"Rin, jaga bicara kamu." Bu Agnia menarik anaknya menjauh dari Alea yang sudah terlihat begitu kesal. Keduanya tak pernah akur, apalagi Rina yang selalu iri dengan keberhasilan Alea di bidang permodelan dan Tv. Keduanya kerap bertengkar hebat hingga membuat pusing kepala Bu Agnia."Ya, aku bicara sesungguhnya. Aku tahu kok sebenarnya Jonathan itu kaya enggak tertarik, buktinya kalau mau menikah dan tunangan, pasti mereka mengurus semua," ujar Rina. Bu Agnia meminta Rina untuk diam karena jika Alea menikah dengan Jonathan mereka pun akan kebagian rezeki. Hampir satu tahun ini keuangan mereka sedang tak baik-baik saja. Bu Agnia dan Pak Ibnu hanya mengandalkan uang dari anak mereka saja."Ouh, jadi sasaran sekarang adalah Jonathan. Hmm, asal enggak salah sasaran aja kaya mama. Target orang kaya, malah harta kita habis," ucap Rina. Bu Agnia tak memungkiri jika semua yang di katakan Rina adalah benar. Dirinya meninggalkan suami pertama karena pria itu struk dan malah tega menjual rumahn
"Ma, jawab jangan diam saja. Apa kamu kenal dengan wanita yang di bawa Jonathan?" Pak Ibnu terus saja bertanya, tapi sang istri malah diam. "Enggak kenal," jawab Bu Agnia.Berlian tersenyum miris mendengar ucapan Bu Santi. "Anda enggak kenal dengan saya? Asal kalian tahu, ayahku meninggal karena sakit memikirkan rumah yang ia miliki di jual dia! Berengsek!" Berlian mengamuk dan mengguncangkan tubuh Bu Agnia. Harusnya hari ini adalah hari bahagia bagi Alea, tapi hancur begitu saja. Ia merasa luar biasa malunya apalagi dengan adanya fakta mengejutkan dari Berlian."Cukup! Pergi kalian dari sini! Pergi!" Alea berteriak frustasi. Pak Ibnu Bimbang harus mengurus yang mana, akhirnya ia membiarkan istrinya bersama dengan Rani dan ia pun menenangkan Alea. Pak Ibnu tak bisa banyak bicara apalagi saat pak Ferdinand meminta penjelasan.Harusnya pak Ibnu marah dan mengamuk pada Berlian. Hanya saja ia tak mau Berlian semakin membuat aib keluarganya di bongkar."Jo, bawa wanita itu pergi. Saya
"Permintaan yang mana, ya Kak?" tanya Berlian."Permintaan untuk datang ke acara yang akan di langsungkan Alea. Kamu tahu kan sebelumnya kalau kamu akan hadir ke acara itu?" tanya Rara."Awalnya aku tidak tahu, tapi akhirnya tahu. Mau menolak, Jonathan terus memaksa dan mengancam akan mengambil hak asuh Cinta," ujar Berlian.Rara mengernyitkan kening, lalu menggeleng. Ia tak habis pikir Jonatan bisa melakukan hal seperti itu padahal ia sama sekali tak ada kontribusi mengurus Cinta. Mana bisa langsing mengambil walau Rara yakin pasti Jonathan akan menang jika masuk ranah hukum."Tidak usah kamu pikirkan, tapi ya kalian masih cocok kok." Rara kembali menggoda Berlian."Biasa aja Ka, anakku sudah tahu ayahnya saja sudah bersyukur. Hanya saja aku terganggu kalau Jonathan yang selalu datang dengan tiba-tiba dan memaksa." Berlian menarik napas panjang. Rara bisa paham jika adik iparnya itu memang suka memaksa. Apalagi jika berhubungan dengan Cinta anaknya, Jonathan akan melupakan yang haru
