Sepulang dari restoran, Bu Shafira bertemu sang suami yang kebetulan sudah sampai di rumah. Wajah wanita itu walaupun terlihat sudah berumur, tetapi tetap saja nampak awet muda. Iya langsung saja menghampiri sang suami, suaminya memang jarang sekali berada di rumah mungkin saat ini ada di rumah karena memang sedang tidak ada pekerjaan ataupun pekerjaannya tidak terlalu banyak."Tumben sekali jam segini sudah pulang?" Bu Shafira memang sedikit terkejut melihat keberadaan suaminya yang sudah ada di rumah. Tidak biasanya lelaki yang selalu memanfaatkan waktunya untuk bekerja dan terus bekerja kini berada di rumah. Benar-benar hal yang sangat mengejutkan untuknya.Pak Hardian, tersenyum. Ia langsung memijat kepalanya. Memang sejak awal menikah dirinya selalu bekerja dan terus bekerja bahkan ia juga tidak mengetahui bagaimana tumbuh kembang sang anak. Jika tidak menikah dengan Bu Shafira mungkin ia tidak akan mengetahui bagaimana nasib anaknya Karena wanita itu tidak pernah marah ataupun m
Berlian menyelimuti diri karena lelah, keadaannya dulu sebelum hamil dan sekarang setelah hamil sangat berbeda. Dirinya menjadi mudah sangat lelah, dan juga nafsu makannya selalu bertambah-tambah bahkan ia sekarang makan 2 jam sekali ataupun tidak makan mungkin dirinya pasti akan mengemil. Entahlah nanti mungkin setelah melahirkan porsi makannya akan kembali seperti semula lagi. Lagi pula sekarang ia tidak memikirkan penampilan dan juga badannya dan performa yang terpenting adalah bayi yang sedang dirinya kandung sehat.Dirinya juga merasa sangat beruntung, karena kehamilan anak keduanya ini diperhatikan oleh seluruh keluarga sangat berbeda dengan saat dulu dirinya mengandung Cinta, yang berjuang seorang diri dan hanya bersama neneknya saja.Ia tahu mungkin suaminya sedang cemburu. Namun, tidak mungkin dirinya akan berselingkuh dengan pria lain karena dia sangat mencintai Jonathan. Kenapa Jonathan sekarang ini justru cemburuan padahal sudah jelas-jelas sekarang dirinya sudah resmi men
Saat sarapan pagi, Jonathan sudah terbangun dan ia pun telah bersiap-siap, iya mau turun untuk ikut sarapan bersama. Namun, melihat sang istri masih bergelung di kasur, membuat dirinya langsung saja memeriksa keadaan dari Berlian."Lian? Kamu tidak apa-apa kenapa belum bangun?" Jonathan merasa jika ada yang berbeda dengan istrinya saat ini dan kita tidak seperti biasa, biasanya wanita itu sudah siap saat dirinya bangun, tetapi berbeda dengan hari ini. Membuat lelaki itu merasa panik dengan apa yang terjadi kepada istrinya.Berlian mengeluh, ia membuka matanya. Dirinya tengah merasakan tubuhnya seperti baru saja bekerja berat karena benar-benar merasakan sakit. Mungkinkah kemarin dirinya terlalu kelelahan."Aku sangat lelah, kepalaku juga sedikit sakit. Serta sepertinya aku demam." Wajah dari Berlian pun terlihat begitu pucat. Ia benar-benar merasa begitu lelah dan juga seperti tidak bertenaga. Badannya pun terasa begitu hangat, sepertinya dirinya memang benar-benar setengah demam saat
Rara sengaja datang ke rumah ibu mertuanya. Ia merindukan sang anak. Melihat rumah mantan mertuanya itu benar-benar membuat hatinya merasa teriris. Padahal dahulu ia begitu senang saat datang ke sini, perlakuan kedua mertuanya benar-benar sangat baik kepadanya. Namun, tak menyangka jika sebuah musibah menimpa keluarganya membuat keluarganya yang begitu harmonis ini telah hancur lebur.Dirinya sangat mencintai Arnold, tetapi sayangnya ia dikhianati oleh lelaki itu yang membuat dirinya hancur secara fisik dan juga mental.Tadi sebelum datang ke rumah ini, ia sudah meminta izin kepada ibunya. Walaupun hubungan diantara mereka sudah hancur, tetapi tetap saja ia masih ibu kandung dari putrinya Mischa."Mama!"Mischa berlari menghampiri ibunya karena rindu. Anak itu selalu merindukan kehadiran ibunya setiap hari. Bahkan saat bangun tidur pun dia selalu saja mencari keberadaan ibunya itu menanyakan kepada nenek tante hingga ayahnya. Namun, mereka tidak ada yang mau menjawabnya.Rara pun lang
