Share

CALON TUNANGAN (PALSU)
CALON TUNANGAN (PALSU)
Author: YUNA IZMAYA

BOS CEREWET

Author: YUNA IZMAYA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pengkhianatan yang dilakukan Danish meninggalkan luka mendalam di hati Azzura. Ada ruang kosong, yang entah sampai kapan bisa sembuh tanpa harus meninggalkan bekas yang perih.

Apa boleh buat. Semua yang sudah terjadi tidak bisa diulang kembali. Azzura sadar, meski hatinya terluka begitu parah, ia harus terus melanjutkan hidup meski dengan luka dalam hati nya.

Hidup tetap berjalan, meski Danish telah menyakiti dan mengkhianati dirinya.

Masih segar dalam ingatan Azzura, pertemuan pertama dirinya dengan Danish di gedung dekat pojok asrama mahasiswa.

Dulu, mungkin Azzura sangat berterima kasih kepada Dena yang telah membuatnya bingung, karena salah memberi nomer asramanya.

Karena justru tanpa kebingungan dengan salah nomer itu, mungkin Danish dan Azzura tidak akan pernah bertemu dan berkenalan.

Hari sudah hampir menjelang sore saat Azzura benar-benar kebingungan tersasar dan salah alamat. Lalu, nasiblah yang menentukan hanya ada mereka berdua di ujung jalan itu, hingga mau tak mau, Azzura tak punya pilihan tempat bertanya selain Danish yang sedang berdiri di ujung jalan.

"Maaf, boleh minta tolong?" saat itu sedikit tidak yakin, gadis manis berlesung pipi itu memberanikan diri bertanya kepada Danish.

Wajah Danish yang terlihat sangat tenang, menyunggingkan senyum manis ke arah Azzura, seolah sedang ingin meyakinkan bahwa ia bukan orang jahat.

"Ya? Ada yang bisa saya bantu?" jawab Danish sambil menatap Azzura lembut.

Begitulah. Pertemuan pertama Danish dan Azzura yang berlanjut hingga keduanya menjadi sepasang kekasih dan memutuskan untuk bertunangan dan menikah.

Empat tahun bukan waktu sebentar untuk menjalani sebuah hubungan.

Bahkan undangan pernikahan keduanya sudah tersebar hampir ke seluruh kerabat dan handai taulan.

Hingga satu minggu sebelum tanggal pernikahan.

Sungguh sangat tak disangka Azzura menerima rangkaian kalimat, pesan yang dikirim Danish. Sebuah kabar berita yang tak pernah Azzura duga.

"Maaf, Ra ... tapi sepertinya kita belum berjodoh, aku telah khilaf dan berbuat kesalahan yang sangat fatal. Dena sedang mengandung anakku. Padahal aku baru sekali melakukannya, maafkan aku, Ra. Aku harus bertanggung jawab pada Dena."

Deretan kalimat itu membuat Azzura bagai dihantam sebuah pukulan keras yang seketika membuatnya bagai terlempar ke dasar jurang.

Sungguh pengecut! Bahkan Danish tidak berani bicara langsung pada keluarga besar Azzura.

"Lucu. Sangat lucu! BARU SEKALI! Kau pikir ini ajang uji coba! Dasar laki-laki busuk!

Semudah itu kamu mempermainkan hati sekaligus mempermalukan keluargaku." Azzura membalas pesan Danish dengan sisa kesabarannya.

Kenangan manis bersama Azzura seolah langsung dihapus dari memori Danish.

Mungkin bagi Danish semua waktu yang telah mereka lalui bersama hanya sebuah kisah usang. Hanya sebuah kenangan yang dengan mudah dilupakan.

Hanya dalam jangka tak sampai satu bulan setelah Danish membatalkan acara pernikahan, Azzura menerima undangan pernikahan Danish dengan Dena.

Yang lebih lucu dan gila! Dena berani mengundang Azzura! Undangan berwarna emas yang sama persis dengan desain undangan yang Azzura pilih.

Entah dimana Dena menyimpan otak dan hati nuraninya.

♥️♥️♥️

"Azzura! Hei, hallo?"

Pak Aydan mengayun-ayun telapak tangan di depan wajah Azzura -asisten pribadinya- yang sedang melamun.

Buru-buru gadis cantik itu mengalihkan pandangannya dari layar komputer. "Oh, eh. Ya, Pak? Ada perlu apa, ya? Kopi, teh atau air mungkin?" imbuh Azzura buru-buru mengembalikan konsentrasi.

