Erlan terlihat lega melihat Arjuna pergi. Dia lalu menatap tajam ke arah asistennya. Seolah mengerti Dio pun berkata, "Tuan Muda, saya ke taman belakang sebentar. Mau mengadakan zoom meeting untuk mengabarkan kepada para klien, jika rapat pagi ini ditunda dulu." ucap Dio lalu mulai melangkah pergi.Setelah kedua pengacau itu pergi, Erlan terlihat lega.Nyonya Anisa dan Oma Rini juga sengaja menjauh dari situ untuk memberi waktu kepada keduanya, agar semakin akrab.Mitha yang telah menghampiri Erlan, segera duduk di dekat pria itu."Kamu mau ngapain dekat-dekat aku? Mau minta jatah? Apa kurang yang tadi di garasi?" ketus Erlan, pura-pura marah. Padahal dalam hatinya dia sangat senang saat ini."A ... aku mau mengobati luka mu, Mas. Wajahmu mulai terlihat bengkak sebelah," tutur Mitha Lalu dia pun mulai mengompres rahang Erlan yang bengkak itu, menggunakan kain kasa yang sebelumnya telah di rendam ke dalam es batu."Mas, aku mulai mengompres bagian yang bengkaknya, ya?" ucap Mitha lalu
"I ... iya, Mas." Lalu Mitha pun mulai memapah tubuh besar Erlan untuk melangkah menuju ke kamarnya yang berada di lantai atas.Sementara Arjuna, baru saja sampai di sebuah tempat rahasia di pinggiran Kota Jakarta.Dia ingin menginterogasi pria yang telah menghadiahi bogem mentah di rahang kokoh milik sang sepupu, Erlan."Siapa yang menyuruh Anda menghajar Tuan Erlan?" seru salah satu anak buah Arjuna.Namun orang itu, tidak mau mengatakan apa pun. Seketika Arjuna geram. Karena hampir sepuluh menit tidak ada jawaban apa pun dari orang tersebut."Cepat katakan! Jangan sampai Bos Juna turun tangan menghajar Anda!" ancam anak buah Arjuna lagi.Namun orang itu, tetap tidak gentar. Dia terus saja diam dan tak bersuara.Hal tersebut malah membuat Arjuna menjadi geram. Dia terlihat membuka bajunya dan bersiap-siap ingin menghajar orang itu.Sang pria tiba-tiba gentar melihat Arjuna yang sedang membuka bajunya. Otot-otot tubuhnya yang menonjol mulai terlihat.Akan tetapi dia juga takut untuk
Namun Mitha tetap diam saja dan tidak menjawab perkataan Erlan itu. Dia lalu mengoles tangannya dengan lotion lalu mulai memijit punggung sang calon suami. "Mas ... aku mulai, ya?" "Iya, buruan!" sahut, Erlan. Mitha pun dengan telaten mulai memijit punggung sang calon suami. "Wah, ternyata pijitannya enak juga. Terasa banget dan bikin nyaman." puji Erlan dalam hatinya. "Kamu sudah biasa memijit sebelumnya? Kok sepertinya kamu mahir banget?" tanya Erlan penasaran. "Iya, Mas." jawab Mitha singkat. "Apa? Jadi kamu pernah memijit orang lain selain aku sebelumnya?" "Iya, Mas pernah," jawab Mitha lagi, sambil terus fokus memijit Erlan. "Sial! Ternyata gue pasien yang kedua! Bikin gue jadi bt aja nih, mendengarnya!" tukasnya dalam hati. "Dasar murahan!" Erlan tiba-tiba-tiba mengumpat. "Memangnya Lo memijit siapa sebelumnya, hah! Sudah, cukup! Jangan pijit gue lagi!" kesalnya lalu mulai menjauh dari Mitha. "Mas, aku tanggung banget memijitmu, sebentar lagi juga selesai." sergah M
"Oh ya, ingat nanti siang memasak lah untukku!" seru Erlan mengingatkan Mitha."Kamu mau dimasakin apa, Mas?" tanya Mitha kepadanya."Apa saja, asal kan kamu yang memasak pasti enak!" puji Erlan.Mitha pun tersipu malu mendengarnya."Hei! Kamu jangan geer, begitu. Aku hanya terpaksa memakan hasil masakanmu!" ketusnya kepada gadis itu.Baru saja senyum manis terbit di sudut bibir Mitha. Akan tetapi, dalam hitungan detik. Pria itu mampu membuat wajah sang gadis menjadi sangat cemberut.Karena keenakan dengan pijitan Mitha, membuat Erlan menjadi tertidur. Bunyi dengkuran kecil dari saluran pernapasannya mulai terdengar di dalam kamar itu.Mitha dengan pelan mulai turun dari atas tempat tidur. Setelah itu, dia pun menyelimuti tubuh kekar lelaki itu.Setelah Mitha rasa semua terlihat sempurna, dia pun ke luar dari kamar Erlan dan langsung turun ke lantai bawah untuk mempersiapkan makan siang untuk sang calon suami.Di sebuah gedung tua di pinggiran Kota Jakarta,"Kurang ajar! Berani-berani
