Victoria menyambut ciuman panas Deron karena dalam pikirannya, jika Roger bisa, kenapa dia tidak bisa! Apalagi Deron berbeda dengan Roger. Dia bukan pria mokondo. Deron semakin memperdalam ciumannya dan tangannya pun mulai merayap ke dada Victoria yang membusung. "Deron ..." desah Victoria."Dia sudah pergi?" bisik Deron."Sudah dari tadi ...." Victoria melirik ke arah ujung lorong.Deron mengatur nafasnya. "Jika aku tidak tahan, kita ke kamar hotel ya?"Tiba-tiba semuanya kembali ke titik nol dan Victoria hanya menatap datar ke arah Deron. "Jadi ... ini?"Deron tersenyum. "Salah satu permulaan dan aku tidak menyangka kamu akan membalas sama panasnya. Rupanya kamu banyak belajar ya, Victoria?"Ooohhhh rasanya Victoria ingin meninju wajah tampan Deron tapi dia harus mengurungkan niatnya karena pasti akan terjadi keributan dan Victoria tidak mau jika Elena membuat alasan agar Deron mau menikahi Ursula hanya karena dia meninju wajah pria itu!"Apakah kamu bawa lisptik? Bibir kamu bengka
Deron melihat wajah Victoria yang tampak tenang akibat mabuk. Sepertinya kami akan selalu beretmu dalm kondisi alkohol sialan itu! Deron membetulkan posisi Victoria yang sepertinya tidak nyaman, dan pria itu melihat mobil mereka sudah mendekati gedung penthousenya. Mobil Range Rover itu pun masuk ke dalam parkiran basement. Roberto memarkirkan mobil itu dan membukakan pintu Deron. Tampak Deron berusaha menggendong Victoria dan dengan bantuan Roberto, akhirnya dia bisa membawa Victoria lalu mereka berjalan menuju lift."Anda akan bawa ke kamar anda, Boss?" tanya Roberto."Tentu saja." Deron menoleh ke Roberto, "Malam ini kita beristirahat dulu tapi besok, aku minta padamu untuk menyelidiki siapa Roger, mantannya Victoria.""Baik Boss." Rpberto memang tinggal di satu gedung dengan Deron hanya saja dia tidak di penthouse melainkan apartemen dua kamar tidur yang berada dua lantai di bawah penthouse Deron. Roberto memang tidak suka tempat tinggal yang terlalu besar karena hanya dia sendir
Deron memeluk tubuh polos Victoria yang sedikit mendusel ke arahnya dan pria itu reflek mencium keningnya. Jujur sudah lama Deron membayangkan seperti ini dengan wanita yang mampu membuat dirinya tertarik. Deron masih terbuai dengan mimpinya ketika tangan Victoria juga memeluk tubuhnya dan suara dengkuran halus terdengar di terdengar di telinga Deron hingga dia membuka matanya sedikit. Deron tersenyum dan kembali terlelap. Sementara itu Roberto membongkar semua tentang Roger Johnson dan hubungannya dengan Victoria MacAlpen. Roberto memiiiki kemampuan hacker yang cukup canggih apalagi dulu dia adalah salah satu anak jalanan yng direkrut sindikat pembobol data baik kartu kredit, kripto, dan bank di seputaran Mediterania. Negara-negara yang berbatasan langsung dengan Laut Mediterania (searah jarum jam) meliputi Spanyol, Prancis, Monako, Italia, Slovenia, Kroasia, Bosnia dan Herzegovina, Montenegro, Albania, Yunani, Turki, Suriah, Lebanon, Israel, Palestina (Jalur Gaza), Mesir, Libya,