Sementara Pak Aydan -bosnya- sudah berdiri sembari berkacak pinggang, matanya setengah membulat.

"Aduh Ra! Kamu lagi kerja, lho! Tolong jangan ngelamun aja. Tuh, tuh ini masih belum jam pulang, kan. Ayo, semangat! Kamu dibayar pake duit perusahaan, lho!" Aydan menunjuk-nunjuk arloji di pergelangan tangannya lalu bertepuk-tepuk tangan, seolah sedang memberi semangat Azzura supaya tidak melanjutkan melamun.

Bibir Azzura mencibir. "Haduh, Pak. Iya deh, iya. Maaf, barusan saya keinget mantan saya."

"Mantan? Tumben nyebutnya sopan banget, biasanya manggil kampret." Aydan terkekeh, "mana berkas yang tadi saya suruh print?"

tangannya lalu terulur.

"Lagi sehat sayanya Pak, jadi berbahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang sopan." Azzura menyerahkan lembaran kertas yang sudah selesai dia cetak sejak lima menit lalu, "nih, Pak. Gara-gara kelamaan nungguin ngeprint ini, saya jadi hanyut terbawa perasaan."

Aydan tertawa, "eh, ngapain jadi nyalahin berkas punya saya. Ini calon duit tahu," Aydan mengambil berkas dari tangan Azzura, "hanyut ... hanyut, memangnya kamu aliran sungai. Sana beli kopi, sekalian kamu juga. Eh, ya, beliin si Santi juga, Johan juga, Riko tuh tanyain sekalian." Titah Aydan sembari berjalan berlalu dari kubikel milik Azzura.

"Nggak sekalian beli-in buat satu divisi kita aja, Pak?" Azzura berdecak, pura-pura sebal.

Dari balik pintu ruang kerja, Aydan melongok, "boleh, boleh. Emang kamu bisa bawanya, Ra?"

"Pak! Please deh, saya nggak lagi pengen nambah dosa! Jangan bikin saya tambah marah, lho."

"He he he, iya deh, iya. Beli buat kamu sama saya aja. Sama Santi, deh. Biar dia nggak ngantuk."

"Nah. Gitu dong. Ya udah sana cepet dibaca itu berkas-berkasnya. Biar cepet cair, jadi duit! Jangan lupa, bonusnya lho, Pak."

Dari balik kubikel nya, Azzura bisa mendengar bos-nya itu tertawa kecil, "iya bawel, udah sana cepet, kopi ... kopi!"

♥️♥️♥️

Azzura Leana, usianya yang hampir mendekati bilangan 25 tahun. Usia rawan pertanyaan kapan menikah dan berbagai sindirian halus seputar pernikahan.

Sebelum-sebelumnya, keluarga Azzura tidak pernah menyinggung dan bertanya perihal pernikahan, tapi belakangan, entah kenapa, mamanya mulai sering menodongnya dengan pertanyaan, "kapan calon mantu Mama, mau kamu bawa ke rumah?" atau di lain waktu, "Ra, sebentar lagi kamu mau dua puluh lima tahun, lho. Masak masih nggak pengin nikah?" Dan senjata pamungkas yang sering diucap sang Mama, "Ra, kita nggak tahu umur manusia. Sebelum meninggal, Mama pengin gendong cucu dari kamu."

Huuft! Azzura menghela nafas.

Benar-benar hal yang sangat menguji kesabarannya.

♥️♥️♥️

Suara gemerincing lonceng pintu kafe berbunyi nyaring saat Azzura melangkah masuk ke dalam kafe.

"Siang Mba Azzura, mau pesan apa?"

Pelayan kafe kopi di lantai bawah menyapa ramah. Dia sudah hafal betul sosok Azzura.

"Biasa lah, bikin satu punya Pak Aydan sama satu punyaku, jangan lupa ekstra susu ya. Ehm, satu lagi, capucinno-nya buat Santi."

"Siap, bos-ku! Silakan duduk Mbak, nanti kalo udah beres saya kasih sinyal."

"Yaelah, Dim, kasih sinyal. Kamu pikir saya telepon." Azzura tertawa.

Setelah beberapa saat menunggu, Dimas -pelayan kafe kopi- memanggil nama Azzura, " atas nama Azzura, pesanannya sudah siap."

Azzura memasukkan kembali telepon seluler miliknya ke dalam saku blazer. Pesan singkat yang baru saja selesai dibacanya langsung membuat wajahnya berubah masam.

