"Permintaan yang mana, ya Kak?" tanya Berlian."Permintaan untuk datang ke acara yang akan di langsungkan Alea. Kamu tahu kan sebelumnya kalau kamu akan hadir ke acara itu?" tanya Rara."Awalnya aku tidak tahu, tapi akhirnya tahu. Mau menolak, Jonathan terus memaksa dan mengancam akan mengambil hak asuh Cinta," ujar Berlian.Rara mengernyitkan kening, lalu menggeleng. Ia tak habis pikir Jonatan bisa melakukan hal seperti itu padahal ia sama sekali tak ada kontribusi mengurus Cinta. Mana bisa langsing mengambil walau Rara yakin pasti Jonathan akan menang jika masuk ranah hukum."Tidak usah kamu pikirkan, tapi ya kalian masih cocok kok." Rara kembali menggoda Berlian."Biasa aja Ka, anakku sudah tahu ayahnya saja sudah bersyukur. Hanya saja aku terganggu kalau Jonathan yang selalu datang dengan tiba-tiba dan memaksa." Berlian menarik napas panjang. Rara bisa paham jika adik iparnya itu memang suka memaksa. Apalagi jika berhubungan dengan Cinta anaknya, Jonathan akan melupakan yang haru
"Asal kamu tahu, sebelum menikah dengan Papa kamu dia mengaku sebagai pengusaha besar. Lalu, saat itu dia meminta saya meminjamkan uang untuk menyogok sutradara," ujar Bu Agnia."Itu enggak benar, kan Pa?" tanya Alea."Sayangnya itu benar, Alea," ujar Rani. Sejak tadi Rani sudah begitu emosi, apalagi mendengar Ibunya di maki oleh kakak sambungnya."Kalian enggak usah sok suci. Semua punya dosa masa lalu, kamu juga jangan merasa teraniaya. Harusnya kamu menyalahkan Jonathan, bukan Mamaku." Alea merasa harusnya ia yang di kasihani, bukan malah seolah-olah semua ini adalah kesalahan dirinya."Papa kamu penipu, untungnya keluarga Jonathan enggak jadi besanan. Kalau enggak habis kali harta mereka sama kaya harta mama aku," papar Rani yang tak kalah emosi dari Alea. "Rani, sudah," pinta Bu Agnia."Kalian bikin aku frustasi!" Alea berteriak kencang lalu ia masuk kembali ke kamar dengan membanting pintu."Aku meminta kamu menjelaskan semua ini, bukan menghina dan membuka aib masa lalu. Dan
"Mama sudah aku beritahu. Dia sejak tadi meminta aku informasi," ujar Arnold."Jadi dia berpihak sama siapa?" tanya Jonathan. "Aku melihatnya setengah-setengah." Arnold tertawa setelah berbicara hal itu. Arnold begitu senang melihat adiknya yang kini berada di depannya. Sudah pasti akan ada masalah setelah ini.Jonathan menyesap rokok dan meniupkan asap ke udara. Apa yang ia lakukan hari ini akan membuat dunia menjadi gempar. "Kita lihat besok, apa saham kita akan naik atau turun," ujar Arnold sembari menepuk pundak adiknya.Arnold pamit ke dalam, sedangkan Jonatan masih berada di teras rumah Arnold. Ia kembali menyesap rokok sembari membayangkan perubahan Berlian saat di salon."Ke salon untuk apa lagi sih? Apa kurang make up aku, kurang tebal atau kurang cantik?" tanya Berlian saat di mobil. "Mama enggak jelek, tapi mungkin kata Papi Jo Mama kurang make up-nya. Kan kata Papi kita mau ke acara teman kantor Papi," ujar Cinta. "Nah, anak kamu saja tahu. Masa kamu enggak paham Lian.
