Deron terbangun dengan sedikit disorientasi karena berada di tempat yang berbeda dari kamarnya. Deron baru sadar kalau dia berada di apartemen baru yang dia sewa sebelumnya. Deron lalu bangun dan berjalan menuju dapur untuk membuat kopi serta sarapan cereal. Deron memang tidak terlalu suka membuat sarapan yang ribet. Kopi jadi dan Deron menuangkan ke dalam mugnya. Deron lalu menuju ke arah balkon dan membuka pintu gesernya. Udara segar pun masuk ke dalam ruangan apartemennya yang termasuk kecil ukurannya dibandingkan dengan penthouse miliknya. Deron menyesap kopinya dan menikmati pemandangan kota Milan dari atas unit apartmentnya. Pria itu menoleh ke arah unit apartment Victoria dengan berharap gadis itu akan keluar di balkon namun harapannya sia-sia karena tidak ada tanda-tanda sekertarisnya akan muncul. Pria itu memilih untuk masuk ke dalam apartemen nya dan membersihkan diri. *** Hotel dekat Imola Sirkuit Georgina terbangun dari tidurnya dan terkejut karena jam di smartwa
Mata hijau Victoria terbelalak saat melihat siapa yang meminta Roger melepaskan cengkramannya. Gadis itu tidak menyangka jika bossnya sendiri, keluar dari apartemen di sebelahnya yang mana dia tahu unit itu kosong! Bagaimana bisa Deron Gonzaga berada disana sementara dia memiliki penthouse di daerah elite Milan? "Oh, jadi boss kamu tinggal di sebelah kamu?" ejek Roger. "Dia sudah bosan jadi orang kaya?" "Tuan Gonzaga? Apa yang anda lakukan disini?" tanya Victoria bingung. "Apa .... " "Melihat-lihat unit yang hendak aku beli dan sewakan lagi." Deron menatap tajam ke arah Roger. "Lepaskan tanganmu dari nona MacAlpen!" "Ini urusan aku dengan Vicky ! Bukan urusan kamu!" Deron berjalan mendekati Roger. "Ini menjadi urusan aku karena kamu menyakiti sekretaris aku !" "Apakah ... kamu menyukai cewek udik ini, tuan Gonzaga? Selera anda ternyata rendah ya?" ejek Roger. Deron memasang wajah dingin. "Lepaskan tanganmu!" ulangnya dengan nada lebih dingin dari sebelumnya. "At
Georgina bergegas menghampiri Radhi Blair yang sedang bersiap untuk kembali ke Paddock nya. Gadis itu tampak antusias mengejar pembalap F1 dari tim. Scuderia Ferrari. "Mr Blair !" panggil Georgina. "Apakah anda masih mengenali saya?" Radhi menoleh dan tersenyum ke arah gadis berambut pendek itu. "Halo, Georgie," sapa pria itu ramah. "Ah, Mr Blair masih ingat !" seru Georgina senang. "Apakah saya boleh mewawancarai anda usai balapan nanti? Secara pribadi ?" "Tentu saja. Biar nanti aku buatkan jadwal dengan asistenku." "Apakah Mrs Blair ada?" tanya Georgina yang tahu, istri Radhi selalu ikut ke acara balapan jika memang waktunya tepat. "Tentu saja Charlotte ikut. Apa kamu juga sekalian untuk mewawancarai istriku?" balas Radhi. "Jika memang diijinkan," jawab Georgina dengan mata birunya yang berbinar. "Tentu saja." Georgina memekik senang karena Radhi memberikan ijin mewawancarai pasangan itu. "Terima kasih Mr Blair !" Radhi tersenyum. "Sama-sama. Now, If you e