"Ra, nanti malam pulang ke rumah, ya. Ada Om Riko sama istrinya mau mampir, mumpung lagi di Indonesia. Awas ya kalo nggak pulang!"

Begitu isi pesan dari mamanya.

Azzura kesal bukan karena permintaan pulang mamanya, tapi lebih ke berita 'ada Om Riko dan istri' yang mau mampir ikut malam di rumahnya. Bukan apa-apa, Om Riko sih nggak masalah, adik sepupu mamanya itu baik dan tidak ada masalah dengannya.

Justru yang jadi letak permasalahan adalah, Tante Tania -istri Om Riko- tantenya itu punya mulut yang nggak difilter. Semua kalimatnya penuh dengan sindiran halus. Terlepas dari cara bicaranya yang pedas, sebetulnya dia baik.

Entah kenapa, hanya pada Azzura tantenya itu selalu bersikap nyinyir. Kalau kata mamanya, dia bersikap begitu karena usia anaknya tidak terpaut jauh dengan Azzura. Alias, dia senang membanding-bandingkan anaknya itu dengan Azzura.

"Ini Pak bos kopi favoritnya, silakan diminum selagi masih hangat." Azzura meletakkan kopi milik Aydan di ujung meja kerjanya.

Aydan hanya melirik sekilas, sambil tetap membaca lembaran berkas 'calon duit' dengan serius.

"Hemm, thanks Ra. Minum juga sana kopimu, ntar kalo dingin nggak bisa diangetin lho." Azzura hanya meringis mendengar jokes garing bosnya. Untung ganteng, untung juga dia bos-nya, coba kalau bukan. Azzura pasti sudah mengolok-olok leluconnya.

"Ra, mumpung saya inget, coba kamu survey ulang lokasi yang kemarin diminta sama klien dari Semarang. Takutnya ada yang lebih bagus, dari yang kemarin, biar nanti ada pilihan lain." Aydan menatap Azzura dari balik lembaran berkas, menyesap kopi miliknya sambil kembali melanjutkan membaca. Azzura hanya mengangguk cepat. Perintah bos harus langsung dilaksanakan.

♥️♥️♥️

Azzura melajukan mobil SUV miliknya menuju rumah dengan enggan. Jadwal pulang ke rumah sebetulnya hanya di akhir pekan. Ck! Kalau bukan karena undangan dadakan dia sebenarnya malas pulang.

Sejak tragedi batalnya pernikahan, ia memilih pindah. Dia memilih tinggal di lokasi yang tidak terlalu jauh dari kantornya.

Awalnya mama dan papa menolak, tapi berbekal alasan klasik, biar lebih hemat waktu, dekat ke tempat kerja, akhirnya mereka mengizinkan Azzura tinggal di tempat kost.

Bukan sekadar tempat kost biasa, Azzura menyewa apartemen milik temannya yang pindah ke luar kota karena ikut suaminya pindah tugas. Apartemen yang terbilang nyaman dengan harga teman, rezeki tentu tidak boleh ditolak.

Dua buah mobil lain sudah terparkir rapi di depan rumah orangtuanya. Azzura hafal, itu mobil milik dua kakaknya yang sudah lebih dulu datang.

Sebelum turun dari dalam mobil, Azzura merapikan pakaian dan rambut panjangnya. Memoles ulang lip tint yang senada dengan warna asli bibirnya yang memang sudah merah alami. Setelah dirasa cukup, ia menarik nafas dalam-dalam. Menyiapkan mentalnya agar tidak babak belur tidak karuan.

Dari arah ruang makan, Azzura yang baru saja masuk ke dalam rumah bisa mendengar denting piring beradu dengan sendok.

"Eeeeh, Zura! Kok baru dateng!" suara cempreng ciri khas Tante Tania langsung menyambut kedatangan Azzura.

Gadis itu hanya nyengir kuda, nggak mirip sama kuda sih, tapi tahu kan kuda kalo lagi nyengir kayak gimana? Kayak nahan kebelet gitu lho. Aiih, ini kenapa malah bahas kuda nyengir!

"Iya, Te, maklum macet." Azzura melirik mamanya yang berkedip memberinya kode.

"Ooh, macet. Kirain lembur, kamu kan workaholic. Kerjaan aja yang dipikirin sampai lupa wak--"

Dengan sopan gadis cantik itu memotong kalimat tantenya sebelum makin jauh ke mana-mana.

