Cantika berkunjung ke rumah Berlian, sehabis berkirim pesan kakak ipar itu gegas ke rumah Berlian. Dengan diantar Alva, lalu sang kakak mampir sebentar. Sebagai adik ipar benar-benar Cantika adalah orang yang tepat menurut Berlian. Mereka seperti kakak dan adik karena selalu satu pemikiran, mencurahkan perihal kehamilan dan juga rumah tangga adalah hal yang sangat mereka berdua sukai. Saling sharing tentang bagaimana caranya berkomunikasi satu sama lain."Mau diantar ke dokter enggak?" tanya Alva. Lelaki itu mengkhawatirkan kondisi Berlian, sama seperti istrinya saudaranya itu Tengah hamil dan kondisi tubuhnya gampang lemah. Apalagi jika ada masalah yang terlalu dia pikirkan, tentu saja hal itu pasti akan berdampak kepada kesehatannya, setelah menjadi seorang suami dan calon ayah dan dokumen dirinya benar-benar sangat mengetahui bagaimana tentang kondisi perempuan yang sedang hamil itu."Engga usah Al, aku hanya terlalu lelah." Berlian memang tidak ingin ke dokter, lagi pula menurut
Rama tak bisa lepas dari memikirkan Berlian. Bahkan saat beberapa waktu bertemu dengan Jonathan, ia ingin sekali mengatakan jika pria itu sudah bosan, bisa memberikan Berlian padanya. Dirinya benar-benar mengharapkan Berlian menjadi pasangannya, ia tidak peduli tentang status wanita itu yang menjadi istri dari musuhnya yang terpenting adalah dirinya bisa mendapatkan orang yang dia sukai. Dirinya juga benar-benar tidak menyangka bisa jatuh cinta dengan wanita sampai seperti ini hampir membuatnya gila, setiap malam selalu saja memikirkan tentang Berlian.Rama tersenyum miris, lucu sekali. Bagaimana bisa bekas musuhnya ia begitu menginginkannya. Namun, menurutnya Berlian memiliki aura tersendiri yang membuatnya semakin terpikat dengan wanita tersebut bahkan sebelum mereka bertemu sudah sangat menyukai dan candu terhadap suara dari Berlian.Rama mengusap wajahnya dengan begitu kasar, bagaimana bisa ia juga tidak habis pikir dengan dirinya yang jatuh cinta dengan istri dari musuhnya terse
"Apa kita akan kembali bersama lagi dengan Mama?" Pertanyaan yang terlontar dari bibir kecil sang anak membuat sedih Arnold. Pria itu menggendong sang anak dan mengajak duduk di tepi kolam renang. Sudah hampir sore, mereka berdua masih sangat sedih atas keputusan Rara untuk pergi dari kehidupan mereka. "Pa, apa Mama akan sama-sama dengan kita lagi?" "Iya, tentu. Hanya saja belum tahu kapannya. Tapi, Papa janji, akan berusaha membawa Mama kamu lagi bersama kita." "Kapan?" Arnold bergeming, kemarin saja mengajak rujuk di tolak Rara. Bagaimana bisa ia berjanji, tapi setidaknya membuat sang anak tenang. Namun, mungkin tak akan membuatnya tenang. Misca memeluk sang ayah, hari Arnold begitu terenyuh dan merasa sangat menyesal karena tak bisa membuat bahagia sang anak. Arnold sangat merasa bersalah pada anaknya. Ia menyesal karena telah lalai dan mengakibatkan semua hancur berantakan. Apalagi kebahagiaan mereka jadi hilang begitu saja. Setelah berbincang dengan sang anak, Arnold kemba
Rania merasa tidak sia-sia. Ia sepeti mimpi kini berhadapan langsung dengan Arnold. Wanita itu kembali meyakinkan Arnold, agar ia tak merasa salah dengar dengan pernyataannya."Kamu akan menikahiku?" tanyanya lagi."Iya, aku akan menikahiku tanpa syarat apa pun. Aku dan Rara sudah selesai, rasanya sepi tak ada yang menemani di kamar. Kapan kita akan menikah?"Bak angin segar, wajah Rania begitu ceria. Semua mimpinya akan menjadi kenyataan. Apa pun tentang Arnold akan menjadi kenyataan. Gegas Rania mengatakan jika akan mengurus semuanya. "Apa kamu yakin tidak menunggu beberapa bulan lagi untuk menikah denganku?" "Rasanya aku tak sabar, saat kita bermalam di hotel rugi rasanya aku tak sadar saat bercinta denganmu. jadi, aku ingin secepatnya menikmati tubuh indahmu." Lidah dan netra Arnold bermain nakal. Mendengar hal itu Rania merasa gerogi. Arnold bangkit dan menghampiri Rania, jantung wanita itu begitu kencang berdetak tak karuan. Rasanya seperti kembali pada masa saat mereka masih
