"Jadi setelah mengundurkan diri dari jurusan kedokteran kamu mulai tertarik pada bisnis restoran yang dikelola kakakmu itu?" Harjokusumo akhirnya meminta Edna untuk datang ke rumah setelah semalam mengirimkan pesan tentang keinginannya untuk bekerja di restoran. "Iya, pa. Aku tertarik ke bisnis tapi kan gak mungkin juga aku langsung menempati posisi tinggi karena aku belum cukup ilmu jadi aku ingin mulai bekerja dari bawah saja dulu. Restoran itu menarik buat aku." Ana berbicara dengan hati-hati karena disini tidak ada Jagad yang bisa memperbaiki kesalahannya dalam berucap. Jagad sudah memperingatkan Ana agar hati-hati dalam berucap karena itu akan berdampak ke banyak hal. Disana Harjokusumo, Claudia, dan Patrik saling berpandangan. Ana bisa mengerti jika hubungannya dengan Claudia dan Patrik akan merenggang atau bahkan mereka akan bermusuhan setelah ini. Ana kan terkesan merebut tempat yang dimiliki oleh Patrik. "Papa sangat terkejut karena kamu mau terjun ke dunia bisnis padahal
"Sudah aku duga pasti Harjokusumo akan bersikap adil kepada anaknya. Walaupun Edna adalah anak selingkuhan tapi dia tetaplah anak kandung Harjokusumo." Jagad meminum wine dengan didampingi oleh Ana. Malam ini Jagad merasa sangat puas sehingga dirinya tidak bisa berhenti untuk terus bicara. "Lalu setelah ini apa? Aku perlu rencana yang diberitahukan dari jauh-jauh hari, bukan rencana yang mendadak seperti ini. Aku benar-benar benci sesuatu yang mendadak, Jagad." Wajah Ana menunjukkan ketidaksukaan yang begitu besar. Wajah yang menganggap Jagad adalah hama yang ingin dia singkirkan saat ini juga. Jagad memandang Ana dengan tatapan meremehkan. "Untuk apa jauh-jauh hari? Untuk menyiapkan mental kamu yang lemah itu? Kamu sudah sebegitu terikatnya kah dengan keluarga Hariman? Padahal mereka itu kan hanya keluarga palsu kamu, Ana. Lagipula kamu pikir mudah dalam membuat suatu rencana? Jelas tidak mudah. Untuk itulah aku sendiri yang akan memberitahu kamu kapan saatnya rencana itu akan dija
Apakah bagi Jagad membunuh orang lain itu semudah itu? Apakah bagi dirinya nyawa manusia itu tidak ada apa-apanya? Kenapa bisa semudah itu menghilangkan nyawa orang lain yang dia anggap menganggu? "Leona, hari ini aku mau bertemu dengan Marchelia. Kamu tidak perlu ikut karena aku sudah bilang pada Jagad kalau kamu tidak perlu mengikuti aku untuk sekarang ini." Ana memang sudah bilang kepada Jagad dan keinginannya itu dikabulkan. Walaupun begitu Ana sangat yakin bahwa Jagad pasti telah menyewa orang-orang untuk mengawasi Ana. Jagad bukanlah orang yang akan dengan mudah untuk mempercayai orang begitu saja. "Baik, ibu." Leona mematuhi ucapan Ana lalu Ana pun keluar dari rumah itu. Tanpa diduga oleh Ana ternyata Leona malah masuk ke kamar Ana untuk mencari sesuatu. "Dimana ya? Aduh, kayaknya Edna juga sudah lupa dengan itu karena dia mengalami kecelakaan. Tapi benda itu kan sangat penting." Leona berusaha mencari benda yang harusnya ada di tangan Edna tapi tidak ketemu. Benda itu tidak
"Maksud papa?" Ana reflek bertanya seperti itu padahal seharusnya dia menahan diri dulu dan mencari informasi dari sumber yang lain. Harjokusumo menatap Ana dengan tatapan heran namun dengan secepat kilat tatapan itu berubah menjadi maklum. "Maksud papa adalah saat dulu kamu sakit parah Marchelia rela mengorbankan satu ginjalnya untuk kamu. Kalian adalah sahabat karib dari kecil, Edna. Papa sangat senang ketika persahabatan kalian awet sampai perkuliahan ini. Papa juga sangat senang karena dia menjalin hubungan dengan Patrik. Bagi papa itu adalah suatu keberuntungan. Bukan hanya karena Marchelia berasal dari keluarga Sastrawidjaja tapi juga karena dia adalah Marchelia, hanya Marchelia." Ana langsung tertunduk lesu. Semenjak dirinya menjalin hubungan dengan Jagad dan menuruti semua perintahnya maka semenjak itu jugalah hubungan Edna dengan orang-orang di sekitarnya menjadi berantakan. Ana telah menghancurkan segalanya dan itu benar-benar mengerikan. Tapi apa yang bisa Ana lakukan? Ke
Patrik berusaha mencari berkas-berkas mengenai kematian Vivaldi di ruangan papanya. Tidak ada apapun ternyata di dalam sini. Sebaiknya Patrik segera keluar sebelum papanya datang kesini. Saat sudah sampai di luar ruangan itu Patrik segera duduk di sofa ruang keluarga. Hari ini semua anggota keluarganya bekerja dan tersisa Patrik disini. Lalu sekarang apa yang seharusnya dia lakukan ya? Patrik menyesal karena baru menyadari bahwa Edna benar-benar sudah berada di bawah pengaruh Jagad untuk melakukan sesuatu yang membahayakan keluarga Hariman. Kematian Vivaldi harusnya tidak akan bisa diingat lagi oleh Edna. Harusnya Edna bahkan tidak ingat kalau ada satu anak laki-laki lagi di keluarga ini selain Patrik. Patrik tahu benar kalau kematian Vivaldi bukanlah kematian yang wajar melainkan pembunuhan. Hanya saja sampai sekarang Harjokusumo selalu memperingatkannya untuk tidak mencari tahu soal kematian Vivaldi karena cukup Harjokusumo lah yang mengurusnya. Hubungan Patrik dan Vivaldi yang tid