Roger tiba di apartemen bersamanya dengan Marilyn. Wajah pria itu tampak kesal karena rencananya untuk menekan Victoria gagal karena kehadiran Deron Gonzaga. Marilyn yang melihat kekasihnya datang dengan wajah kesal, tahu jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan harapannya. "Kamu baik-baik saja sayang?" tanya Marilyn. "Tidak ! Kamu tahu, anak udik itu berani melawan aku dan saat aku sudah hendak menekannya, eh boss kamu keluar dari apartemen sebelah anak udik !" omel Roger. "Boss aku? Deron Gonzaga? Apa yang dia lakukan di gedung apartemen anak itu?" tanya Marilyn bingung. "Mana aku tahu ! Yang aku dengar, dia sepertinya sedang mencari unit apartment baru untuk dijual kembali." "Jangan-jangan ... Deron Gonzaga hendak membeli gedung apartemen itu dan mengusir anak udik dengan menaikkan biaya sewanya?" gumam Marilyn. "Apa kamu tidak berpikir jika Deron tertarik dengan anak udik itu?" Roger menatap Marilyn. "Deron? Ke anak udik itu? Apa yang dilihatnya? Paling dia ha
Deron keluar dari apartemennya dan menuju apartemen milik Victoria. Tak lama gadis itu membuka pintunya dan tersenyum melihat Deron di depannya."Ada apa Deron?" tanya Victoria."Boleh aku masuk?" balas Deron."Silahkan." Victoria masuk terlebih dahulu dan Deron mengikutinya dari belakang sambil menutup pintunya. Tiba-tiba pria itu memeluk Victoria dari belakang dan mencium pipi gadis itu. Victoria menoleh ke arah Deron yang menatapnya lembut."Ini bukan karena kontrak itu kan?" bisik Victoria."Kamu kan sudah menjadi kekasihku jadi, aku harus banyak latihan di luar perusahaan." jawab Deron santai. Victoria tersenyum. "Aku ... Jujur aku tidak tahu kenapa aku bisa terpengaruh dengan sikap kamu seperti ini.""Karena Victoria sayang, kamu harus mengikuti apa yang ada di kontrak.. Sekarang, aku lapar. Kamu ada makanan apa?"***"Tangan kamu tidak apa-apa?" tanya Deron ke Victoria yang sedang menyendokkan salad ke piringnya."Tidak apa-apa. Aku sudah beri salep agar tidak memar." Victori
“Siapa yang sudi tidur dengan gadis kuno dan kampungan seperti kamu?!” Ucapan Roger terus terngiang di kepala Victoria meski pikirannya sudah cukup kabur karena alkohol. Gadis itu kemudian meminta satu gelas lagi dan menenggaknya habis dalam sekali teguk sebelum berdiri dan berjalan menuju lift. Guna menuju ke kamarnya yang terletak di lantai 14. Sesampainya di depan kamar yang dituju, Victoria membuka pintu dan langsung membuka pakaiannya hingga menyisakan sepasang pakaian dalam berenda merah maroon yang mampu menggoda pria manapun. Sayangnya, kekasihnya ... ralat mantan kekasihnya lebih tertarik dengan yang lain. Pakaian dalam ini awalnya ia beli untuk memulai malam panas dengan Roger, karena hari ini adalah hari anniversary mereka yang kedua. Namun, siapa sangka kalau Roger ternyata sudah lebih dulu menghabiskan malam panas itu dengan sahabatnya, Marilyn? Mengingat itu, Victoria merasa kesal, karena Roger sama sekali tak pernah menyentuhnya lebih dari bersentuhan tangan.