"Perusak bagaimana, sudah aku katakan kamu datang sebelum ada dia. Sudah aku katakan kalau aku tidak mencintai Alea," lapar Jonathan."Itu kata kamu, tetep saja mulut jahat mereka akan menyudutkan aku. Kasihan Cinta, dia akan di kucilkan," imbuh Berlian lagi."Tidak akan ada yang mengucilkan Berlian karena dia akan hidup sebagai tuan putri. Tidak ada yang akan berani menyakiti Cinta karena aku ayahnya."Jonathan bisa berkata seperti, tapi justru Berlian cemas jika ada satu satu dua orang yang menyudutkannya. Berlian belum berniat mencari bagaimana putri kecilnya lahir. Baginya usia sang anak belum cukup umur untuk tahu hal yang sebenarnya. Berlian menarik napas panjang, berdebat dengan Jonathan tak akan membuat pria itu mengalah walau sebenarnya dia itu salah pikir Berlian."Aku lelah, mau ke kamar dulu." "Tunggu." Jonatan menarik tangan Berlian, lalu menangkapnya dan menggulum bibir Berlian dengan paksa. Berlian mencoba menghindar tapi Jonatan semakin gila dengan rakus memaksa."L
"Berlian aku yang bawa ke sini. Lagi pula bukan urusan Papa." Jonathan mencoba membela Berlian. Pak Ferdinand menatap tajam Berlian yang kini tampil berisi dan tampak lebih cantik dengan make up tipis lagi itu. Bu Santi tak kalah memperhatikan Berlian, ia pun kembali mengingat saat bertemu dengannya saat di restoran. "Apa yang kamu inginkan sebenarnya dari anak saya Jonathan, untuk apa kamu datang dan kembali lagi?" Pak Ferdinand bertolak pinggang di hadapan Berlian. Tubuh Berlian gemetar, ia tidak habis pikir dengan pikiran Pak Ferdinand yang masih saja membencinya. Lidahnya pun kelu untuk menjawab pertanyaan itu. Jonathan tak mau melihat Berlian takut. Ia pun menghampirinya dan merangkul wanita itu di hadapan kedua orang tuanya. "Bi Asih, tolong bawa Cinta dan Miska ke dalam," ujar Arnold."Baik Pak." Asisten rumah tangga Arnold pun langsung membawa ke dua putri itu masuk ke dalam sesuai perintah.Arnold hanya tidak mau sejak kecil mereka berdua sudah di pertontonkan keributan
"Baik, kalau itu yang Papa inginkan. aku akan melepas semua yang sudah aku perjuangkan. Kali ini aku akan memperjuangkan cinta," ujar Joo Jonathan. Mendengar hal itu Ferdinand semakin murka, ia berharap Jonathan takut saat dirinya memiskinkan anaknya. Namun, semua di luar prediksi yang ia pikirkan. Jonatan malah santai dengan apa yang di putuskan olehnya."Papa jangan mencari aku jika perusahaan Papa bangkrut. Banyak penjilat di sana jika Papa tidak hati-hati, mulai detik ini aku bukan lagi CEO di Perut Papa. "Jo, Papa sedang emosi. Kamu jangan menambah panas suasana." Sekali lagi Bu Santi meredakan suasana. Hanya saja semua terasa sia-sis.Jonathan kali ini sangat yakin, ia bisa bahagia dengan istri dan anaknya nanti walau tanpa harta kekayaan Berlian pun bukan wanita yang memikirkan materialistis.Melihat sikap sang anak yang begitu keras, Ferdinand pun tanpa berpamitan langsung melangkah menuju mobilnya. Emosinya sudah tak tertahan lagi, ia memegangi dada yang kini mulai terasa s
Alva mencoba menghubungi Berlian, sejak ia melihat berita di sosial media mengenai pembatalan pernikahan Jonathan dengan Alea dirinya begitu cemas dengan mental Berlian. “Ke mana kamu Lian, aku cemas melihat berita itu,” ungkap Alva. Tanpa ia sadar, Bu Shafira mendengar apa yang ia katakan. Keduanya memang hanya anak dan ibu sambung, tapi Syafira sudah mengurus Alva sejak kecil hingga sang anak sambung pun sudah menganggap Shafira adalah Ibu kandung. “Pasti kamu cemas dengan berita tentang Berlian. Mama melihat tadi pagi, tapi mereka menyudutkan Berlian.”“Aki sudah menghubungi dia tapi tak bisa tersambung. Aku tidak bisa membayangkan menjadi dia,” ujar Alva.Shafira tidak mengerti juga kenapa ia merasakan ada hal lain. Melihat Berlian tersudut, ia ingin mencari dan memeluk wanita itu. Hanya saja, Alva saja sulit menghubunginya apalagi dirinya.“Aku akan mencari tahu dengan datang ke rumahnya.” “Rumah siapa yang akan kamu datangi?” Alva menoleh saat mendengar suara berat
“Ma, aku takut,” ujar Cinta. Suara besar Jonathan benar membuat Cinta takut. Anak kecil itu bersembunyi di belakang sang ibu. Tidak biasanya anak itu memilih Berlian untuk berlindung karena berpikir Jonathan sedang marah dan hal itu sangat menyeramkan. Jonathan tidak bisa mengontrol emosinya, ia berlutut di bawah dan meminta maaf pada Cinta. Ia berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi, ia pun harus membiarkan Berlian pulang dengan taxi online karena memaksa pun akan membuat emosinya tak terkendali. Berlian menggendong Cinta lalu ke luar dari rumah Arnold. Jonathan mengusap wajah kasar, ia begitu frustasi dengan apa yang terjadi dengannya. Apalagi kalimat demi kalimat yang terlontar dari mulut Berlian. “Dia sudah pulang?” tanya Arnold.“Sudah.” “Sepertinya kalian bertengkar hebat. Ada apa?” Arnold bisa melihat wajah Jonathan yang begitu masam. Ia tahu adiknya pasti sedang tidak baik-baik saja. Apalagi ia sempat mendengar saat Jonathan berteriak dengan kencang. “Benar k