"Zura, ke belakang sebentar, Te. Mau ke kamar mandi dulu, nanti baru ikut makan."

"Iya sana, Ra. Ke kamar mandi dulu, baru duduk ikut makan." Mama buru-buru ikut menimpali.

Azzura melangkah masuk menuju kamar mandi yang ada di belakang.

Semangat, Ra! Ini baru pemanasan, ronde selanjutnya kuatkan mentalmu! Batin Azzura memberi semangat.

♥️♥️♥️

Related chapters

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   BAD MOOD

    Uraaaaa, kenapa kamu manyun gitu, beb?" Donita mencubit gemas pipi Azzura. Rekan satu tim-nya itu baru saja masuk ke dalam ruangan.Wangi parfum ciri khas Donita semerbak menyerbu indera penciuman. "Hei ... Hallo," Donita kembali mencubit gemas pipi Azzura.Dulu, Azzura pernah bekerja sebagai salah satu team pemasaran konter parfum. Jadi bisa dimaklum, jika dia bisa sedikit menilai karakter seseorang dari wangi parfum yang dipakainya. Sejak memakai parfum salah satu produksi 'GA' itu, Donita tidak pernah mau berganti merk lain.Menurut Azzura, parfum itu cocok dengan karakter Donita, wanita dengan pemikiran yang luas dan senang menjalin pertemanan dengan siapa pun.Azzura yang sedang asyik menjelajah dunia maya, hanya bisa pasrah saat pipinya ditarik gemas berulang kali oleh Donita. Bibirnya makin mengerucut maju. "Donita! Sakit tahu, ih!" tangannya mengusap kedua pipinya. Donita tertawa melihat Azzura yang makin manyun, "elo sih, tumben banget, gue dateng kok nggak disambut. Bias

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   SURVEY LAPANGAN

    "Tumben kamu jam segini udah beres dandan cantik, Ra? Rajin bener, sih!" Mama menatap Azzura yang sedang duduk manis sambil menikmati sepotong roti isi daging buatan sang Mama. Azzura beruntung, mamanya pagi ini ada pesanan roti isi yang lumayan banyak, membuat nya bisa dengan bebas menikmati pesanan roti isi daging yang tersisa lumayan banyak.Azzura yang terlihat sudah rapi hanya cengar-cengir. Sudah beberapa hari ini dia sengaja menginap di rumah orangtuanya. Lebih tepatnya, sejak papa mendadak kumat asam lambungnya, sehari setelah makan malam dengan Om Riko."Kalo ditanya orangtua itu dijawab, Ra! Malah diem aja, cuma cengar-cengir." Azzura masih tak menjawab, malah kali ini tangannya terulur, hendak meraih lagi roti yang tersaji menggoda di atas piring di hadapannya. Mama otomatis langsung melotot dan buru-buru menepis pelan tangan Azzura, "heh, jatahnya cuma dua! Itu punya Papa." "Ih, curang! Mama pilih kasih, masak iya Papa dapatnya tiga?" Azzura mengerucutkan bibirnya. Sam

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   BAHAN SINDIRAN

    Sambil setengah menahan rasa malu bercampur dengan kesal, Azzura melambaikan tangannya ke arah luar jendela mobil milik Aydan, berpamitan pada sang Mama. Meski kesal dengan mamanya yang bertingkah konyol, Azzura mencoba tetap tersenyum manis ke arah mamanya. "Bye Maaah ..." "Sudah siap berangkat ke lokasi, buk?" Aydan terkekeh geli melihat tingkah Azzura yang mendadak jadi serba salah. Azzura tak menjawab pertanyaan bos nya itu. Dia memilih diam dan memandang lurus ke arah jalan. Tangannya sibuk meremas-remas ujung blazernya. Mengalihkan rasa malunya."Mama kamu lucu ya, saya yakin sifat humorisnya itu yang menurun ke kamu." Aydan mulai melajukan mobilnya ke arah jalan utama. Azzura masih diam, masih memilih tidak banyak bicara. Membiarkan bos nya yang bicara sendiri. Aydan melirik sekilas ke arah Azzura, gadis itu terlihat jelas merasa canggung. Buru-buru Aydan mengalihkan pembicaraan."Ehm ... Oh iya, Ra, kalo data tentang lokasinya udah kamu bawa kan?" Aydan menoleh sesaat k