Victoria masih tidak bisa menggerakkan badannya setelah Deron melepaskan pagutan bibir mereka. Rasa syok membuat badannya kaku dan hanya bisa merasakan sensasi hangat pria itu di bibirnya.Hingga setelah pria itu berbalik untuk melihat siapa yang datang, Victoria baru ikut menoleh dan menatap sosok wanita paruh baya yang berdiri di dekat pintu. Victoria bersumpah dia melihat pria asing yang bernama Deron itu, sempat menyunggingkan senyum licik. “Siapa kamu?! Apa yang kamu lakukan bersama anak saya?!” bentak wanita yang diperkirakan berusia sekitar lima puluhan itu sambil menunjuk ke arah Victoria yang masih sedikit gemetar antara ciuman panas dengan Deron dan bentakan wanita asing yang mengatakan pria di depannya adalah putranya. Victoria hendak menjawab, tapi Deron sudah lebih dulu menggenggam tangannya dan meliriknya sekilas dengan pandangan meyakinkan. “Mama tidak ada urusan dengan Victoria.” Terdengar suara bariton itu sangat dalam dan dingin.Victoria terkejut bagaimana Der
Mendengar ucapan Deron, semua orang yang duduk di meja itu terperangah, terutama Ursula. Gadis yang duduk di tengah-tengah orang tuanya itu bahkan sampai berdiri dari tempat duduknya dengan tatapan tidak terima.“Deron, sebaiknya kamu jangan bercanda di situasi seperti ini. Perjodohan kita sudah lama direncanakan dan kamu sama sekali tak punya kekasih!”Ursula berkata dengan percaya diri. Sebab, selama ini Elena memang selalu menegaskan kalau pria itu tak punya belahan hati. Ursula bahkan sudah mengamati sendiri kalau Deron sama sekali tak pernah kelihatan bersama wanita. Lalu, dari mana datangnya calon istri ini?!“Kamu berbicara seperti sangat mengenal dengan kehidupan pribadiku,” jawaban Deron membuat Ursula tersentak dan kesulitan untuk kembali berargumen. Bahkan Deron mengajak Victoria duduk dengan menarik kursi layaknya seorang gentleman dan gadis itu pun duduk. Deron menyusul duduk di sebelahnya dan menggenggam tangan Victoria lagi sembari menatap gadis itu dengan tatapan de
Deron keluar dari apartemennya dan menuju apartemen milik Victoria. Tak lama gadis itu membuka pintunya dan tersenyum melihat Deron di depannya."Ada apa Deron?" tanya Victoria."Boleh aku masuk?" balas Deron."Silahkan." Victoria masuk terlebih dahulu dan Deron mengikutinya dari belakang sambil menutup pintunya. Tiba-tiba pria itu memeluk Victoria dari belakang dan mencium pipi gadis itu. Victoria menoleh ke arah Deron yang menatapnya lembut."Ini bukan karena kontrak itu kan?" bisik Victoria."Kamu kan sudah menjadi kekasihku jadi, aku harus banyak latihan di luar perusahaan." jawab Deron santai. Victoria tersenyum. "Aku ... Jujur aku tidak tahu kenapa aku bisa terpengaruh dengan sikap kamu seperti ini.""Karena Victoria sayang, kamu harus mengikuti apa yang ada di kontrak.. Sekarang, aku lapar. Kamu ada makanan apa?"***"Tangan kamu tidak apa-apa?" tanya Deron ke Victoria yang sedang menyendokkan salad ke piringnya."Tidak apa-apa. Aku sudah beri salep agar tidak memar." Victori
Roger tiba di apartemen bersamanya dengan Marilyn. Wajah pria itu tampak kesal karena rencananya untuk menekan Victoria gagal karena kehadiran Deron Gonzaga. Marilyn yang melihat kekasihnya datang dengan wajah kesal, tahu jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan harapannya. "Kamu baik-baik saja sayang?" tanya Marilyn. "Tidak ! Kamu tahu, anak udik itu berani melawan aku dan saat aku sudah hendak menekannya, eh boss kamu keluar dari apartemen sebelah anak udik !" omel Roger. "Boss aku? Deron Gonzaga? Apa yang dia lakukan di gedung apartemen anak itu?" tanya Marilyn bingung. "Mana aku tahu ! Yang aku dengar, dia sepertinya sedang mencari unit apartment baru untuk dijual kembali." "Jangan-jangan ... Deron Gonzaga hendak membeli gedung apartemen itu dan mengusir anak udik dengan menaikkan biaya sewanya?" gumam Marilyn. "Apa kamu tidak berpikir jika Deron tertarik dengan anak udik itu?" Roger menatap Marilyn. "Deron? Ke anak udik itu? Apa yang dilihatnya? Paling dia ha