Victoria menggunakan kesempatan ini untuk turun dari tempat tidur dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Di dalam kamar mandi yang mewah itu, Victoria melihat ada bathrobe yang bakalan dia gunakan nanti. Gadis itu langsung menyalakan shower tanpa lupa mengunci pintu kamar mandi karena takut kalau Deron menyusulnya dan melanjutkan kegiatan tadi yang tertunda."Bagaimana kamu tadi bisa terhanyut, Vic? Yang benar saja ! Hampir saja kamu tadi memberikan milikku dan tanpa pengaman ... Bagaimana kalau aku hamil? Tidak ada dalam klausul kontrak juga!" gumam Victoria sambil meneima guyuran air hangat yang menenangkan dirinya. "Ya ampun Vic ... Ingat, kamu itu lemah dengan alkohol ! Jangan melakukan kebodohan lagi!"Sementara Victoria sibuk bermonolog di kamar mandi, Deron mendengarkan laporan Roberto. "Dia mendapatkan gaji perbulan 3,000 GBP ( Great Britain Poundsterling ) dan yanh seribu dia kirimkan ke Roger. Padahal Roger mendapatkan gaji sekitae 13,000 GBP," lapor Rober
Victoria datang ke kantor setelah kemarin tidak masuk kerja. Gadis itu lalu menuju ke meja kerjanya tanpa mengetahui Marilyn melihatnya saat menuju ke posnya. Marilyn hanya menatap sinis ke arah Victoria yang beraninya bolos kerja padahal belum ada seminggu bekerja di TechPro. Marilyn ingin menuju meja Victoria namun dia harus ada meeting jadi diurungkan. Victoria lalu menyalakan PC nya dan mulai bekerja seperti biasa. Gadis itu langsung fokus dengan semua berkas-berkas yang dia belum sempat dikerjakan kemarin. Victoria memang datang sendiri tanpa Deron dan Roberto apalagi kemarin mereka mengantarkan dirinya pulang ke apartemennya."Jika kamu hendak membalas perbuatan Roger dan Marilyn, kamu harus bersikap elegan. Aku akan membantu kamu dan jangan khawatir soal uang."Victoria mengingat ucapan Deron dan dia tidak tahu dari mana Bossnya tahu kalau dirinya setiap bulan selama setahun ini mengirimkan uang ke Roger. Dimana bagi Roger, uangnya dianggap uang receh karena gaji dia menembus
Deron masih menatap Victoria yang memegang cooling pack di pipinya dan perlahan wajah gadis itu memerah. Deron tersenyum tipis dan mencium bibir Victoria sekilas. "Aku suka kamu bisa stand up dan berani membalas perbuatan wanita tidak tahu diri itu!" ucap Deron lagi Sungguh dia tidak menyangka jika seorang wanita yang merasa sakit hati, akan bisa membalas dengan begitu brutalnya. "Aku sudah cukup diinjak-injak nama dan harga diri aku akibat terlalu naif serta menganggap Marilyn adalah sahabat aku yang paling baik. Ternyata aku sangatlah bodoh !" ucap Victoria. "Tidak ada kata terlambat soal sadar. Setidaknya, kamu sadar sebelum kamu menikah dengan Roger brengsek itu !" Victoria mengangguk. "Terima kasih Deron." "Mari kita saling membantu. Aku membantu membalaskan sakit hati kamu dan kamu membantu membuat ibuku melupakan perjodohan sialan itu ! Sesuai dengan kontrak! Sekarang, apa yang akan kita lakukan?" senyum Deron. "Kita bersikap wajar saja hingga Marilyn tidak tah
Marilyn merasa dirinya dipermalukan oleh Deron tapi dia harus menahan diri karena dirinya belum mendapatkan penawaran pekerjaan yang gajinya lebih tinggi dari TechPro. Lagipula, disini dia ada Victoria yang bisa dia kerjain setiap saat asal tidak ketahuan oleh Deron Gonzaga. Marilyn hanya memasang wajah datar saat para manajer lainnya mencibir ke arahnya dan dia yakin pasti banyakorang yang menyukuri dirinya dalam situasi negatif. Marilyn memilih menunggu semua orang keluar dari ruang meeting dan Marilyn baru berjalan kelaur bersama dengan sekretarisnya."Apakah kamu akan melawan, M?" tanya sekretarisnya."Tidak ,,, untuk saat ini," jawab Marilyn dingin. Marilyn melihat saat Deron berjalan bersama Roberto dan dirinya tersenyum culas, "Aku akan membuat semuanya terbalik. Aku akan buat Big Boss akan berpaling padaku.""M, kamu sudah bekerja disini hampir tiga tahun dan selama itu Deron Gonzaga juga tidak melirik kamu," kekeh sekretarisnya.Marilyn melirik judes ke sekretarisnya. "Terka
