Deron menikmati acara minum kopinya bersama dengan Victoria di ruang tengah apartemen gadis itu. Victoria menatap Deron yang tampak relaks bersamanya tapi tidak di perusahaan dan gadis itu tahu kalau Deron hanya seperti itu kepadanya. Terlepas dia hanya sekedar kekasih kontrak pria itu, tapi Victoria merasa mulai nyaman dengan bossnya yang berbeda sikapnya."Victoria ....""Ya Deron.""Minggu depan kita ada acara di perusahaan dan aku rasa kedua orang tuaku tidak akan datang karena mereka masih marah denganku." Victoria mengangguk maklum apalagi Deron terang-terangan menentang Elena soal perjodohannya dengan Ursula."Kamu tahu, ibuku membawa wanita itu ke acara menonton acara teater di Singapura, seolah menunjukkan bahwa si Ursula akan menjadi menantu Gonzaga suatu hari nanti. Benar-benar deh! Siapa juga yang mau menikah dengan gadis manja itu!" omel Deron."Bagaimana kamu tahu?" tanya Victoria."Roberto yang melihat liputannya dan stasiun tv Singapura memperlihatkan wawancara denga
Deron memeluk tubuh Victoria erat, seolah tidak mau melepaskan tubuh langsing itu. Victoria pun tidak menolak dekapan erat Deron karena dia merasa mendapatkan rasa nyaman. Deron merasa situasi saat ini adalah momen yang bpaling menenangkan dan tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. Deron menikmati setiap detik bersama dengan gadis ini. Keduanya pun terlelap hingga pagi hari menjelang. Victoria pun bangun menjelang pagi dan melihat wajah tampan Deron yang tampak damai. Gadis itu melihat bagaimana bulu-bulu halus di rahang pria itu semakin menebal dan tampak Deron tidak bercukur sekitar empat hari. Victoria pun kmengulurkan tangannya untuk meraba rahang pria itu dan mengelusnya perlahan. Mata hijaunya menikmati pemandangan manly di hadapannya. Bagi Victoria, Deron adalah pria yang sejati. Entah sejak kapan dirinya pun mulai jauh cinta dengan pria yang sudah membutanya menjadi kekasih kontraknya. "Apa aku harus bercukur?" gumam Deron saat merasakan tangan halus itu memegang rahangnya
Victoria membuatkan sarapan untuk dirinya dan Deron. Cukup simpel karena hanya pancake yang diberikan saus coklat dan sirup mapple. Deron tipe pria yang tidak rewel dengan sarapan asalkan tetap ada makanan di meja. Dia memang separuh Italia dan Inggris tapi soal sarapan, Deron tidak masalah jika sekedar English Breakfast yang mudah. "Baunya enak," puji Deron yang sudah keluar kamar dan melihat di meja sudah ada pancake dan potongan buah serta juice jeruk, teh dan kopi serta sebotol air mineral. "Ini benar-benar sarapan yang lengkap, sayang." Wajah Victoria memerah saat mendengar pujian Deron. Memang mereka hanya kekasih kontrak tapi Victoria merasa tersanjung mendengar pujian Deron, terlepas jujur atau hanya sekedar basa basi. Bolehkah aku sedikit baper? - batin Victoria. "Ayo kita makan bersama," ajak Deron sambil duduk dan Victoria pun duduk di depan pria itu. *** Roberto membaca artikel dari sebuah web khsus berita otomotif terutama yang berhubungan dengan balapan