"Apa kamu sudah gila menikah dengan Rania?" Jonathan mengajukan protes saat sang kakak menceritakan akan menikahi wanita yang membuat rumah tangganya hancur. Dirinya saja sebagai seorang adik tidak rela, kakaknya menikahi wanita ular seperti Rania itu. Bagaimana nanti kehidupan kakaknya dan juga sang keponakan jika memiliki Ibu dan istri seperti Rania itu, dirinya saja tidak bisa membayangkan pasti hidup keponakannya akan merasa sangat tertekan dan dirinya tidak akan rela jika sampai Rania menyakiti keponakannya itu.Jonathan pun sangat yakin jika kakaknya pasti tidak akan pernah mencintai Rania, karena ia mengetahui jika cinta Arnold hanyalah untuk Rara saja.Melihat adiknya yang tidak terima dengan keputusan yang dirinya ambil Arnold mencoba untuk menenangkan Jonathan Yang sepertinya Tengah meradang atas keputusan yang baru saja dirinya buat itu."Tenang saja aku tidak mungkin bisa mencintai Rania, semua ini aku lakukan hanya untuk menutupi nama baik keluarga kita saja. Jika sampai
"Apa kau yakin dia akan menikahimu?" tanya ayahnya Rania. Dirinya benar-benar tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh putrinya, mengapa Rania sangat percaya diri jika putra dari Pak Ferdinand itu mau menikahi dirinya. Padahal dirinya melihat jika lelaki itu sama sekali tidak tertarik dengan Rania."Yakin, Arnold sendiri yang datang. Papa lihat bukan, pesona anak papa ini?" Rania sangat bangga dengan apa yang dilakukannya. Dengan datangnya Arnold ke kantor dan menyetujui pernikahan membuat Rania besar kepala.Dirinya tidak menyangka akhirnya Arnold bisa tunduk juga kepada pesonanya, Ternyata apa yang sudah dirinya lakukan selama ini bisa membuat hati Arnold menjadi tergila-gila kepada dirinya.Rania melebarkan senyum, ia pun sudah membayangkan menjadi istri Arnold dan menjadi wanita paling bahagia. Lalu, ia akan menyingkirkan beberapa orang yang akan menghalangi jalannya. Menurutnya ia tidak masalah melakukan hal apapun yang terpenting dirinya menjadi istri dari Arnold dirinya sa
Pak Ferdinan menggeleng mendengar ucapan pak Rudi ayahnya Rania. Lelaki itu juga memiliki seorang anak perempuan bagaimana bisa ia tertawa dan tersenyum bahagia dengan kehancuran rumah tangga dari seorang perempuan bahkan dari pernikahan itu pun sudah memiliki seorang anak bagaimana hal tersebut jika terjadi kepada putri dari Pak Rudi itu apakah lelaki itu masih bisa tertawa dan tersenyum seperti ini?"Bagaimana bisa kamu tertawa bahagia seperti ini setelah anakmu merusak rumah tangga anakku?" Pak Ferdinand juga begitu merasa sedih dengan kehancuran rumah tangga anaknya dan juga Rara apalagi ia melihat cucunya yang menjadi korban padahal rumah tangga anaknya itu baik-baik saja, tetapi mengapa tiba-tiba sebuah masalah datang dan menghancurkan kebahagiaan mereka berdua.Dirinya memang mempercayai sang anak jika Arnold tidak mungkin melakukan hal tersebut apalagi ia melihat jika cinta anaknya kepada Rara begitu besar, tetapi sayang anaknya itu tidak bisa memberikan bukti. Jika dirinya me
Jonathan bertemu dengan Arnold saat ia baru keluar dari dr ruangan sang ayah. Sang Kakak pun terheran-heran melihat adiknya yang baru saja keluar ruangan dari ayahnya itu, padahal biasanya sang adik memang jarang sekali ke ruangan ayahnya apalagi wajah dari Jonathan itu terlihat begitu terserang heran saat melihat kehadiran dirinya."Kenapa wajahmu seperti itu, melihatku seperti melihat hantu saja apa yang terjadi?" tanya Arnold heran karena melihat wajah dari adiknya itu tidak seperti biasanya membuat dirinya merasa terheran-heran.Lalu, ia pun menceritakan apa yang terjadi tadi. Ayah Rania datang dan membuat pak Ferdinand marah. Jonathan benar-benar tidak mengerti tentang pola pikir ayah dari Rania itu ternyata bukan hanya anaknya saja yang benar-benar gila dan stress karena sudah beraninya merusak rumah tangga orang lain lalu meminta pertanggungjawaban untuk dinikahi, tetapi nyatanya ayahnya jauh lebih gila daripada Rania lelaki itu justru tertawa di atas penderitaan orang lain bahk