Cantika berkunjung ke rumah Berlian, sehabis berkirim pesan kakak ipar itu gegas ke rumah Berlian. Dengan diantar Alva, lalu sang kakak mampir sebentar. Sebagai adik ipar benar-benar Cantika adalah orang yang tepat menurut Berlian. Mereka seperti kakak dan adik karena selalu satu pemikiran, mencurahkan perihal kehamilan dan juga rumah tangga adalah hal yang sangat mereka berdua sukai. Saling sharing tentang bagaimana caranya berkomunikasi satu sama lain."Mau diantar ke dokter enggak?" tanya Alva. Lelaki itu mengkhawatirkan kondisi Berlian, sama seperti istrinya saudaranya itu Tengah hamil dan kondisi tubuhnya gampang lemah. Apalagi jika ada masalah yang terlalu dia pikirkan, tentu saja hal itu pasti akan berdampak kepada kesehatannya, setelah menjadi seorang suami dan calon ayah dan dokumen dirinya benar-benar sangat mengetahui bagaimana tentang kondisi perempuan yang sedang hamil itu."Engga usah Al, aku hanya terlalu lelah." Berlian memang tidak ingin ke dokter, lagi pula menurut
Rama tak bisa lepas dari memikirkan Berlian. Bahkan saat beberapa waktu bertemu dengan Jonathan, ia ingin sekali mengatakan jika pria itu sudah bosan, bisa memberikan Berlian padanya. Dirinya benar-benar mengharapkan Berlian menjadi pasangannya, ia tidak peduli tentang status wanita itu yang menjadi istri dari musuhnya yang terpenting adalah dirinya bisa mendapatkan orang yang dia sukai. Dirinya juga benar-benar tidak menyangka bisa jatuh cinta dengan wanita sampai seperti ini hampir membuatnya gila, setiap malam selalu saja memikirkan tentang Berlian.Rama tersenyum miris, lucu sekali. Bagaimana bisa bekas musuhnya ia begitu menginginkannya. Namun, menurutnya Berlian memiliki aura tersendiri yang membuatnya semakin terpikat dengan wanita tersebut bahkan sebelum mereka bertemu sudah sangat menyukai dan candu terhadap suara dari Berlian.Rama mengusap wajahnya dengan begitu kasar, bagaimana bisa ia juga tidak habis pikir dengan dirinya yang jatuh cinta dengan istri dari musuhnya terse
"Apa kita akan kembali bersama lagi dengan Mama?" Pertanyaan yang terlontar dari bibir kecil sang anak membuat sedih Arnold. Pria itu menggendong sang anak dan mengajak duduk di tepi kolam renang. Sudah hampir sore, mereka berdua masih sangat sedih atas keputusan Rara untuk pergi dari kehidupan mereka. "Pa, apa Mama akan sama-sama dengan kita lagi?" "Iya, tentu. Hanya saja belum tahu kapannya. Tapi, Papa janji, akan berusaha membawa Mama kamu lagi bersama kita." "Kapan?" Arnold bergeming, kemarin saja mengajak rujuk di tolak Rara. Bagaimana bisa ia berjanji, tapi setidaknya membuat sang anak tenang. Namun, mungkin tak akan membuatnya tenang. Misca memeluk sang ayah, hari Arnold begitu terenyuh dan merasa sangat menyesal karena tak bisa membuat bahagia sang anak. Arnold sangat merasa bersalah pada anaknya. Ia menyesal karena telah lalai dan mengakibatkan semua hancur berantakan. Apalagi kebahagiaan mereka jadi hilang begitu saja. Setelah berbincang dengan sang anak, Arnold kemba
Rania merasa tidak sia-sia. Ia sepeti mimpi kini berhadapan langsung dengan Arnold. Wanita itu kembali meyakinkan Arnold, agar ia tak merasa salah dengar dengan pernyataannya."Kamu akan menikahiku?" tanyanya lagi."Iya, aku akan menikahiku tanpa syarat apa pun. Aku dan Rara sudah selesai, rasanya sepi tak ada yang menemani di kamar. Kapan kita akan menikah?"Bak angin segar, wajah Rania begitu ceria. Semua mimpinya akan menjadi kenyataan. Apa pun tentang Arnold akan menjadi kenyataan. Gegas Rania mengatakan jika akan mengurus semuanya. "Apa kamu yakin tidak menunggu beberapa bulan lagi untuk menikah denganku?" "Rasanya aku tak sabar, saat kita bermalam di hotel rugi rasanya aku tak sadar saat bercinta denganmu. jadi, aku ingin secepatnya menikmati tubuh indahmu." Lidah dan netra Arnold bermain nakal. Mendengar hal itu Rania merasa gerogi. Arnold bangkit dan menghampiri Rania, jantung wanita itu begitu kencang berdetak tak karuan. Rasanya seperti kembali pada masa saat mereka masih