Georgina bergegas menghampiri Radhi Blair yang sedang bersiap untuk kembali ke Paddock nya. Gadis itu tampak antusias mengejar pembalap F1 dari tim. Scuderia Ferrari. "Mr Blair !" panggil Georgina. "Apakah anda masih mengenali saya?" Radhi menoleh dan tersenyum ke arah gadis berambut pendek itu. "Halo, Georgie," sapa pria itu ramah. "Ah, Mr Blair masih ingat !" seru Georgina senang. "Apakah saya boleh mewawancarai anda usai balapan nanti? Secara pribadi ?" "Tentu saja. Biar nanti aku buatkan jadwal dengan asistenku." "Apakah Mrs Blair ada?" tanya Georgina yang tahu, istri Radhi selalu ikut ke acara balapan jika memang waktunya tepat. "Tentu saja Charlotte ikut. Apa kamu juga sekalian untuk mewawancarai istriku?" balas Radhi. "Jika memang diijinkan," jawab Georgina dengan mata birunya yang berbinar. "Tentu saja." Georgina memekik senang karena Radhi memberikan ijin mewawancarai pasangan itu. "Terima kasih Mr Blair !" Radhi tersenyum. "Sama-sama. Now, If you e
Mata hijau Victoria terbelalak saat melihat siapa yang meminta Roger melepaskan cengkramannya. Gadis itu tidak menyangka jika bossnya sendiri, keluar dari apartemen di sebelahnya yang mana dia tahu unit itu kosong! Bagaimana bisa Deron Gonzaga berada disana sementara dia memiliki penthouse di daerah elite Milan? "Oh, jadi boss kamu tinggal di sebelah kamu?" ejek Roger. "Dia sudah bosan jadi orang kaya?" "Tuan Gonzaga? Apa yang anda lakukan disini?" tanya Victoria bingung. "Apa .... " "Melihat-lihat unit yang hendak aku beli dan sewakan lagi." Deron menatap tajam ke arah Roger. "Lepaskan tanganmu dari nona MacAlpen!" "Ini urusan aku dengan Vicky ! Bukan urusan kamu!" Deron berjalan mendekati Roger. "Ini menjadi urusan aku karena kamu menyakiti sekretaris aku !" "Apakah ... kamu menyukai cewek udik ini, tuan Gonzaga? Selera anda ternyata rendah ya?" ejek Roger. Deron memasang wajah dingin. "Lepaskan tanganmu!" ulangnya dengan nada lebih dingin dari sebelumnya. "At
Deron terbangun dengan sedikit disorientasi karena berada di tempat yang berbeda dari kamarnya. Deron baru sadar kalau dia berada di apartemen baru yang dia sewa sebelumnya. Deron lalu bangun dan berjalan menuju dapur untuk membuat kopi serta sarapan cereal. Deron memang tidak terlalu suka membuat sarapan yang ribet. Kopi jadi dan Deron menuangkan ke dalam mugnya. Deron lalu menuju ke arah balkon dan membuka pintu gesernya. Udara segar pun masuk ke dalam ruangan apartemennya yang termasuk kecil ukurannya dibandingkan dengan penthouse miliknya. Deron menyesap kopinya dan menikmati pemandangan kota Milan dari atas unit apartmentnya. Pria itu menoleh ke arah unit apartment Victoria dengan berharap gadis itu akan keluar di balkon namun harapannya sia-sia karena tidak ada tanda-tanda sekertarisnya akan muncul. Pria itu memilih untuk masuk ke dalam apartemen nya dan membersihkan diri. *** Hotel dekat Imola Sirkuit Georgina terbangun dari tidurnya dan terkejut karena jam di smartwa