Arjuna menegakkan kepalanya lalu berkata,"Uncle, maafkan aku." Hanya kata-kata itu yang mampu Arjuna ucapkan saat ini."Uncle tidak menyangka kamu menutupnya rapat-rapat selama ini. Apa yang kamu cari Arjuna! Apa kurang perlindungan yang Uncle berikan kepadamu selama ini? Jawab!" hardik Tuan Fred, untuk pertama kalinya kepada keponakan yang paling dirinya sayangi itu."Ma ... maaf, Uncle." serunya lagi sambil menundukkan kepalanya."Uncle tidak butuh maaf mu! Uncle hanya ingin penjelasan darimu. Kenapa kamu sampai berani berbuat nekat, masuk ke dalam dunia mafia dan menjadi detektif rahasia?" sergah Tuan Fred lagi.Arjuna diam, namun dia sedang berpikir akan memulai dari mana untuk menjelaskan semuanya kepada sang paman.Setelah mendapatkan jawabannya, Arjuna pun mulai berkata,"Uncle, aku terpaksa masuk ke dunia detektif, untuk mencari tahu kebenaran atas kecelakaan yang menimpa kedua orang tua ku!" tegas Arjuna."Juna, Uncle sudah menyewa detektif ternama untuk menyelidiki semuanya
Di kediaman Levin,Tepatnya di dalam dapur, Mitha sedang berkutat di sana. Dia sedang mencoba memasak makanan kesukaan Erlan.Awalnya, Mitha bingung mau memasak apa untuk sang calon suami. Lelaki itu hanya mengatakan, "Memasaklah untukku." Erlan tidak menentukan jenis masakan apa yang ingin dirinya makan. Untuk itu, Mitha pun berinisiatif untuk menanyakan makanan kesukaan Erlan kepada Bik Mina. Untung saja sang bibi tahu makanan favorit Erlan, dan dia pun memberitahukannya kepada Mitha."Tuan Muda sangat menyukai spaghetti, Nona." tutur Bik Mina."Oh gitu ya, Bi. Jadi Mas Erlan menyukai sphagetti?""Iya, Nona. Apakah Nona bisa memasaknya?" tanya Bik Mina."Sa ... saya belum pernah memasaknya sih, Bik. Tapi saya akan mencobanya." seru Mitha, sambil mulai membuka ponselnya untuk mencari resep cara memasak spaghetti, makanan kesukaan Erlan.Bik Mina lalu menyediakan beberapa bahan yang diperlukan. Yang sebelumnya dirinya ambil dari dalam kulkas."Nona, ini beberapa bahan untuk Anda gun
"Cih! Dasar murahan! Ngapain kamu senyum-senyum, begitu?" hardiknya.Mitha segera menunduk. Dia kembali sakit hati dengan perkataan Erlan kepadanya.Gadis itu berpikir jika Erlan sudah mulai bersikap lembut kepadanya. Namun kenyataannya tidak.Jadi Mitha memilih menunduk, lalu diam menyembunyikan kesedihannya karena sikap Erlan yang selalu berubah-ubah kepadanya.Kadang Erlan sangat baik kepadanya. Namun detik berikutnya, sikap pria itu bisa berubah kepadanya.Padahal yang sebenarnya terjadi, pria itu sangat menyukai rasa spaghetii buatan Mitha. Sungguh sangat pas di lidahnya.Namun lagi-lagi, Erlan lebih memilih melukai perasaan Mitha dengan kata-katanya yang sangat kasar. Dibandingkan dengan jujur kepada wanita itu, tentang perasaannya yang sesungguhnya kepadanya."Ngapain, dia menunduk begitu? Cih! Baru itu saja sudah tersinggung!" Dasar menyebalkan!" gumam Erlan dalam hatinya.Lalu keduanya pun dipanggil oleh Tuan Fred yang sudah menunggu mereka di ruang keluarga."Papi, ini baru
Lalu Niken pun menceritakan semua hal yang telah menimpanya kepada sahabatnya. Masih dengan posisi sujud. "Mitha, aku terpaksa menjualmu malam itu. Karena saat itu, aku ... aku sedang hamil. Pria yang menghamili ku tidak mau bertanggung jawab, bahkan dia tidak mengakui jika anak ini adalah darah dagingnya. Padahal, dia adalah pria yang telah merenggut kegadisanku! Aku memang bodoh! Aku terlalu percaya dengan segala rayuan dan omong kosongnya kepadaku." Niken pun mulai menangis terisak-isak di hadapan Mitha. "Aku telah mendapatkan karma ku. Karena semua perbuatanku terhadapmu. Aku telah mengalami keguguran dan hampir saja mati. Uang yang ku dapatkan malam itu, habis membiayai pengobatan ku di rumah sakit. Untuk itu hari ini, aku bersujud di hadapanmu untuk memohon belas kasihan darimu. Tolong maafkan aku, Mith?" serunya memelas. Mitha seakan tak percaya dengan semua rentetan kejadian yang menimpa sahabatnya, dengan menghela napas yang panjang. Dia pun berkata lagi, "Niken, bangunla