Share

Senior Hantu

Penulis: Ajid Dzul
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-14 01:44:29

"Ikut gue kesana dulu," titah Sony mengajak Nina dan Yuriko untuk mengobrol dengan jarak yang lumayan jauh dari posisi Nandita.

Akhirnya mau tidak mau Yuriko memerintah Nandita untuk tetap diposisinya tanpa boleh bergerak sedikit pun, sedangkan Nina sudah menyusul Sony lebih dulu.

"Ada apaan emang nya sih pada heboh banget?"

"Dia itu tadi main ngeloyor aja, padahal tahu telat, udah gitu nyolot lagi sama si Wawan". Adu Nina

"Ngeloyor gimana?" Sony balik bertanya.

"Jadi tadi dia tuh jalan beriringan sama bang erwin, tadinya dikira anak anak yang jaga digerbang teman atau seangkatan sama bang Erwin. Tapi eh, ternyata tahu nya anak baru".

"Terus", Sony tak mengerti arah permasalahannya kemana.

"Dia gak sopan, pas ditegur juga main ngeloyor aja ngikutin bang Erwin, untung aja berhasil dicegah oleh si wawan".

"Terus salah nya maba yang sekarang kalian hukum apa? Bukannya kalian juga yang nggak teliti periksa identitas?"

Hening sejenak......

"Emang dia fakultas apa? Ekonomi?" tanya Sony sambil melirik sekilas ke arah Nandita berada.

"Kurang tahu, dia nggak pakai pita, makanya kami pikir bukan maba bang." Yuriko menunduk.

"Kayak nya kedokteran sih, soalnya tadi saya sempat melirik tali ID card dileher warna biru". Ujar Nina

"Oh, ya?" Sony tersenyum, begitu senang seperti mendapatkan lotre.

"Kenapa tanya soal fakultas segala bang? Emang mau dilepas begitu aja karena satu fakultas sama abang?" Yuriko terlihat tak suka.

"Lah? Kok kalian kesannya malah menuduh gitu sih?" tanya balik Sony

"Bukan maksudnya gitu, bang. Tapi ini memang sudah kesepakatan sejak awal, bahkan semua maba juga sudah tau semua aturannya." kata Nina Yulia mencoba menjelaskan.

"Iya, biar gue ambil alih aja, kalian bertiga urus maba yang lain aja." ujar sony karena melihat jam sudah menunjukkan pukul 08:00 WIB.

"Jangan, bang. Nanti malah kami bertiga yang kena omel, apa lagi ini tadi digrup bang Erwin marah marah karena si vania dan yusi yang lengah. Alhasil si wawan yang kena semprot karena menjadi ketua yang menjaga gerbang." tolak Nina dan Yuriko yang serempak.

"Ck, gue bilang yang ambil alih, kenapa pada khawatir banget sih? Nggak percaya kalau gue bakal hukum dia?" ujar Sony menjadi kesal karena juniornya berbelit belit.

"Tapi masalah nya ini perintah langsung dari ketua komdis  kan, bang. Kami gak bisa lepas maba gitu aja ?" kata Yuriko bersikeras menolak.

"Iya gue bah kan tau siapa ketua komdis nya, jadi sekarang lepas dia dulu biar dia bisa ikut materi, apa kalian mau kena omel Farhan?" ancam Sony menyebut ketua penyelenggara acara ospek.

"Tapi bang..." kata Yuriko tak mau melepaskan Nandita begitu saja.

"Kenapa kalau si erwin langsung didengar sedangkan gue kagak? Mau gue adu kan kalian ke bang Farhan?" ancam Sony sambil berkacak pinggang sambil melempar tatapan sangar nya.

"Jangan gitu bang. Ya sudah deh kalau mau ambil alih juga, kita kembali ke tempat." kata Yuriko dan Nina jadi menciut ketakutan diancam di adukan ke Farhan yang terkenal sangar kalau sudah marah sama seperti si erwin.

"Nah gitu dong, kan kita nggak perlu adu debat gini, damai itu indah banget kan?" kata Sony memberikan tangannya pada Nina dan Yuriko sebagai kesepakatan.