Victoria menikmati acara berendamnya di kamar mandi. Harum bom sabun, menyeruak di dalam ruangan itu dan Victoria merasa beruntung mendapatkan apartemen yang ada bathub nya meskipun tidak terlalu besar tapi cukup untuk dirinya jika membutuhkan relaks. Victoria memejamkan matanya dan meresapi harumnya sabun. "Ah nikmatnya ...." Victoria mengambil segelas anggur merah dan menyesapnya pelan. "Satu gelas saja, Vic. Habis ini kamu tidur dan besok bangun siang."Victora menghabiskan anggurnya dan keluar dari bathub lalu menggosok giginya. Gadis itu membilas tubuhnya dan memakai bathrobe handuknya lalu keluar dari kamar mandi. Victoria mengeringkan tubuhnya dan memakai gaun tidurnya. Victoria melakukan rutinitas sebelum tidur dengan membersihkan wajahnya dan setelahnya, dia pun naik ke atas tempat tidur. Setelah berdoa, Victoria pun menarik selimut dan tak lama, dia pun terlelap.Tanpa Victoria tahu, ada seseorang yang datang ke apartemen yang ada di sebelahnya. Pria itu hanya menghela nafa
"Aku tidak terima Roger, darling. Dia sudah memukul hidung aku !" adu Marilyn setelah Roger pulang dari perjalanan dinas dari Perugia. "Dia harus kita tegasi, Sayang. Aku juga tidak suka melihat kamu terluka hanya karena anak udik itu mendapatkan backing dari Bossnya !" Roger teringat saat dirinya ribut dengan Victoria dan Deron datang bersama dengan pengawalnya yang sama-sama berwajah dingin. "Sepertinya Deron tidak mau kehilangan sekretaris lagi dan Victoria cukup ngeyel untuk dibully oleh ku sekarang ini," lanjut Marilyn. "Kamu tahu dimana apartemen mantanku itu?" tanya Roger. Marilyn menyipitkan matanya. "Apakah kamu hendak mengulang cerita lama?" "Tidak sayang. Aku kan sudah ada kamu ... Aku hanya kesana untuk memberikan peringatan agar dia tetap menjadi anak yang mudah kamu tindas!" seringai Roger. Marilyn tersenyum. "Jadi kamu hendak menghancurkan mentalnya lagi?" Roger mengangguk. "Akan aku hancurkan mentalnya !" Marilyn mencium bibir Roger panas. "Aku s
Marilyn merasa dirinya dipermalukan oleh Deron tapi dia harus menahan diri karena dirinya belum mendapatkan penawaran pekerjaan yang gajinya lebih tinggi dari TechPro. Lagipula, disini dia ada Victoria yang bisa dia kerjain setiap saat asal tidak ketahuan oleh Deron Gonzaga. Marilyn hanya memasang wajah datar saat para manajer lainnya mencibir ke arahnya dan dia yakin pasti banyakorang yang menyukuri dirinya dalam situasi negatif. Marilyn memilih menunggu semua orang keluar dari ruang meeting dan Marilyn baru berjalan kelaur bersama dengan sekretarisnya."Apakah kamu akan melawan, M?" tanya sekretarisnya."Tidak ,,, untuk saat ini," jawab Marilyn dingin. Marilyn melihat saat Deron berjalan bersama Roberto dan dirinya tersenyum culas, "Aku akan membuat semuanya terbalik. Aku akan buat Big Boss akan berpaling padaku.""M, kamu sudah bekerja disini hampir tiga tahun dan selama itu Deron Gonzaga juga tidak melirik kamu," kekeh sekretarisnya.Marilyn melirik judes ke sekretarisnya. "Terka
Deron masih menatap Victoria yang memegang cooling pack di pipinya dan perlahan wajah gadis itu memerah. Deron tersenyum tipis dan mencium bibir Victoria sekilas. "Aku suka kamu bisa stand up dan berani membalas perbuatan wanita tidak tahu diri itu!" ucap Deron lagi Sungguh dia tidak menyangka jika seorang wanita yang merasa sakit hati, akan bisa membalas dengan begitu brutalnya. "Aku sudah cukup diinjak-injak nama dan harga diri aku akibat terlalu naif serta menganggap Marilyn adalah sahabat aku yang paling baik. Ternyata aku sangatlah bodoh !" ucap Victoria. "Tidak ada kata terlambat soal sadar. Setidaknya, kamu sadar sebelum kamu menikah dengan Roger brengsek itu !" Victoria mengangguk. "Terima kasih Deron." "Mari kita saling membantu. Aku membantu membalaskan sakit hati kamu dan kamu membantu membuat ibuku melupakan perjodohan sialan itu ! Sesuai dengan kontrak! Sekarang, apa yang akan kita lakukan?" senyum Deron. "Kita bersikap wajar saja hingga Marilyn tidak tah