Share

Bab 89. Semakin Dalam

“Ma-maaf,” ucapku setelah berusaha mengatur napas.

Amarah yang sempat meledak berangsur-angsur mereda, seiring dengan sadarnya kedudukanku di mata lelaki ini. Aku mendudukkan diri di sofa dan menerima air putih yang dia sodorkan.

“Tidak seharusnya saya membentak. Maaf, mungkin ini karena saya stress.”

Aku memijit pelipis, yang semakin berdenyut apalagi melihat tas kertas yang senada dengan yang aku bawa tadi pagi. Tas yang berisi kue kering kiriman dari Daniel, anakku. Aku pastikan ini benar, karena ada pita putih sebagai mengaitnya.

Laki-laki ini justru tersenyum.

“Aku senang. Akhirnya kamu jujur dengan perasaanmu.”

“Perasaan apa?” tanyaku sambil menaruh gelas kosong yang sudah aku teguk.

“Pertanda kalau kamu tidak menyukai aku dekat dengan wanita lain.”

“Jangan ngaco! Saya ke sini karena Daniel.”

“Karena kamu menemuiku pun tidak apa-apa,” ucapnya sambil memicingkan mata.

“Kamu berarti belum membuka kiriman dari Daniel?”

Kekesalanku yang masih tersisa, membuatku enggan memanggil sep
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status