"Baik, Mami." jawab Mitha lalu melangkah ke garasi yang berada di samping rumah megah itu.Dengan polosnya, Mitha menemui Erlan di garasi. Dia tidak tahu saja, jika sang predator sedang menunggu mangsanya dari tadi."Lama banget sih, dia! Keburu Si Dio datang, kalau begini mah!" gerutunya, dalam hati. Namun senyumnya mulai melebar di bibirnya saat melihat dari kejauhan, jika Mitha sedang berjalan menuju ke arahnya, dengan membawa satu kotak bekal makan siang untungnya.Gadis itu semakin dekat dengan mobil. Dengan cepat, Erlan membuka pintu mobil dari dalam.Mitha sampai juga di tempat di mana Erlan berada saat ini. Dia melihat jika pria itu sedang membuka pintu mobil. Mitha pun segera berkata,"Mas, aku membawa bekal makan siang untuk mu. Di mana aku meletakkannya ya, Mas?" ucapnya kepada calon suaminya."Tarok di sini," ucap Erlan. Lalu menepuk-nepuk kursi penumpang yang berada di dekatnya.Dengan polosnya, Mitha pun meletakkan kotak bekal itu di samping Erlan. Sehingga setengah d
"Jangan sampai aku menjemput paksa dirimu, untuk masuk ke dalam mobil, Mitha! Aku jamin aku tidak akan melepasmu, setelah itu." ucap Erlan semakin menakut-nakuti calon istrinya."Duh, kenapa lagi sih, dia? Memang deh, namanya cocok dipanggil raja hutan. Karena dia memang sangat buas dan mesum banget. Aku ... aku harus bagaimana? Seseorang tolong aku!" jerit Mitha dalam hatinya.Beruntungnya, Dewi Fortuna memang sedang berpihak kepada Mitha. Tak berapa lama Asisten Dio sedang berjalan menuju garasi.Melihat sang asisten datang menuju kepadanya, Erlan seketika menggerutu,"Dasar jomlo karatan! Selalu saja mengganggu! Datang tidak pada waktu yang tepat, bikin gue senewen aja!" geram Erlan dari dalam hati."Woi ... perjaka letoy, Lo ngapain cepat banget balik ke sini?" hardik Erlan dari dalam mobil."Ya ampun, Bos. Tadi kan Anda bilang, dua puluh menit. Saya tepat waktu kembalinya." jawab Dio sambil melangkah lebih dekat menuju mobil.Melihat Asisten Dio yang berjalan ke arah mereka. Mem
Erlan lalu masuk ke dalam mobil dan membanting pintu dengan keras."Sialan! Jadi benar dugaanku! Arjuna juga menyukai Mitha! Ini tidak bisa dibiarkan!" serunya marah dalam hatinya."Yes! Akhirnya aku selamat dari terkaman Si Raja Hutan." ucap Dio sambil menghapus air matanya."Untung saja, Bos Erlan tidak jadi melayangkan bogem mentahnya. Yang ada, pasti wajahku pada bonyok semua!" sedihnya tak tertahankan."Aku harus cepat-cepat melupakan perasaanku yang salah ini, terhadap Nona Mitha." tekad Dio dalam hatinya.Dia pun kembali masuk ke dalam mobil. "Bos, kita berangkat sekarang?" tanyanya kepada sang atasan."Nggak! Kita menginap saja, di sini!""Hah? Maksudnya apa, Bos?" tutur Dio tak mengerti."Jalankan mobilnya, telmi!" umpatnya."Siap, Bos! Laksanakan." Dio pun mulai melajukan mobil menuju ke kantor.Sementara Erlan sedang berpikir keras bagaimana caranya, agar dapat membatasi Mitha untuk berinteraksi dengan Arjuna. Walaupun dia merasa itu sesuatu hal yang tidak mungkin. Karena
"Tuan Muda, Anda sudah sadar?" tanya Dio, sedikit khawatir. "Jawab yang gue tanya, Dio!" hardik Erlan."Maaf Tuan Muda, atas perintah Tuan Arjuna, Anda harus kembali ke Kediaman Levin.""Apa? Lo sudah gila kah? Lo kan tahu, pagi ini ada gue meeting penting? Putar balik!" perintah Erlan, kepada sopir itu.Namun sang sopir tidak menggubris perkataan Erlan. Dengan santainya, dia terus melajukan mobil menuju ke Kediaman Levin. Karena atasannya adalah Arjuna. Dia hanya mengikuti perintah darinya saja."Dio! Suruh orang itu putar balik!" sergah Erlan marah.Dia sedikit meringis sakit karena rahangnya yang terluka."Aduh ..." keluhnya."Makanya, jadi orang itu, jangan ngeyel!" tutur Arjuna yang dari tadi berdiam diri."Hei! Siapa Lo ngatur-ngatur, gue?" Erlan malah semakin protes."Dio! Lo dengar nggak yang gue katakan?""I ... iya, Bos. Saya mendengarnya, kok. Hanya saja, yang berkuasa saat ini adalah Tuan Arjuna. Saya mah, ngikut saja, Bos." tukasnya, lagi."Kurang ajar! Arjuna, kok jadi L