Nandita yang masih berjongkok memperhatikan ketiga senior nya yang sedang berdiskusi dengan jarak yang lumayan jauh darinya. Nandita memilih diam sambil menunggu interuksi untuk melanjutkan hukuman. Namun tiba tiba sony menghampirinya sambil ikut berjongkok. "Nama kamu siapa?"

Nandita melirik, lalu mengerjap kebingungan.

"Nama kamu?" ulang sony bertanya.

"Cuman itu." ujar sony lagi sekarang memperhatikan nandita dengan tatapan selidik.

"Nandita agnesia." jawab nandita sambil terus menunduk bersalah.

"Ikut saya bawa semua barang barangmu." titah sony langsung berbalik badan dan berjalan duluan menuju ke arah aula.

Nandita hanya mengangguk, lalu akhirnya kembali menggendong tas miliknya kepunggung, tak lupa mengalungkan Id card nya lagi ke leher dan memilih mengikuti sony dengan perasaan cemas.

"Kak..." panggil nandita karena ingin bertanya.

Mendengar ada yang memanggil sony berhenti di tempat, dan berbalik menengok ke arah belakang dimana nandita berada.

"Kenapa?" tanya sony penuh selidik.

"Apa saya benar benar akan dihukum kak?" tanya nandita.

"Kita lihat aja nanti, tapi sekarang kamu masuk saja dulu bersama barisan yang lain, lalu setelah itu bisa saya pertimbangkan ulang masalah hukaman." titah sony menunjuk barisan sudah rapi dengan dagu runcingnya.

"Makasih kak." ucap Nandita dan langsung berlari ke arah di mana kerumunan maba berbaris rapi. Melihat cowok itu pergi, senyumnya tak lantas menghilang, dalam hati nandita bergumam. "Subhanallah, calon suami idaman ini mah."

Namun sialnya baru saja nandita akan masuk kedalam barisan, seorang cowok berkemeja putih dari belakang malah menabraknya dia membuat barang barangnya jadi jatuh. "Pelan pelan dong!" protes nandita tanpa melihat siapa yang menabraknya.

"Maaf" kata cowok itu buru buru pergi yang sambil membawa buku dalam jumlah banyak.

Karena terburu buru, cowok yang sebelumnya pernah menabrak nandita langsung pergi begitu saja, namun dari pakaian yang rapi, punggung yang bidang, dan gaya rambut yang tak asing itu pernah di lihatnya belum lama ini. Ah ,dia kan cowok yang menghilang tadi!.

Bab terkait

  • Bukan senior biasa   Macan

    "Semuanya, cepat masuk barisan." titah salah satu cowok senior yang membuat nanditi mempercepat membereskan barang barangnya yang jatuh berserakan tadi.Sebelum masuk aula beberapa senior memberi arahan tentang peraturan yang harus ditaati dan juga apa yang harus dilakukan setelah keluar dari aula."Nama kamu Nandita Agnesia?" senior cowok yang memiliki gaya rambut undercut yang berjaga didepan aula bertanya, lelaki itu terus melihat kearah ID card milik nandita."Iya kak" jawab nandita sambil melempar senyum,namun sebenarnya sangat malas untuk meladeni."Fakultas kedokteran?" cowok itu kembali bertanya."Iya, boleh saya masuk kak?" tanya nandita karena merasa terus ditahan, padahal antrian dibelakang sudah sangat panjang."Ya sudah cepat masuk" titah senior cowok itu menyuruh masuk, namun setelah itu malah nandita mendengar bisik bisik beberapa senior yang sebelumnya terus menatap kearahnya."Cantik banget gue start pertama." bisik s

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-15
  • Bukan senior biasa   Mentor galak