Deron memangku Victoria dengan perasaaan cemas luar biasa karena tidak menyangka jika gadis itu pingsan. Dia makan apa tadi? Roberto langsung melajukan mobilnya dengan kencang menuju rumah sakit."Dia makan apa Roberto?" tanya Deron paniik."Aku tidak tahu Boss. Tiba-tiba saja nona Victoria langsung ambruk," jawab Roberto sambil konsentrasi jalan."Kamu makan apa, sayang?" bisik Deron berulang kali. Wajah Victoria tampak memerah dan mulai bengkak dan Deron tahu kalau ini memang alergi hanya saja alergi makan apa, pria itu masih belum bisa menebaknya.Mobil mewah itu pun tiba di rumah sakit dan Deron keluar dari kursi belakang setelah dibukakan oleh Roberto. "Tolong, sekretaris aku salah makan!" seru Deron sambil menggendong Victoria yang pingsan.Para perawat dan dokter tahu siapa Deron lalu bergegas mengambil alih tubuh Victorika dan meletakkan gadis itu diatas brankar. Mereka membawa Victoria masuk ke dalam IGD sementara Deron dan Roberto harus menunggu hasil pemeriksaan dokter. D
"A .. aku berada di mana?" bisik Victoria saat sudah mendapatkan kesadaran dirinya. "Kamu di rumah sakit, Victoria." Victoria menoleh ke arah suara yang dia kenal. "Deron?" "Iya. Kamu terkena serangan alergi gara-gara kacang. Kenapa kamu tidak bilang jika kamu ada alergi kacang? Aku kan jadi bisa mencoret menu yang ada hubungannya dengan kacang!" omel Deron yang merasa lega kekasih kontraknya tampak sudah membaik. "Maafkan aku ... Biasanya aku selalu berhati-hati," bisik Victoria. "Aku sudah menanyakan ... isi kue itu dan kata pelayan coklat jadi aku tanpa ragu mengambilnya. Ternyata aku salah ...." Deron menggenggam tangan Victoria. "Jangan lakukan itu lagi padaku, sayang ! Kamu membuat aku seperti kena serangan jantung!" Victoria menatap Deron. "Apakah kamu yang membawa aku kemari?" "Menurutmu?" balas Deron judes. "Terima kasih, Deron." Victoria tersenyum. "Jadi kapan aku boleh pulang?""Besok pagi kamu boleh pulang ke rumah. Aku hanya khawatir jika Marilyn tahu kelemahan ka
Georgina memarkiran motornya di area parkir gedung apartemen Victoria dan melepaskan helmnya. Gadis itu lalu membawa tas ransel dan duffle bag nya yang diikat di belakang, kemudian berjalan menuju lift apartemen. Victoria memang sudah memberikan kode pintu apartemennya karena hari ini, dia sudah masuk kerja sementara Georgina datang menjelang makan siang. Journalis dan pecinta petualangan itu pun tiba di lantai tempat unit apartemen Victoria berada. Georgina pun memasukkan kode pintu unit Victoria dan tersenyum karena apartemen itu sangat khas Victoria. Rapi, minimalis tapi tetap ada kesan girly disana. Georgina melihat ada memo diatas meja konsul dan membacanya. 'Ada makanan di kulkas tinggal kamu panaskan saja, Bestie. Minuman juga ada, bir dingin favorit kamu ada di kulkas juga. Jangan khawatir, kamu tidak akan kelaparan disini. Love Tori'.Georgina tertawa kecil karena tahu sahabatnya sangat memperhatikan kesenangan dirinya temasuk minuman favoritnya. Gadis itu lalu membuka kulk
Georgina merasa gabut setelah Victoria pergi bekerja dan dirinya mulai memeriksa kembali semua draft tulisannya yang sudah dia buat sebelumnya. Bagi Georgina, typo atau kesalahan apapun, tidak bisa dia tolerir karena akan membuat pembaca merasa tidak nyaman apalagi dia menulis dengan dua bahasa, Inggris dan Italia. Georgina memasang headphonenya dan mulai bekerja memeriksa semua artikelnya yang masih berada di draft. Setelah dirasa sudah bagus semua, Georgina pun mengirimkan ke editornya dan menunggu feedback darinya, baru setelahnya artikel itu dimuat di halaman web otomotif itu. Biasanya tidak terlalu lama karena editornya macam zombie yang nyaris tidak pernah tidur karena tidak hanya artikel darinya saja yang dipegang tapi dia juga punya penulis lain yang berada di Amerika dan Jepang. Georgina memang memegang area Eropa karena dia sangat mengenal negara-negara di Eropa, hasil solo travelingnya selama ini.Tak lama, email dari editornya pun masuk. "Good job Georgie. Akan aku muat se