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   CURHATAN BOS CEREWET

    Beres menyelesaikan semua urusan terkait masalah survey lokasi, Aydan akhirnya mengajak Azzura untuk bersiap-siap pulang, kembali ke Jakarta. "Ra, sekitar lima belas menitan lagi kita pulang ya, kamu siap-siap aja duluan, takutnya ada barang-barang kantor yang ketinggalan," titah Aydan pada Azzura. "Hmm, bukannya, Bapak yang sering ketinggalan barang? Saya sih nggak bawa apa-apa. Malah Bapak tadi yang turun sambil bawa banyak barang-barang, udah sana Bapak beresin urusan sama klien, biar saya yang ngecek ulang, takutnya malah barang punya Bapak yang ketinggalan." Azzura memang benar. Aydan memang terkadang ceroboh dan pelupa. Ia sering sekali meninggalkan barang miliknya tanpa sengaja. Dan hal itu yang sering membuat Azzura jadi korbannya. Seiring waktu Azzura jadi hafal sifat bosnya itu, hingga ia sudah siap jika diminta mengambil barang milik Aydan yang tertinggal. "Ya udah sana, kalo gitu tolong kamu aja deh yang cek ulang, ya. Saya mau ngobrol sebentar sebelum pamitan sama ya

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   RENCANA AYDAN

    "Ra ... kamu ini, kenapa sih, hobi banget bikin saya penasaran! Ayo cepat cerita! Atau saya batalin ... nggak jadi kasih kamu bonus lembur tambahan dan uang saku dinas luar untuk ikut survey lapangan hari ini!" Aydan mengancam Azzura.Seketika bibir Azzura berlipat, sebagai tanda protes."Lah, kok jadi main mengancam sih, Pak? Nggak adil banget deh, pake bawa-bawa uang bonus punya saya pula. Jangan mentang-mentang Bapak bos saya, terus semena-mena begini ya, Pak." Azzura mencebik pelan, "curang itu namanya Pak ..."Aydan seketika tertawa melihat wajah Azzura yang auto manyun berlipat-lipat. "Hmm, kamu justru yang curang Ra, mau iseng sama saya, tapi kalau diisengin balik nggak mau."Azzura buru-buru memasang tampang tak berdosa. "Iya deh iya, saya yang salah, udah berani iseng sama bos!" Azzura kembali mencebik sebal."Hmm, kalo gitu, coba kamu cepat ceritain tentang gosip tentang saya yang beredar di kantor." Aydan kembali fokus pada kemudi yang digenggamnya."Jadi begini Pak, menuru

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   PULANG KE KAMPUNG HALAMAN

    "Serius lah Ra ... saya ini beneran mau pulang kampung Ra, mudik gitu lah ..." Gadis cantik dengan rambut panjang itu langsung menatap bossnya dengan tatapan penuh pertanyaan."Pulang ke kampung halaman, Pak? Saya nggak lagi salah dengar kan? Kalau Bapak serius mau pulang ke kampung halaman alias tempat kelahiran bapak yang jauh itu?"Kampung halaman tempat kelahiran Aydan memang jauh, di luar negeri sana.Aydan mengangguk, "iya, kamu nggak salah dengar Ra, saya mau cuti selama sekitar satu atau dua minggu-an. Papa saya sakit."Azzura langsung membulatkan bibirnya sambil manggut-manggut. "Jadi ... nanti, selama saya nggak ada di tempat, kalau bisa kamu yang bertugas untuk melaporkan semua yang terjadi di kantor selama saya nggak ada," titah Aydan yang masih menikmati makan siangnya. "Kamu cuma sekadar melaporkan saja kok, nggak perlu melakukan hal sulit."Sambil menatap ke arah Aydan, Azzura menghela napas, justru 'melaporkan semua' itu tugas yang teramat sulit ..."Nanti, untuk uru

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   KEJADIAN YANG TIDAK TERDUGA

    Pagi itu Azzura bangun dengan perasaan senang luar biasa. Namun, entah kenapa justru itu membuat dia sedikit tidak tenang.Feeling Azzura, biasanya setelah perasaan senang luar biasa, seperti yang sedang dia rasakan sekarang ini. Setelah nya akan ada kejadian yang tidak menyenangkan.Semoga saja dugaanku salah. Azzura membatin sembari bersiap untuk turun dan menikmati sarapan pagi.Feeling tidak enak Azzura langsung menguap, begitu dia melihat deretan berbagai menu yang disajikan oleh pihak hotel. Azzura sumringah menikmati sarapan paginya dengan suka cita. Tugasnya mengantar cincin milik Aydan yang ketinggalan sudah beres. Siang nanti waktunya ia pulang kembali ke Indonesia. Kembali ke alam nyata.Rencananya setelah beres sarapan, Azzura ingin mencari oleh-oleh sesuai perintah Aydan, sekalian juga mencari oleh-oleh untuk keponakannya. Sungguh liburan yang tak terduga. Liburan gratis yang sangat mewah. Azzura tersenyum puas melihat piring kosong di hadapannya yang bersih tanpa jejak.