"Aku tidak terima Roger, darling. Dia sudah memukul hidung aku !" adu Marilyn setelah Roger pulang dari perjalanan dinas dari Perugia. "Dia harus kita tegasi, Sayang. Aku juga tidak suka melihat kamu terluka hanya karena anak udik itu mendapatkan backing dari Bossnya !" Roger teringat saat dirinya ribut dengan Victoria dan Deron datang bersama dengan pengawalnya yang sama-sama berwajah dingin. "Sepertinya Deron tidak mau kehilangan sekretaris lagi dan Victoria cukup ngeyel untuk dibully oleh ku sekarang ini," lanjut Marilyn. "Kamu tahu dimana apartemen mantanku itu?" tanya Roger. Marilyn menyipitkan matanya. "Apakah kamu hendak mengulang cerita lama?" "Tidak sayang. Aku kan sudah ada kamu ... Aku hanya kesana untuk memberikan peringatan agar dia tetap menjadi anak yang mudah kamu tindas!" seringai Roger. Marilyn tersenyum. "Jadi kamu hendak menghancurkan mentalnya lagi?" Roger mengangguk. "Akan aku hancurkan mentalnya !" Marilyn mencium bibir Roger panas. "Aku s
Victoria hanya mendelik mendengar ucapan tanpa filter Georgina yang tampaknya bodo amat yang penting dia sudah mengatakan apa yang ada di benaknya. Deron hanya tersenyum simpul melihat dua sahabat itu namun dia tidak marah karena tahu itu hanya gurauan garing. "Oke, aku rasa aku harus pulang. Sampai besok,sayang." Deron mencium bibir Victoria lembut. "Bye Georgie." "Bye Deron. Drive safe." Deron pun masuk ke dalam lift dan melambaikan tangannya ke Victoria dan Georgina yang membalasnya. Pintu lift itu pun tertutup. Victoria menoleh ke arah Georgina. "Really, tidur bersama?" "Hanya menyarankan." Georgina mengedikkan bahunya.Victoria menggelengkan kepalanya. "Selamat malam George.""Selamat malam Tori."***Victoria tampak cantik dengan blazer dan celana panjang musim panasnya bewarna pink pucat dan tank top hitam serta sepatu datarnya yang senada dengan bajunya plus tas tangan juga dengan warna pink. Gadis itu membuka pintu saat mendengar bel apartemennya dan tersenyum saat meli
"Aku tidak tahu kamu begitu paham soal elektronik seperti ini," ucap Georgina sambil mengajak Roberto makan malam di apartemennya karena merasa sepi makan sendirian, sementara Victoria sedang diajak makan malam dengan Deron. "Bisakah kamu ceritakan siapa dirimu?""Apa maksud kamu?" balas Roberto sambil memakan fish and chipsnya.NoteFish and Chips adalah makanan pesan-bawa yang paling terkenal yang berasal dari Britania Raya. Makanan ini terdiri dari ikan (secara tradisional cod) ditepungi dengan tepung roti dan dimakan bersama kentang goreng yang dipotong panjang.Fish and chips populer di Britania dan jajahannya pada abad ke sembilan belas, seperti Australia dan Selandia Baru serta Kanada. Fish and chips juga populer di beberapa bagian di Amerika Serikat sebelah utara (New England dan Barat Laut Pasifik).Fish and chips adalah makanan populer di kalangan kelas pekerja di Britania Raya sebagai hasil dari cepatnya perkembangan penangkapan ikan dengan pukat di Laut Utara, diiringi pem