Roberto dan Victoria menemui investor yang cukup potensial untuk menjadi partner TechPro. Roberto bisa melihat kemampuan persuasif Victoria, membuat para investor semakin tertarik untuk berinvestasi ke perusahaan keluarga Gonzaga. Roberto tidak menyangka jika di balik sikap polos dan naif Victoria, ternyata memiliki kemampuan bernegosiasi dengan klien potensial. Roberto sangat kagum dengan kemampuan Victoria yang selama ini tidak terlihat. Setelah mendapatkan deal dan mereka akan bertemu lagi di gedung TechPro. Mereka saling bersalaman dan kemudian, Roberto keluar bersama dengan Victoria. "Good job, nona Victoria," puji Roberto. "Terima kasih tuan Roberto. Terima kasih tadi tidak memanggil dengan panggilan yang biasanya," senyum Victoria sambil masuk ke dalam mobil. "Dan anda tidak memanggil saya dengan tuan Roberto seperti biasanya." Roberto pun duduk di kursi pengemudi. Victoria mengangguk. Suara ponselnya berbunyi dan gadis itu menerima. "Hai, Georgie." Roberto meliri
Roberto dan Victoria menemui investor yang cukup potensial untuk menjadi partner TechPro. Roberto bisa melihat kemampuan persuasif Victoria, membuat para investor semakin tertarik untuk berinvestasi ke perusahaan keluarga Gonzaga. Roberto tidak menyangka jika di balik sikap polos dan naif Victoria, ternyata memiliki kemampuan bernegosiasi dengan klien potensial. Roberto sangat kagum dengan kemampuan Victoria yang selama ini tidak terlihat. Setelah mendapatkan deal dan mereka akan bertemu lagi di gedung TechPro. Mereka saling bersalaman dan kemudian, Roberto keluar bersama dengan Victoria. "Good job, nona Victoria," puji Roberto. "Terima kasih tuan Roberto. Terima kasih tadi tidak memanggil dengan panggilan yang biasanya," senyum Victoria sambil masuk ke dalam mobil. "Dan anda tidak memanggil saya dengan tuan Roberto seperti biasanya." Roberto pun duduk di kursi pengemudi. Victoria mengangguk. Suara ponselnya berbunyi dan gadis itu menerima. "Hai, Georgie." Roberto meliri
Georgina merasa gabut setelah Victoria pergi bekerja dan dirinya mulai memeriksa kembali semua draft tulisannya yang sudah dia buat sebelumnya. Bagi Georgina, typo atau kesalahan apapun, tidak bisa dia tolerir karena akan membuat pembaca merasa tidak nyaman apalagi dia menulis dengan dua bahasa, Inggris dan Italia. Georgina memasang headphonenya dan mulai bekerja memeriksa semua artikelnya yang masih berada di draft. Setelah dirasa sudah bagus semua, Georgina pun mengirimkan ke editornya dan menunggu feedback darinya, baru setelahnya artikel itu dimuat di halaman web otomotif itu. Biasanya tidak terlalu lama karena editornya macam zombie yang nyaris tidak pernah tidur karena tidak hanya artikel darinya saja yang dipegang tapi dia juga punya penulis lain yang berada di Amerika dan Jepang. Georgina memang memegang area Eropa karena dia sangat mengenal negara-negara di Eropa, hasil solo travelingnya selama ini.Tak lama, email dari editornya pun masuk. "Good job Georgie. Akan aku muat se