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   KACAU!

    Ini hari kedua setelah tragedi cincin yang tertinggal. Azzura masih belum bisa menemukan jalan keluar untuk menjelaskan pada kedua orangtua nya, bahwa pertunangan dirinya dan Aydan hanya sebuah sandiwara.Bahkan hari ini saja, ketika sedang bekerja, berulang kali, mamanya menelpon hanya untuk memastikan kalau Aydan dan dirinya benar bertunangan.Azzura bisa mendengar nada bahagia milik Mamanya, "Ra, ya ampun ... akhirnya kamu ketemu laki-laki yang baik. Mama berharap kali ini semua berjalan lancar, Nak." Azzura mendesah pelan, bagaimana mungkin dirinya tega membuat Mama kecewa lagi dengan mengatakan bahwa semua cuma sandiwara."Ra, kapan kamu pulang ke rumah. Nginep yang agak lama juga nggak apa-apa. Mama penasaran dengan calon tunangan kamu, Nak. Katanya kalian satu kantor kan?" Mama kembali menelpon Azzura saat dirinya baru saja beres mandi."Maa, please deh ya, sehari ini Mama tuh udah nelpon aku lima kali lebih." dengan satu tangan yang bebas, Azzura meraih kaos bersih dari dalam

Latest chapter

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   TIDAK SENGAJA

    Telepon seluler milik Aydan terus menerus berdering. Azzura, yang sedang tertidur dengan cemas berinisiatif untuk mengambil telepon itu.Dering telepon itu mau tak mau membangunkan Azzura. Dia terbangun Setelah beberapa saat. Sepertinya Aydan juga sudah tertidur. Diliriknya jam yang melingkar di tangannya. Hampir pukul setengah tiga pagi.Telepon seluler milik Aydan kembali berbunyi.Apa itu bunyi alarm pengingat waktu, ya? Azzura terlihat ragu. Bunyi dering dari telepon seluler Aydan terus terdengar. Azzura takut jika suara itu mengganggu tidur bossnya dan membuat nya terbangun dari tidur.Ragu-ragu Azzura berjalan menuju ke arah telepon seluler yang sedang diisi daya di atas meja di sebelah ranjang Aydan.Azzura mengulurkan tangannya nya hendak mencoba untuk mematikan bunyi alarm. Ternyata dugaannya keliru. Itu bukan bunyi alarm pengingat, tapi panggilan video masuk dari Mama Aydan! Azzura terlihat panik. Dan yang lebih gawatnya lagi, Azzura tidak sengaja menekan tombol jawab!"Hall

  • CALON TUNANGAN (PALSU)    GELISAH

    Aydan sudah menghabiskan bubur yang dibuat oleh Azzura. Awalnya Aydan agak sangsi untuk mencicip bubur di hadapannya itu, sepertinya dia sedikit tidak yakin kalau bubur buatan Azzura benar-benar aman untuk dikonsumsi."Ehm, ini beneran kamu yang bikin, Ra?" Aydan menatap mangkuk buburnya yang sudah kosong di atas meja. Ternyata bubur itu rasanya cukup enak.Azzura mengernyit, "maksudnya apa ya, Pak? Apa Pak Aydan pikir saya nggak bisa masak, ya? Jangan salah ya, Pak, masak itu salah satu passion saya, lho." Azzura mencebik.Aydan terbatuk-batuk, "yaa, itu ... saya minta maaf deh ... saya kira kamu itu bukan tipe cewek yang suka berurusan dengan dapur.""Memangnya tipe saya, tipe cewek yang bagaimana, Pak?"Aydan terkekeh, "sejauh saya perhatikan, kamu ini tipe yang suka-suka dan semau gue. Cuek banget dengan urusan penampilan. Jadi ... wajar kan, kalau saya mengira kamu nggak mungkin punya hobi masak.""Dih, nggak nyambung." Azzura mencebik sambil menatap wajah Aydan yang masih terlih