Roberto terkejut saat Georgina menempelkan bibirnya ke bibir milik pria itu. Roberto tidak menyangka kalau gadis itu seberani itu dengannya. Ciuman dari Georgina memang tidak dia balas karena Roberto masih merasa harus mencerna semuanya. Sungguh, Roberto merasa bibir Georgina sangat manis dan satisfying. Setelah lima belas detik kemudian, Roberto mendorong tubuh Georgina hingga pagutan itu terlepas. "Miss Heathfield!" "Ada apa Roberto? Apakah ... kamu tidak suka?" goda Georgina genit."Ini bukan yang seharusnya terjadi ...." Roberto mengusap rambutnya. "Kita anggap tidak ada apapun yang terjadi sekitar ... tiga puluh detik lalu!""Awww, Roberto, ayolah kita have fun sedikit dan menikmati hidup karena hidup itu hanya sekali!" senyum Georgina. Roberto melirik ke arah meja kopi dan terdapat satu gelas berisikan whisky yang hanya separo disana. Roberto menggelengkan kepalanya tidak menduga gadis cantik ini benar-benar khas Inggris yang suka minum. For God's sake .... Ini baru jam satu
Victoria menerima ciuman lembut dari Deron ketika mereka mendengar suara pintu ruang VIP dibuka. Keduanya melepaskan pagutannya dan melihat Georgina dan Roberto datang dengan wajah berseri. Georgina sih yang sebenarnya memiliki wajah berseri-seri sementara Roberto tetap dengan wajah dinginnya. "Apakah kalian bersenang-senang di bawah?" tanya Deron. "Aku yang senang, kulkas Milan ini hanya berdiri kaku macam ... kulkas !" jawab Georgina sambil menoleh ke arah Roberto yang tetap dingin tanpa ekspresi. "Ya, Roberto memang dingin begitu sih," senyum Victoria."Kalau boleh nih Deron, aku pinjam asistenmu minggu depan, boleh?" Georgina memajukan tubuhnya ke Deron tanpa takut."Ada apa kamu mau pinjam Roberto?" tanya Deron bingung."Mau aku bawa ke Imola."Deron dan Victoria menatap Georgina dengan tatapan tidak percaya. "Ke Imola?"Georgina mengagguk penuh semangat. "Aku ingin memperlihatkan sisi lain dari Imola. Aku tahu kalian sudah biasa melihat perlombaan formula satu disana tapi bel
Georgina mengajak Roberto untuk turun ke lantai satu, arena dansa, berbaur dengan banyak orang yang memang ingin melepaskan euforianya dengan melakukan emosinya dengan menari. Selain itu, tidak sedikit yang mencari pasangan meskipun hanya one nigth stand. Roberto hanya diam saja saat dirinya ditarik oleh gadis berambut hitam pendek dengan mata biru indah yang membuat dirinya seperti seorang penyihir di cerita-cerita fantasy Medieval dan membuatnya memilih tidak menolak. Bukankah menyeramkan jika membuat seorang penyihir marah. "Whoah, ini sangat berbeda dibandingkan saat aku pertama kali kemari," ucap Georgina sambil melihat interior Milano club yang tampak sophisticated. "Kita hendak apa, nona Heathfield?" tanya Roberto. "Berdansa tentu saja, Roberto ! Dan tolong, panggil aku Georgie atau G, jangan nama belakang aku. Rasanya seperti hendak memesan kamar hotel untuk traveling," kekeh Georgina. Roberto menatap wajah cantik Georgina. "Kenapa anda suka dipanggil Georgie?" "Ag
Georgina menatap Roberto dengan wajah kesal karena pria satu ini macam tidak bisa diajak untuk bergurau. Gadis itu hanya berjalan dengan mendongakkan wajahnya membuat dirinya seperti putri Inggris yang angkuh. Roberto hanya menatap dingin ke arah Georgina dan memilih untuk tidak berkomentar. Mereka pun masuk ke dalam mobil SUV mewah milik Deron dengan Roberto sebagai sopirnya. Deron duduk di belakang bersama dengan Victoria sementara Georgina di depan bersama Roberto. "Kita sudah pesan tempat VIP di club Milano dan yang jelas semuanya aman." Deron memeluk pinggang Victoria saat berada di dalam mobil dan duduk berdekatan. "Bukankah itu klub yang sangat sulit ditembus? Apalagi kalau tidak ada koneksi yang berpengaruh ?" tanya Georgina saat mobil mewah menuju jalan raya. "Bagaimana kamu tahu?" tanya Victoria. "Tori, aku kan tukang petualang dan sebelum kamu kemari ... Aku sudah kesini duluan dan kalau tidak ada Charles McGregor saat itu, aku tidak bisa masuk ke club itu!" jawab
