mereka pun menemui Berlian dan memencet bel untuk suster datang. Berlian masih meringis kesakitan, ia teringat tendangan yang sangat kencang oleh Alea. Lalu, bagaimana sadisnya wanita itu menyiksanya. Suster datang dan memeriksa, wanita dengan pakaian putih itu mengatakan Dokter belum bisa datang karena sedang ada praktik, kemungkaran siang. Sementara Berlian di beri obat anti nyeri lebih dahulu sebelum di periksa kembali.Berlian pun sedikit tenang setelah di berikan obat lewat infus oleh suster. Rasa nyeri sedikit hilang, ia merasa jika banyak gerak luka di perut pun akan terasa sakit. "Kamu sudah lebih baik, Nak?" tanya Bu Shafira."Baik, Ma."Pak Hardian meminta sang istri tenang, sejak dari rumah ia merasa Bu Shafira tak bisa sedikitpun berhenti memikirkan kondisi Berlian. Apalagi untuk bolak balik pun rasanya tidak mungkin. "Jo, bisa di atur untuk pindah ke Jakarta saja?" tanya
"Aku enggak mau turun. Tuh lihat, aku mau di bunuh. Aku ini mau di culik, kamu tega melihat aku yang cantik ini di culik, kalau aku di nodai bagaimana?" Alva terdiam sejenak, ia teringat Berlian. Benar juga, jika wanita itu tertangkap dan preman itu menodainya kasihan juga masa depannya pikir Alva. Ia pun berubah pikiran, akhirnya Alva melajukan mobilnya ke luar dari parkiran rumah sakit melewati beberapa orang yang katanya mengejar wanita itu. "Ah, terima kasih. Kamu baik banget, hm tadi saja meminta aku turun. Berubah pikiran kan setelah melihat jelas wajah aku yang cantik ini?" Alva menaikan satu alisnya mendengar ada orang yang memuji dirinya sendiri. Lalu ia kembali fokus ke jalan raya."Mau turun di mana, aku mau mencari makan jangan lama-lama mikirnya. Aku lapar," ujar Alva. "Aku juga lapar, aku ikut makan boleh?" Alva menoleh sedikit, ia heran kenapa wanita itu malah terus mengikutinya. Padahal harusnya sudah ia turunkan sejak tadi. "Kamu itu di kasih hati minta jantung,