"Asal kamu tahu, sebelum menikah dengan Papa kamu dia mengaku sebagai pengusaha besar. Lalu, saat itu dia meminta saya meminjamkan uang untuk menyogok sutradara," ujar Bu Agnia."Itu enggak benar, kan Pa?" tanya Alea."Sayangnya itu benar, Alea," ujar Rani. Sejak tadi Rani sudah begitu emosi, apalagi mendengar Ibunya di maki oleh kakak sambungnya."Kalian enggak usah sok suci. Semua punya dosa masa lalu, kamu juga jangan merasa teraniaya. Harusnya kamu menyalahkan Jonathan, bukan Mamaku." Alea merasa harusnya ia yang di kasihani, bukan malah seolah-olah semua ini adalah kesalahan dirinya."Papa kamu penipu, untungnya keluarga Jonathan enggak jadi besanan. Kalau enggak habis kali harta mereka sama kaya harta mama aku," papar Rani yang tak kalah emosi dari Alea. "Rani, sudah," pinta Bu Agnia."Kalian bikin aku frustasi!" Alea berteriak kencang lalu ia masuk kembali ke kamar dengan membanting pintu."Aku meminta kamu menjelaskan semua ini, bukan menghina dan membuka aib masa lalu. Dan
"Mama sudah aku beritahu. Dia sejak tadi meminta aku informasi," ujar Arnold."Jadi dia berpihak sama siapa?" tanya Jonathan. "Aku melihatnya setengah-setengah." Arnold tertawa setelah berbicara hal itu. Arnold begitu senang melihat adiknya yang kini berada di depannya. Sudah pasti akan ada masalah setelah ini.Jonathan menyesap rokok dan meniupkan asap ke udara. Apa yang ia lakukan hari ini akan membuat dunia menjadi gempar. "Kita lihat besok, apa saham kita akan naik atau turun," ujar Arnold sembari menepuk pundak adiknya.Arnold pamit ke dalam, sedangkan Jonatan masih berada di teras rumah Arnold. Ia kembali menyesap rokok sembari membayangkan perubahan Berlian saat di salon."Ke salon untuk apa lagi sih? Apa kurang make up aku, kurang tebal atau kurang cantik?" tanya Berlian saat di mobil. "Mama enggak jelek, tapi mungkin kata Papi Jo Mama kurang make up-nya. Kan kata Papi kita mau ke acara teman kantor Papi," ujar Cinta. "Nah, anak kamu saja tahu. Masa kamu enggak paham Lian.
"Perusak bagaimana, sudah aku katakan kamu datang sebelum ada dia. Sudah aku katakan kalau aku tidak mencintai Alea," lapar Jonathan."Itu kata kamu, tetep saja mulut jahat mereka akan menyudutkan aku. Kasihan Cinta, dia akan di kucilkan," imbuh Berlian lagi."Tidak akan ada yang mengucilkan Berlian karena dia akan hidup sebagai tuan putri. Tidak ada yang akan berani menyakiti Cinta karena aku ayahnya."Jonathan bisa berkata seperti, tapi justru Berlian cemas jika ada satu satu dua orang yang menyudutkannya. Berlian belum berniat mencari bagaimana putri kecilnya lahir. Baginya usia sang anak belum cukup umur untuk tahu hal yang sebenarnya. Berlian menarik napas panjang, berdebat dengan Jonathan tak akan membuat pria itu mengalah walau sebenarnya dia itu salah pikir Berlian."Aku lelah, mau ke kamar dulu." "Tunggu." Jonatan menarik tangan Berlian, lalu menangkapnya dan menggulum bibir Berlian dengan paksa. Berlian mencoba menghindar tapi Jonatan semakin gila dengan rakus memaksa."L
"Berlian aku yang bawa ke sini. Lagi pula bukan urusan Papa." Jonathan mencoba membela Berlian. Pak Ferdinand menatap tajam Berlian yang kini tampil berisi dan tampak lebih cantik dengan make up tipis lagi itu. Bu Santi tak kalah memperhatikan Berlian, ia pun kembali mengingat saat bertemu dengannya saat di restoran. "Apa yang kamu inginkan sebenarnya dari anak saya Jonathan, untuk apa kamu datang dan kembali lagi?" Pak Ferdinand bertolak pinggang di hadapan Berlian. Tubuh Berlian gemetar, ia tidak habis pikir dengan pikiran Pak Ferdinand yang masih saja membencinya. Lidahnya pun kelu untuk menjawab pertanyaan itu. Jonathan tak mau melihat Berlian takut. Ia pun menghampirinya dan merangkul wanita itu di hadapan kedua orang tuanya. "Bi Asih, tolong bawa Cinta dan Miska ke dalam," ujar Arnold."Baik Pak." Asisten rumah tangga Arnold pun langsung membawa ke dua putri itu masuk ke dalam sesuai perintah.Arnold hanya tidak mau sejak kecil mereka berdua sudah di pertontonkan keributan