Roberto dan Victoria menemui investor yang cukup potensial untuk menjadi partner TechPro. Roberto bisa melihat kemampuan persuasif Victoria, membuat para investor semakin tertarik untuk berinvestasi ke perusahaan keluarga Gonzaga. Roberto tidak menyangka jika di balik sikap polos dan naif Victoria, ternyata memiliki kemampuan bernegosiasi dengan klien potensial. Roberto sangat kagum dengan kemampuan Victoria yang selama ini tidak terlihat. Setelah mendapatkan deal dan mereka akan bertemu lagi di gedung TechPro. Mereka saling bersalaman dan kemudian, Roberto keluar bersama dengan Victoria. "Good job, nona Victoria," puji Roberto. "Terima kasih tuan Roberto. Terima kasih tadi tidak memanggil dengan panggilan yang biasanya," senyum Victoria sambil masuk ke dalam mobil. "Dan anda tidak memanggil saya dengan tuan Roberto seperti biasanya." Roberto pun duduk di kursi pengemudi. Victoria mengangguk. Suara ponselnya berbunyi dan gadis itu menerima. "Hai, Georgie." Roberto meliri
Georgina merasa gabut setelah Victoria pergi bekerja dan dirinya mulai memeriksa kembali semua draft tulisannya yang sudah dia buat sebelumnya. Bagi Georgina, typo atau kesalahan apapun, tidak bisa dia tolerir karena akan membuat pembaca merasa tidak nyaman apalagi dia menulis dengan dua bahasa, Inggris dan Italia. Georgina memasang headphonenya dan mulai bekerja memeriksa semua artikelnya yang masih berada di draft. Setelah dirasa sudah bagus semua, Georgina pun mengirimkan ke editornya dan menunggu feedback darinya, baru setelahnya artikel itu dimuat di halaman web otomotif itu. Biasanya tidak terlalu lama karena editornya macam zombie yang nyaris tidak pernah tidur karena tidak hanya artikel darinya saja yang dipegang tapi dia juga punya penulis lain yang berada di Amerika dan Jepang. Georgina memang memegang area Eropa karena dia sangat mengenal negara-negara di Eropa, hasil solo travelingnya selama ini.Tak lama, email dari editornya pun masuk. "Good job Georgie. Akan aku muat se
Georgina memarkiran motornya di area parkir gedung apartemen Victoria dan melepaskan helmnya. Gadis itu lalu membawa tas ransel dan duffle bag nya yang diikat di belakang, kemudian berjalan menuju lift apartemen. Victoria memang sudah memberikan kode pintu apartemennya karena hari ini, dia sudah masuk kerja sementara Georgina datang menjelang makan siang. Journalis dan pecinta petualangan itu pun tiba di lantai tempat unit apartemen Victoria berada. Georgina pun memasukkan kode pintu unit Victoria dan tersenyum karena apartemen itu sangat khas Victoria. Rapi, minimalis tapi tetap ada kesan girly disana. Georgina melihat ada memo diatas meja konsul dan membacanya. 'Ada makanan di kulkas tinggal kamu panaskan saja, Bestie. Minuman juga ada, bir dingin favorit kamu ada di kulkas juga. Jangan khawatir, kamu tidak akan kelaparan disini. Love Tori'.Georgina tertawa kecil karena tahu sahabatnya sangat memperhatikan kesenangan dirinya temasuk minuman favoritnya. Gadis itu lalu membuka kulk