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   TERPAKSA MENGINAP

    Setelah berhasil mendapatkan izin untuk menggunakan dapur. Azzura segera bergegas untuk membuat makanan untuk bosnya yang sedang sakit.Azzura berjalan ke dapur milik Aydan. Setelah memeriksa isi kulkas dan memastikan bahan untuk membuat bubur tersedia. Azzura lalu Membuat Bubur yang Lembut. Supaya bosnya itu bisa makan dengan mudah.Untung saja, Azzura sudah sering membantu (baca, terpaksa membantu) mamanya masak, jadi dia tidak perlu khawatir, kalau hanya sekadar untuk memasak bubur saja.Aydan duduk bersandar di atas kasur dengan ponsel di tangan. Sepertinya sedang menunggu panggilan dari seseorang."Hari ini semestinya jadwal saya meeting di Bandung, Ra. Dan, mestinya ... malam ini harusnya saya berada di sana untuk menghadiri konferensi bisnis penting, ""Namanya juga sakit, masa iya mau memaksakan diri." Ucap Azzura sambil meletakkan mangkuk bubur di atas meja kecil yang ada di sebelah ranjang. "Pak Aydan pasti belum makan! Tadi siang saya sudah ingatkan bapak untuk makan sandw

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   PAK AYDAN KENAPA?

    Azzura terdiam sesaat begitu panggilan telepon dari Aydan terputus. Dia sibuk berdebat dengan pikirannya sendiri. Antara menuruti rasa penasaran dirinya sendiri atau menolak permintaan tolong Aydan, yang nampaknya terdengar benar-benar seperti sedang kesakitan.Malam-malam begini, menyuruh datang ke apartemen saja sudah membuat dirinya ketar ketir. Apalagi ditambah disuruh langsung ke kamar mandi! Azzura menghentakkan kakinya. Setelah sekitar lima menit, berdebat dan berargumen seorang diri. Ia akhirnya memutuskan nekat, memberanikan diri untuk mencari Aydan, yang nampaknya ada di dalam kamar mandi.Dengan langkah kaki yang setengah takut-takut, Azzura mulai mencari sosok Aydan.What the! Azzura baru sadar, jika ruang di dalam unit penthouse milik Aydan ini ada banyak! Yang mana menyebabkan pintu di dalamnya juga ada banyak!Pintu pertama yang dia buka ternyata bukan pintu kamar mandi, tapi sebuah ruang tidur berukuran sedang. Tampak rapi, sepertinya belum terpakai. Azzura yakin, itu

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   APARTEMEN AYDAN

    "Kenapa Ra?" Donita mengernyit menatap Azzura yang terlihat gusar."Gue disuruh ke tempat Pak Aydan sekarang, Ta.""Mau ngapain dia?""Ya ... Mana gue tahu?" Azzura mengendikkan bahunya. Dia sendiri memang benar benar tidak tahu, kenapa juga Aydan mesti menyuruh dia datang ke apartemen, lebih tepatnya, penthouse-nya malam malam begini. "Paling juga mau bahas soal mamanya yang nelpon dia terus-terusan."Donita cuma bisa setuju dengan pendapat Azzura. "Ya udah, kita cabut aja sekarang. Urusan rahasia-rahasia an yang barusan elo cerita. Janji, nggak bakal bocor kemana mana!" Donita kembali menyakinkan Azzura."Thank ya Ta, udah mau nemenin gue dan dengerin semua cerita soal Pak Aydan.""Hmm, itu gunanya elo punya sahabat Ra."Kedua sahabat itu berpisah di tempat parkir. Mobil mereka berdua diparkir bersebelahan. Setelah keduanya naik ke dalam mobil. Mereka saling membunyikan klakson untuk berpamitan. Donita melaju ke arah yang berlawanan dengan mobil yang dikendarai oleh Azzura.Azzura m