Erlan terlihat lega melihat Arjuna pergi. Dia lalu menatap tajam ke arah asistennya. Seolah mengerti Dio pun berkata, "Tuan Muda, saya ke taman belakang sebentar. Mau mengadakan zoom meeting untuk mengabarkan kepada para klien, jika rapat pagi ini ditunda dulu." ucap Dio lalu mulai melangkah pergi.Setelah kedua pengacau itu pergi, Erlan terlihat lega.Nyonya Anisa dan Oma Rini juga sengaja menjauh dari situ untuk memberi waktu kepada keduanya, agar semakin akrab.Mitha yang telah menghampiri Erlan, segera duduk di dekat pria itu."Kamu mau ngapain dekat-dekat aku? Mau minta jatah? Apa kurang yang tadi di garasi?" ketus Erlan, pura-pura marah. Padahal dalam hatinya dia sangat senang saat ini."A ... aku mau mengobati luka mu, Mas. Wajahmu mulai terlihat bengkak sebelah," tutur Mitha Lalu dia pun mulai mengompres rahang Erlan yang bengkak itu, menggunakan kain kasa yang sebelumnya telah di rendam ke dalam es batu."Mas, aku mulai mengompres bagian yang bengkaknya, ya?" ucap Mitha lalu
"I ... iya, Mas." Lalu Mitha pun mulai memapah tubuh besar Erlan untuk melangkah menuju ke kamarnya yang berada di lantai atas.Sementara Arjuna, baru saja sampai di sebuah tempat rahasia di pinggiran Kota Jakarta.Dia ingin menginterogasi pria yang telah menghadiahi bogem mentah di rahang kokoh milik sang sepupu, Erlan."Siapa yang menyuruh Anda menghajar Tuan Erlan?" seru salah satu anak buah Arjuna.Namun orang itu, tidak mau mengatakan apa pun. Seketika Arjuna geram. Karena hampir sepuluh menit tidak ada jawaban apa pun dari orang tersebut."Cepat katakan! Jangan sampai Bos Juna turun tangan menghajar Anda!" ancam anak buah Arjuna lagi.Namun orang itu, tetap tidak gentar. Dia terus saja diam dan tak bersuara.Hal tersebut malah membuat Arjuna menjadi geram. Dia terlihat membuka bajunya dan bersiap-siap ingin menghajar orang itu.Sang pria tiba-tiba gentar melihat Arjuna yang sedang membuka bajunya. Otot-otot tubuhnya yang menonjol mulai terlihat.Akan tetapi dia juga takut untuk
Namun Mitha tetap diam saja dan tidak menjawab perkataan Erlan itu. Dia lalu mengoles tangannya dengan lotion lalu mulai memijit punggung sang calon suami. "Mas ... aku mulai, ya?" "Iya, buruan!" sahut, Erlan. Mitha pun dengan telaten mulai memijit punggung sang calon suami. "Wah, ternyata pijitannya enak juga. Terasa banget dan bikin nyaman." puji Erlan dalam hatinya. "Kamu sudah biasa memijit sebelumnya? Kok sepertinya kamu mahir banget?" tanya Erlan penasaran. "Iya, Mas." jawab Mitha singkat. "Apa? Jadi kamu pernah memijit orang lain selain aku sebelumnya?" "Iya, Mas pernah," jawab Mitha lagi, sambil terus fokus memijit Erlan. "Sial! Ternyata gue pasien yang kedua! Bikin gue jadi bt aja nih, mendengarnya!" tukasnya dalam hati. "Dasar murahan!" Erlan tiba-tiba-tiba mengumpat. "Memangnya Lo memijit siapa sebelumnya, hah! Sudah, cukup! Jangan pijit gue lagi!" kesalnya lalu mulai menjauh dari Mitha. "Mas, aku tanggung banget memijitmu, sebentar lagi juga selesai." sergah M
"Oh ya, ingat nanti siang memasak lah untukku!" seru Erlan mengingatkan Mitha."Kamu mau dimasakin apa, Mas?" tanya Mitha kepadanya."Apa saja, asal kan kamu yang memasak pasti enak!" puji Erlan.Mitha pun tersipu malu mendengarnya."Hei! Kamu jangan geer, begitu. Aku hanya terpaksa memakan hasil masakanmu!" ketusnya kepada gadis itu.Baru saja senyum manis terbit di sudut bibir Mitha. Akan tetapi, dalam hitungan detik. Pria itu mampu membuat wajah sang gadis menjadi sangat cemberut.Karena keenakan dengan pijitan Mitha, membuat Erlan menjadi tertidur. Bunyi dengkuran kecil dari saluran pernapasannya mulai terdengar di dalam kamar itu.Mitha dengan pelan mulai turun dari atas tempat tidur. Setelah itu, dia pun menyelimuti tubuh kekar lelaki itu.Setelah Mitha rasa semua terlihat sempurna, dia pun ke luar dari kamar Erlan dan langsung turun ke lantai bawah untuk mempersiapkan makan siang untuk sang calon suami.Di sebuah gedung tua di pinggiran Kota Jakarta,"Kurang ajar! Berani-berani