    Bang, mentor kita yang satu lagi mana?" Nino bertanya, salah satu teman di kelompok Nandita. "Oh, dia bentar lagi datang, kok. Memang kenapa? Kalian sudah nggak sabar ketemu dia, ya?" "Bukan, Bang. Tapi bukannya ini sudah harus nya pembagian materi?" Nino bertanya. "Tenang saja, materi bisa menyusul, ospek jangan terlalu di bawa tegang, santai saja. Bentar lagi mentor kalian yang satu lagi bakal datang dan bawa kertas materinya, dia memang kadang hobi nya itu menghilang, jadi harap menunggu sedikit lagi," jawab Rangga mencoba menenangkan para juniornya sambil terus memikirkan di mana keberadaan sahabat nya itu sekarang. Setelah pertanyaan itu, Nandita mulai mendengar bisik bisik terdengar dari beberapa teman di sebelahnya. "Katanya kelompok kita paling beruntung, mentor nya ganteng ganteng," bisik Azizah yang memiliki gaya rambut keriting pendek. "Bener banget, bahkan gue dengar-dengar juga, katanya mentor yang belum muncul itu terkena

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-15
  • Bukan senior biasa   Prolog

    Aku pikir pertemuan tak berarti hanya dengan kisah singkat yang mudah kulewatkan. Dia bagiku hanya senior yang angkuh dan tampan yang memiliki tatapan tajam seperti elang. Tak ada satu orang yang tahan berada disisinya. Tapi tenyata aku, terjebak dengan prasangkaku sendiri. Hatiku pilu,perasaanku rancu,aku tidak tahu kenapa malah menyukai membuatku merasakan sembilu. Sepertinya tidak satupun orang bisa memahami kegelisahanku. Aku tahu menyukainya adalah resiko untuk terluka. Tapi hatiku menolak menghentikannya. Karena ternyata dia bukan senior biasa, dia punya sesuatu yang membuatku tak bisa meninggalnya. Alasan itulah yang membuatku tetap singgah dihatinya walau rasa ini bercampur aduk tak karuhan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-24
  • Bukan senior biasa   Nandita

    Seorang gadis terlihat duduk dihalte dekat universitas, tak tahu apa yang sedang dilakukannya. Hanya melamun seperti menunggu uang turun dari langit. Helaan nafas berat terus terdengar, seperti ini adalah hari sialnya. "Adik mau kemana, gak naik bus nya?"tanya pria paruh baya yang duduk disebelah gadis itu. Kira kira umur lima puluhan tahun. Gadis itu menggeleng. "Saya perhatikan dari jauh adek gak juga naik metromini dari tadi, memang mau kemana? Cari kerja?" tebak pria paruh baya karena memakai seragam putih hitam yang dikenakan gadis itu. Gadis itu menggeleng, merasa tak nyaman ditanyai orang asing. "Lalu sedang apa pagi-pagi disini sendirian? Menunggu jemputan?" tanya pria paruh baya itu. "Kuliah". Jawab gadis itu akhirnya. "Kuliah dimana?" tanya pria itu lagi. "Dibelakang". Gadis itu bermaksud menyebut gedung universitas yang memang berarad dibelakang halte tersebut. Pria paruh baya itu

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-13

Bab terbaru

  • Bukan senior biasa   Mentor galak

    Bang, mentor kita yang satu lagi mana?" Nino bertanya, salah satu teman di kelompok Nandita. "Oh, dia bentar lagi datang, kok. Memang kenapa? Kalian sudah nggak sabar ketemu dia, ya?" "Bukan, Bang. Tapi bukannya ini sudah harus nya pembagian materi?" Nino bertanya. "Tenang saja, materi bisa menyusul, ospek jangan terlalu di bawa tegang, santai saja. Bentar lagi mentor kalian yang satu lagi bakal datang dan bawa kertas materinya, dia memang kadang hobi nya itu menghilang, jadi harap menunggu sedikit lagi," jawab Rangga mencoba menenangkan para juniornya sambil terus memikirkan di mana keberadaan sahabat nya itu sekarang. Setelah pertanyaan itu, Nandita mulai mendengar bisik bisik terdengar dari beberapa teman di sebelahnya. "Katanya kelompok kita paling beruntung, mentor nya ganteng ganteng," bisik Azizah yang memiliki gaya rambut keriting pendek. "Bener banget, bahkan gue dengar-dengar juga, katanya mentor yang belum muncul itu terkena