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   INI RAHASIA

    "Ini rahasia ya Ta, Lo jangan sampai ngebocorin ke siapapun!""Iya, iya Ra. Kan tadi udah janji ke elo, gue nggak akan jadi mulut ember. Tenang aja deh, Ra." Donita mengangkat dua jari tangannya, kembali berjanji. Dia memastikan bahwa semua yang sudah diceritakan oleh Azzura tidak akan bocor."Jadi ... kurang lebih seperti itu masalah besar yang sekarang ini sedang gue adepin Ta." Azzura menghela napasnya sesaat."Ck, sumpah Ra. Gue nggak nyangka bakal jadi kayak begini. Seandainya aja, waktu itu bukan elo yang nganter cincin lamaran Pak Aydan yang ketinggalan. Pasti sekarang nggak bakalan kayak begini nasib Lo."Donita ikut ikutan menghela napasnya. "kalo menurut gue nih ... kayaknya sih nggak ada masalah kalau pura-pura, kan cuma sementara, tapi justru masalah utamanya itu, kasihan nyokap sama bokap Lo, Ra ..."Benar yang dibilang Donita, justru saat ini malah masalah utamanya adalah bagaimana cara untuk menjelaskan bahwa semua ini hanya sebuah sandiwara.Rasanya pikiran Azzura sepe

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   JUJUR KACANG IJO

    "Pokoknya gue nggak mau tahu. Elo mesti cerita semuanya sama gue! Awas ya, jangan ada dusta diantara kita berdua!" Donita mengancam Azzura."Posesif amat sih, Ta." Azzura tertawa geli melihat kelakuan Donita. "Iya deh iya, kan gue udah bilang, asalkan elo sanggup dengan persyaratan yang gue bilang. Nggak usah khawatir, gue pasti cerita kok ke elo ... semuanya.""Bener lho, ya! Awas aja kalo sampe bohong!""Ya elah, Ta. Kalo bohong ... ntar hidung gue mancung deh kayak Pinokio!"Donita menatap Azzura sambil memutar bola matanya dan mencebik, "Yee, idung Lo tuh ya, emang udah mancung Ra. Emangnya mau nambah semancung apa coba? Nggak usah ngadi ngadi deh Ra.""Yaa, biar makin mancung gitu. Gimana sih Lo." Azzura tertawa geli."Terserah deh, yang penting cerita semuanya."Setelah makanan dan minuman pesanan mereka berdua diantar ke meja, Azzura buru-buru menyesap latte miliknya. Persiapan sebelum memulai bicara."Jadi gini, Ta ... elo pasti nya masih inget waktu Pak Aydan pulang ke kampun

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   KAN, KETAHUAN!

    Astaga! Bola mata Azzura auto setengah melotot saat melihat ke arah layar telepon seluler miliknya yang baru saja ia keluarkan dari dalam tas. Setengah tidak yakin, ia kembali memastikan bahwa ia sedang tidak salah lihat nama kontak yang sedang menelponnya.Sebaris nama yang sedang berusaha dihindari oleh nya muncul berpendar pendar di layar telepon. Boss bawel, Aydan."Siapa Ra?"Belum sempat dijawab oleh Azzura, Donita sudah keburu ikut melongok ke arah layar telepon seluler Azzura. "Ngapain tuh si boss, jam segini nelpon kamu?" tanya Donita, sepertinya sedikit heran dan lebih banyak penasaran. "Mana pake video call segala!" Donita meringis.Azzura ikutan meringis Sambil mengendikkan bahunya, otak nya langsung berusaha untuk mencari alasan agar Donita tidak curiga."Eh, Yaa ... nggak tahu juga gue." Jantung Azzura berdetak kencang, takut jika sampai Donita tahu yang sebenarnya. Yang Azzura yakin, sekarang ini pun sebenarnya Donita sudah mulai mencium sesuatu yang janggal."Ya angkat

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   HARUS BAGAIMANA?

    Udara sore terasa begitu dingin menembus kulit putih Azzura yang bagai susu. Angin berhembus pelan menerpa wajahnya. Langit tampak murung dari biasanya, seperti bisa ikut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Azzura. Burung burung kecil beriringan menari nari di atas awan. Sementara di kejauhan, sebentar lagi mentari sedang bersiap menenggelamkan diri. Menyemburkan semburat warna jingga yang cantik, sayang sedikit tertutup oleh barisan awan yang tampaknya ingin ikut serta tampil cantik di sore itu.Azzura menghentikan langkahnya, lalu meletakkan tubuhnya di atas kursi yang berjajar rapi di pinggir taman. "Mimpi apa aku ini ... terlibat masalah besar begini dengan Pak Aydan." Azzura menengadah menatap langit yang perlahan mulai berubah gelap. Telepon seluler miliknya berdering, membuat Azzura buru-buru menjawab panggilan masuk."Hallo?""Ra! Elo di mana?" suara milik Donita langsung menyambut kalimat Azzura."Taman dekat kantor. Kenapa?""Astaga! Elo gimana sih Ra. Kan tadi kita u

DMCA.com Protection Status