"Baik, kalau itu yang Papa inginkan. aku akan melepas semua yang sudah aku perjuangkan. Kali ini aku akan memperjuangkan cinta," ujar Joo Jonathan. Mendengar hal itu Ferdinand semakin murka, ia berharap Jonathan takut saat dirinya memiskinkan anaknya. Namun, semua di luar prediksi yang ia pikirkan. Jonatan malah santai dengan apa yang di putuskan olehnya."Papa jangan mencari aku jika perusahaan Papa bangkrut. Banyak penjilat di sana jika Papa tidak hati-hati, mulai detik ini aku bukan lagi CEO di Perut Papa. "Jo, Papa sedang emosi. Kamu jangan menambah panas suasana." Sekali lagi Bu Santi meredakan suasana. Hanya saja semua terasa sia-sis.Jonathan kali ini sangat yakin, ia bisa bahagia dengan istri dan anaknya nanti walau tanpa harta kekayaan Berlian pun bukan wanita yang memikirkan materialistis.Melihat sikap sang anak yang begitu keras, Ferdinand pun tanpa berpamitan langsung melangkah menuju mobilnya. Emosinya sudah tak tertahan lagi, ia memegangi dada yang kini mulai terasa s
6Hari ini adalah hari ulang tahun Al Bara, ya hari ulang tahunnya adalah hari di mana anak kandung Jonathan lahir. Tak mungkin Jonathan akan membedakan hari ulang tahun tersebut karena bagaimanapun juga anak lelaki itu adalah pengganti anak kandungnya. Pengganti kebahagiaan keluarganya, dan ia juga benar-benar menyayangi Al Bara seperti putranya sendiri.Apalagi juga dirinya benar-benar sangat menyayangi anak tersebut, kecerdasannya, serta kepiawaiannya membuat ia benar-benar merasakan kasih sayangnya. Entahlah mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa dirinya saat itu lebih memilih albara untuk menjadi anaknya, padahal di panti asuhan sangat sekali bayi-bayi lain. Namun, ia tetap saja memilih Al Bara untuk menjadi putranyaMereka semua sibuk menata ruangan. Dengan semringah dan gembira. Terlihat Berlian juga, Cinta dan Al yang sedang ikut mendekorasi. Memang wanita itu sengaja ingin mendekorasi ruangan itu bersama-sama dengan keluarga, tanpa menggunakan jasa. Berlian hanya ingin me
Jonathan duduk sembari memangku Al Bara. Anak laki-laki itu tadi berceloteh dan didengarkan sang ayah. Lucu, mulut kecil itu selalu mengatakan akan menjadi seperti papa Jo ketika besar. Apa yang selama ini dirinya niatkan jika lahirnya albara itu untuk membuat bahagia dirinya dan juga keluarganya, tetapi di saat ia tersenyum tiba-tiba senyuman itu lenyap seketika. Dimana dirinya kembali lagi mengingat detik-detik saat putranya hilang. Saat itu kebahagiaannya sudah tidak sempurna lagi. Walaupun ia tertawa karena kamu tetapi kebahagiaan itu bisa lenyap tiba-tiba.Jonathan memejamkan matanya, mengapa rasanya benar-benar begitu sangat sakit. Rasanya jauh lebih sakit saat dirinya dan juga berlian berpisah waktu itu. Pernyataan benar-benar merasa jika ia gagal menjadi seorang ayah karena dirinya tidak bisa menemukan dimana keberadaan putranya itu. Namun, Jonathan pun sudah melakukan berbagai macam cara untuk bisa menemukan di mana putranya berada, tapi semuanya hanya berakhir dengan sia-sia