  • Bukan senior biasa   Macan

    "Semuanya, cepat masuk barisan." titah salah satu cowok senior yang membuat nanditi mempercepat membereskan barang barangnya yang jatuh berserakan tadi.Sebelum masuk aula beberapa senior memberi arahan tentang peraturan yang harus ditaati dan juga apa yang harus dilakukan setelah keluar dari aula."Nama kamu Nandita Agnesia?" senior cowok yang memiliki gaya rambut undercut yang berjaga didepan aula bertanya, lelaki itu terus melihat kearah ID card milik nandita."Iya kak" jawab nandita sambil melempar senyum,namun sebenarnya sangat malas untuk meladeni."Fakultas kedokteran?" cowok itu kembali bertanya."Iya, boleh saya masuk kak?" tanya nandita karena merasa terus ditahan, padahal antrian dibelakang sudah sangat panjang."Ya sudah cepat masuk" titah senior cowok itu menyuruh masuk, namun setelah itu malah nandita mendengar bisik bisik beberapa senior yang sebelumnya terus menatap kearahnya."Cantik banget gue start pertama." bisik s

  • Bukan senior biasa   Senior Hantu

    "Ikut gue kesana dulu," titah Sony mengajak Nina dan Yuriko untuk mengobrol dengan jarak yang lumayan jauh dari posisi Nandita.Akhirnya mau tidak mau Yuriko memerintah Nandita untuk tetap diposisinya tanpa boleh bergerak sedikit pun, sedangkan Nina sudah menyusul Sony lebih dulu."Ada apaan emang nya sih pada heboh banget?""Dia itu tadi main ngeloyor aja, padahal tahu telat, udah gitu nyolot lagi sama si Wawan". Adu Nina"Ngeloyor gimana?" Sony balik bertanya."Jadi tadi dia tuh jalan beriringan sama bang erwin, tadinya dikira anak anak yang jaga digerbang teman atau seangkatan sama bang Erwin. Tapi eh, ternyata tahu nya anak baru"."Terus", Sony tak mengerti arah permasalahannya kemana."Dia gak sopan, pas ditegur juga main ngeloyor aja ngikutin bang Erwin, untung aja berhasil dicegah oleh si wawan"."Terus salah nya maba yang sekarang kalian hukum apa? Bukannya kalian juga yang nggak teliti periksa identitas?"Hening

  • Bukan senior biasa   Nandita

    Seorang gadis terlihat duduk dihalte dekat universitas, tak tahu apa yang sedang dilakukannya. Hanya melamun seperti menunggu uang turun dari langit. Helaan nafas berat terus terdengar, seperti ini adalah hari sialnya. "Adik mau kemana, gak naik bus nya?"tanya pria paruh baya yang duduk disebelah gadis itu. Kira kira umur lima puluhan tahun. Gadis itu menggeleng. "Saya perhatikan dari jauh adek gak juga naik metromini dari tadi, memang mau kemana? Cari kerja?" tebak pria paruh baya karena memakai seragam putih hitam yang dikenakan gadis itu. Gadis itu menggeleng, merasa tak nyaman ditanyai orang asing. "Lalu sedang apa pagi-pagi disini sendirian? Menunggu jemputan?" tanya pria paruh baya itu. "Kuliah". Jawab gadis itu akhirnya. "Kuliah dimana?" tanya pria itu lagi. "Dibelakang". Gadis itu bermaksud menyebut gedung universitas yang memang berarad dibelakang halte tersebut. Pria paruh baya itu

  • Bukan senior biasa   Prolog

    Aku pikir pertemuan tak berarti hanya dengan kisah singkat yang mudah kulewatkan. Dia bagiku hanya senior yang angkuh dan tampan yang memiliki tatapan tajam seperti elang. Tak ada satu orang yang tahan berada disisinya. Tapi tenyata aku, terjebak dengan prasangkaku sendiri. Hatiku pilu,perasaanku rancu,aku tidak tahu kenapa malah menyukai membuatku merasakan sembilu. Sepertinya tidak satupun orang bisa memahami kegelisahanku. Aku tahu menyukainya adalah resiko untuk terluka. Tapi hatiku menolak menghentikannya. Karena ternyata dia bukan senior biasa, dia punya sesuatu yang membuatku tak bisa meninggalnya. Alasan itulah yang membuatku tetap singgah dihatinya walau rasa ini bercampur aduk tak karuhan.

DMCA.com Protection Status