Georgina memarkiran motornya di area parkir gedung apartemen Victoria dan melepaskan helmnya. Gadis itu lalu membawa tas ransel dan duffle bag nya yang diikat di belakang, kemudian berjalan menuju lift apartemen. Victoria memang sudah memberikan kode pintu apartemennya karena hari ini, dia sudah masuk kerja sementara Georgina datang menjelang makan siang. Journalis dan pecinta petualangan itu pun tiba di lantai tempat unit apartemen Victoria berada. Georgina pun memasukkan kode pintu unit Victoria dan tersenyum karena apartemen itu sangat khas Victoria. Rapi, minimalis tapi tetap ada kesan girly disana. Georgina melihat ada memo diatas meja konsul dan membacanya. 'Ada makanan di kulkas tinggal kamu panaskan saja, Bestie. Minuman juga ada, bir dingin favorit kamu ada di kulkas juga. Jangan khawatir, kamu tidak akan kelaparan disini. Love Tori'.Georgina tertawa kecil karena tahu sahabatnya sangat memperhatikan kesenangan dirinya temasuk minuman favoritnya. Gadis itu lalu membuka kulk
"A .. aku berada di mana?" bisik Victoria saat sudah mendapatkan kesadaran dirinya. "Kamu di rumah sakit, Victoria." Victoria menoleh ke arah suara yang dia kenal. "Deron?" "Iya. Kamu terkena serangan alergi gara-gara kacang. Kenapa kamu tidak bilang jika kamu ada alergi kacang? Aku kan jadi bisa mencoret menu yang ada hubungannya dengan kacang!" omel Deron yang merasa lega kekasih kontraknya tampak sudah membaik. "Maafkan aku ... Biasanya aku selalu berhati-hati," bisik Victoria. "Aku sudah menanyakan ... isi kue itu dan kata pelayan coklat jadi aku tanpa ragu mengambilnya. Ternyata aku salah ...." Deron menggenggam tangan Victoria. "Jangan lakukan itu lagi padaku, sayang ! Kamu membuat aku seperti kena serangan jantung!" Victoria menatap Deron. "Apakah kamu yang membawa aku kemari?" "Menurutmu?" balas Deron judes. "Terima kasih, Deron." Victoria tersenyum. "Jadi kapan aku boleh pulang?""Besok pagi kamu boleh pulang ke rumah. Aku hanya khawatir jika Marilyn tahu kelemahan ka
Deron memangku Victoria dengan perasaaan cemas luar biasa karena tidak menyangka jika gadis itu pingsan. Dia makan apa tadi? Roberto langsung melajukan mobilnya dengan kencang menuju rumah sakit."Dia makan apa Roberto?" tanya Deron paniik."Aku tidak tahu Boss. Tiba-tiba saja nona Victoria langsung ambruk," jawab Roberto sambil konsentrasi jalan."Kamu makan apa, sayang?" bisik Deron berulang kali. Wajah Victoria tampak memerah dan mulai bengkak dan Deron tahu kalau ini memang alergi hanya saja alergi makan apa, pria itu masih belum bisa menebaknya.Mobil mewah itu pun tiba di rumah sakit dan Deron keluar dari kursi belakang setelah dibukakan oleh Roberto. "Tolong, sekretaris aku salah makan!" seru Deron sambil menggendong Victoria yang pingsan.Para perawat dan dokter tahu siapa Deron lalu bergegas mengambil alih tubuh Victorika dan meletakkan gadis itu diatas brankar. Mereka membawa Victoria masuk ke dalam IGD sementara Deron dan Roberto harus menunggu hasil pemeriksaan dokter. D
Victoria membuatkan sarapan untuk dirinya dan Deron. Cukup simpel karena hanya pancake yang diberikan saus coklat dan sirup mapple. Deron tipe pria yang tidak rewel dengan sarapan asalkan tetap ada makanan di meja. Dia memang separuh Italia dan Inggris tapi soal sarapan, Deron tidak masalah jika sekedar English Breakfast yang mudah. "Baunya enak," puji Deron yang sudah keluar kamar dan melihat di meja sudah ada pancake dan potongan buah serta juice jeruk, teh dan kopi serta sebotol air mineral. "Ini benar-benar sarapan yang lengkap, sayang." Wajah Victoria memerah saat mendengar pujian Deron. Memang mereka hanya kekasih kontrak tapi Victoria merasa tersanjung mendengar pujian Deron, terlepas jujur atau hanya sekedar basa basi. Bolehkah aku sedikit baper? - batin Victoria. "Ayo kita makan bersama," ajak Deron sambil duduk dan Victoria pun duduk di depan pria itu. *** Roberto membaca artikel dari sebuah web khsus berita otomotif terutama yang berhubungan dengan balapan