Kabar baik dari Alva di sambut semringah oleh Berlian juga Jonathan. Berlian, tanpa beban dan tidak tahu jika anaknya bukanlah anaknya bisa tersenyum tanpa memikirkan apa pun. Dirinya merasa bahagia karena sekarang saudaranya itu sudah memiliki anak, pasti lengkap sudah kebahagiaan di keluarga mereka itu.Namun, berbeda dengan Jonathan yang walau tersenyum tapi hatinya tetap getir. Setiap memandang bayi itu, ia teringat sang anak. Bahkan, nama yang sudah dia persiapkan pun tak diberikan pada bayi laki-laki itu. Dirinya benar-benar berharap jika ada suatu keajaiban yang membawa putranya bisa kembali lagi, ia tidak mau kehilangan darah dagingnya. Pasti dirinya akan menyesal seumur hidup dan ia akan hidup dalam penyesalan setiap harinya. Sekarang pun ia terus saja berusaha untuk bisa menemukan di mana keberadaan sang anak tanda siang malam dirinya terus saja memikirkan tentang putranya itu.Lagi, Jonathan kembali berbicara pada bayi mungil itu. "Andai kau tahu, aku sesungguhnya belum bi
Mereka semua berkumpul di ruang tamu, Arnold datang bersama Mischa dan Rara yang sudah hamil besar. Putrinya itu sangat merindukan anak Jonathan, sejak tadi siang terus saja merengek sampai-sampai membuat Rara tidak mampu untuk membujuknya lagi dan akhirnya mereka semua datang ke kediaman Jonathan.Arnold langsung saja duduk di sebelah adiknya, dan sang istri langsung saja menghampiri Berlian yang tengah menggendong bayinya itu."Lian, duh jadi deg degan nunggu lahiran," tukas Rara.Rara tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, ia juga walaupun ini bukan pengalaman pertamanya melahirkan. Namun, ia merasa begitu sangat takut, karena memang setiap lahiran itu berbeda-beda kontraksinya. Dahulu saja ia benar-benar merasa begitu sangat sakit bahkan Arnold pun menolaknya beberapa kali untuk kembali lagi memiliki momongan."Iya Mbak, kamu sehat-sehat ya." Berlian terus saja memberikan motivasi serta nasehat-nasehat kepada Rara untuk tetap menjaga kesehatannya. Berlian juga merasa jika pen
"Bagaimana, dia pintar kah hari ini?" tanya Jonathan saat pulang dari kantor. Pria itu berusaha bersikap tenang seolah-olah bayi laki-laki itu adalah bayinya. Demi kebahagiaan Berlian, dia tak mau istrinya stres dengan keadaan yang sebenarnya.Walaupun dirinya benar-benar begitu sangat tertekan, ia sangat merindukan anaknya dan juga dirinya belum mengetahui bagaimana nasib dari putranya itu. Apakah putranya semua kebutuhannya terpenuhi, apakah putranya sudah minum susu, apakah putranya bisa tidur dengan nyenyak? "Dia pintar, laki-laki hebat seperti kamu."Berlian benar-benar menjadi Ibu yang terbaik untuk kedua anaknya itu. Ia juga sangat menyayangi putranya tersebut, apalagi anaknya benar-benar tidak menyusahkan, tidak seperti bayi lainnya pada umumnya Rio benar-benar begitu sangat penurut dan jarang sekali menangis. Bahkan malam pun anaknya itu pun menangis hanya meminta susu saja. Berlian benar-benar merasa begitu sangat bahagia karena mendapatkan anak-anak yang sangat pintar sep
Masalah rumah sakit di urus oleh Arnold. Sementara, Jonathan fokus dengan bayi yang sudah berada di tangannya dan hari ini akan pulang bersamanya dan Berlian. Entah, dia jatuh hati dengan bayi tampan yang dia adopsi dari sebuah panti asuhan. Sedikit ada kemiripan, bayi laki-laki itu berkulit putih bersih, bibir tipis juga rambut tebal.Atas bantuan kakaknya, dia bisa menemukan bayi itu dirinya tidak mau membuat keadaan sang istri terpuruk dengan apa yang terjadi kepada bayi mereka biarkan dirinyalah yang bertanggung jawab mencari bayi itu dan ia juga tidak akan pernah melepaskan pihak rumah sakit bagaimana bisa mereka semua berkamuflase menyalahkan rencana alam tentang keteledorannya itu benar-benar tidak bisa memaafkan bagaimanapun juga iya seorang ayah dirinya benar-benar kehilangan bayinya."Satrio Perkasa." Jonathan telah memberi nama bayi yang ia adopsi dari sebuah panti asuhan tentu saja hanya dirinya dan juga sang kakak yang mengetahui hal tersebut ia tidak mau jika banyak ora
"Kami akan bertanggung jawab." Pihak rumah sakit benar-benar tidak menyangka, justru Arnold terlihat lebih berambisius dan berapi-api bahkan sejak tadi lelaki itu terus saja mengomel. Ia menyindir pihak ke rumah sakit yang benar-benar begitu sangat teledor bagaimana bisa keponakannya yang baru saja dilahirkan hilang, padahal rumah sakit ini adalah rumah sakit ternama. Rumah sakit besar, tidak mungkin Jonathan memilih rumah sakit asal-asalan untuk perawatan putra dan juga istrinya. Namun, ternyata rumah sakit yang ternama saja bisa begitu teledor. Sekarang dirinya tidak mengetahui bagaimana kondisi dari keponakannya itu, Arnold benar-benar merasa begitu kasihan dengan adiknya tersebut karena terlihat begitu sangat jelas jika Jonathan begitu emosional dan juga sedih."Tanggung jawab? Kalian pikir, keponakan saya hilang itu bisa di ganti?" Arnold marah. Sejak tadi pihak rumah sakit terus saja mengatakan tentang tanggung jawab tanggung jawab, sedangkan mereka saja tidak bisa bertanggung
"Ada apa kamu memanggilku ke sini, Jo?" tanya Arnold. Arnold memang tadi melihat pemberitaan tentang gempa yang baru saja terjadi di kota mereka itu. Ia juga begitu sangat khawatir apalagi saat mengetahui jika adik iparnya baru saja melahirkan dan berada di rumah sakit, iya saja yang berada di rumah merasa begitu sangat panik saat merasakan gempa bumi itu yang berada di rumah sakit.Akan tetapi, saat dirinya menelpon sang adik untuk menanyakan perihal bagaimana keadaannya serta keluarganya di rumah sakit, tetapi adiknya itu justru memintanya untuk segera datang ke rumah sakit dan terdengar suara dari Jonathan sangatlah panik membuat Arnold langsung saja bergegas ke rumah sakit. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat khawatir, takut jika terjadi sesuatu."Bayiku hilang." Wajah Arnold berubah memerah, bukan hanya Jo yang emosi. Sebagai kakak dia pun begitu kesal. Lelaki itu langsung saja menuntut adiknya bercerita bagaimana bisa rumah sakit ini adalah rumah sakit besar dan juga tern
Terjadi kegaduhan di ruang bayi, salah satu bayi hilang karena kejadian gempa bumi. Entah suster mana yang membawanya, mereka semua panik lalu menghubungi pihak rumah sakit.Karena jumlah bayi yang diselamatkan serta jumlah bayi yang ada sebelum kejadian itu pun berbeda. "Bagaimana bisa hilang?" tanya salah satu pemimpin rumah sakit. Keadaan benar-benar begitu sangat gaduh, karena salah seorang bayi tiba-tiba menghilang entah suster mana yang membawanya, karena mereka semua tidak ada yang mau mengaku dan mereka memang memegang bayi satu per orang satu."Kami semua panik, membawa bayi satu orang satu. Bayi yang di inkubator itu entah siapa yang membawa, kami semua membawa sekaligus papan namanya. Tapi, bayi yang satu itu ...."Semua suster sangat ketakutan, karena kejadian gempa bumi tadi benar-benar membuat semua orang panik bahkan mereka semua tidak memperhatikan masing-masing bayi yang ada di inkubator. Mereka menyelamatkan bayi yang belum diselamatkan oleh temannya, membawa bayi