Deron memeluk tubuh Victoria erat, seolah tidak mau melepaskan tubuh langsing itu. Victoria pun tidak menolak dekapan erat Deron karena dia merasa mendapatkan rasa nyaman. Deron merasa situasi saat ini adalah momen yang bpaling menenangkan dan tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. Deron menikmati setiap detik bersama dengan gadis ini. Keduanya pun terlelap hingga pagi hari menjelang. Victoria pun bangun menjelang pagi dan melihat wajah tampan Deron yang tampak damai. Gadis itu melihat bagaimana bulu-bulu halus di rahang pria itu semakin menebal dan tampak Deron tidak bercukur sekitar empat hari. Victoria pun kmengulurkan tangannya untuk meraba rahang pria itu dan mengelusnya perlahan. Mata hijaunya menikmati pemandangan manly di hadapannya. Bagi Victoria, Deron adalah pria yang sejati. Entah sejak kapan dirinya pun mulai jauh cinta dengan pria yang sudah membutanya menjadi kekasih kontraknya. "Apa aku harus bercukur?" gumam Deron saat merasakan tangan halus itu memegang rahangnya
Deron menikmati acara minum kopinya bersama dengan Victoria di ruang tengah apartemen gadis itu. Victoria menatap Deron yang tampak relaks bersamanya tapi tidak di perusahaan dan gadis itu tahu kalau Deron hanya seperti itu kepadanya. Terlepas dia hanya sekedar kekasih kontrak pria itu, tapi Victoria merasa mulai nyaman dengan bossnya yang berbeda sikapnya."Victoria ....""Ya Deron.""Minggu depan kita ada acara di perusahaan dan aku rasa kedua orang tuaku tidak akan datang karena mereka masih marah denganku." Victoria mengangguk maklum apalagi Deron terang-terangan menentang Elena soal perjodohannya dengan Ursula."Kamu tahu, ibuku membawa wanita itu ke acara menonton acara teater di Singapura, seolah menunjukkan bahwa si Ursula akan menjadi menantu Gonzaga suatu hari nanti. Benar-benar deh! Siapa juga yang mau menikah dengan gadis manja itu!" omel Deron."Bagaimana kamu tahu?" tanya Victoria."Roberto yang melihat liputannya dan stasiun tv Singapura memperlihatkan wawancara denga
Deron keluar dari apartemennya dan menuju apartemen milik Victoria. Tak lama gadis itu membuka pintunya dan tersenyum melihat Deron di depannya."Ada apa Deron?" tanya Victoria."Boleh aku masuk?" balas Deron."Silahkan." Victoria masuk terlebih dahulu dan Deron mengikutinya dari belakang sambil menutup pintunya. Tiba-tiba pria itu memeluk Victoria dari belakang dan mencium pipi gadis itu. Victoria menoleh ke arah Deron yang menatapnya lembut."Ini bukan karena kontrak itu kan?" bisik Victoria."Kamu kan sudah menjadi kekasihku jadi, aku harus banyak latihan di luar perusahaan." jawab Deron santai. Victoria tersenyum. "Aku ... Jujur aku tidak tahu kenapa aku bisa terpengaruh dengan sikap kamu seperti ini.""Karena Victoria sayang, kamu harus mengikuti apa yang ada di kontrak.. Sekarang, aku lapar. Kamu ada makanan apa?"***"Tangan kamu tidak apa-apa?" tanya Deron ke Victoria yang sedang menyendokkan salad ke piringnya."Tidak apa-apa. Aku sudah beri salep agar tidak memar." Victori