Kenapa malah membawa Patrik di dalam percakapan ini? Apa katanya tadi? Patrik selalu mengancam dia dengan kematian? Apa itu artinya Patrik juga tahu kalau kematian Vivaldi bukanlah kematian yang wajar?"Sudahlah. Walaupun anda membunuh saya saat ini juga dengan cara yang paling kejam pun saya tidak akan memberitahu anda apapun. Saya menganggap diri saya tidak mengetahui apapun pada malam itu." Pria paruh baya itu rupanya tetap bertahan untuk tutup mulut. Ana tidak bisa membiarkan pria ini diam begitu saja dan tidak memberikan informasi yang berharga. Ana sudah membayar mahal untuk semua ini masa iya dia tidak mendapatkan informasi berharga apapun untuk menyerang Jagad? "Baiklah kalau itu memang keinginan anda. Tapi apakah hutang-hutang pinjaman online dan judi yang ditinggalkan putra anda juga sepakat demikian? Harusnya sebagai orang yang pernah punya posisi penting dalam suatu organisasi dan bahkan dipercaya untuk menghabisi nyawa seorang putra konglomerat anda kan menghabiskan mas
Hah? Ada orang lain yang wajahnya sama dengan Edna? Bukankah ini berbahaya? "Siapa kaki tangan itu?" Ana harus memastikannya sendiri dan setelah itu dia akan menyingkirkan anak perempuan itu. Ah, kenapa cara berpikir Ana jadi seperti ini? Kenapa seakan mudah bagi Ana untuk menghabisi seseorang? Tidak, tidak boleh begini. "Kami sudah tidak berhubungan lagi dan bahkan aku juga sudah lupa siapa namanya. Aku bekerja dengan orang yang berbeda-beda setiap saat. Jadi bagaimana bisa aku mengingat orang itu? Beban hidupku juga sangat banyak." Pria paruh baya itu menjawab dengan malas pertanyaan yang diajukan oleh Ana. Tampaknya dia memang tidak ingin membahas hal yang sudah berlalu. Tapi hal yang sudah berlalu itu adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh Ana. "Jadi kalian sudah tidak berhubungan lagi ya. Aku paham kalau begitu. Yang aku ingin tanyakan lagi adalah bagaimana bisa kalian berpisah begitu saja? Apakah dia pensiun atau bagaimana?" Duh. Berbicara seperti ini sebenarnya benar-benar m
"Cepat juga kamu dalam memulai aksi." Ana memang menjawab dengan santai tapi dalam hatinya dia benar-benar gelisah. Sampai sekarang pun Ana belum bisa menemukan kelemahan Jagad yang bisa menghancurkan dirinya. Ana juga belum menemukan sesuatu untuk menyelematkan keluarga Hariman. "Kamu gak penasaran apa rencanaku?" Jagad merasa sedikit heran karena Ana tidak lagi menjawab atau bertanya apapun tentang rencana barunya. "Loh aku nunggu kamu ngasih tahu makanya diam saja. Memang apa rencana kamu?" Ana hanya tidak ingin saja membahas sesuatu yang dia sudah tahu ujungnya akan kemana. Kemana lagi kalau bukan ke masalah pertengkaran. Mereka pasti hanya akan menghabiskan waktu untuk bertengkar dan itu sangat tidak disukai oleh Ana. "Rencana aku itu sederhana saja. Kamu tahu kan Claudia akan mencalonkan diri menjadi anggota legislatif? Rusak imagenya hingga dia bahkan tidak berani untuk keluar dari rumah dan menampilkan wajahnya di depan masyarakat." Jagad tersenyum jahat ketika membayangkan
Ana tahu ucapan Edric ini amat berbahaya. Sebaiknya Ana segera berhenti dan tidak membahas hal ini lagi. Ini akan lebih baik untuk Ana juga. "Walaupun kita gak ada perasaan cinta satu sama lain kok rasanya tetap gak etis ya kamu ngomongin cewek lain. Sudahlah, aku capek banget sekarang ini. Sekarang aku mau istirahat saja. Kamu memangnya gak mau istirahat sekarang?" Ana dengan langkah yang terburu-buru mulai mengalihkan pembicaraan. Bukan hal yang baik kalau Edric sampai mengungkit hal semacam itu. "Yang mancing-mancing kan juga kamu ini tadi. Ya sudah kamu sendiri maunya gimana? Kita stop pembicaraan ini? Lalu besok kamu masih mau kerja di tempat itu? Kalau kamu gak mau juga gak masalah lho. Aku akan carikan tempat lain untuk kamu supaya kamu bisa bekerja lebih nyaman. Aku tahu kalau Leo mungkin saja akan mencari-cari alasan untuk datang ke tempat itu. Selain memang untuk menganggu kamu tapi dia juga menjalani hubungan istimewa dengan Nata." Edric memberitahukan Ana sesuatu yang la
Edric terdiam lama saat mendengar pertanyaan Ana dan kemudian menjawab dengan santai. "Yah aku Edric, Edna. Edric yang dikenalkan sama keluarga Sastrawidjaja untuk menikah dengan kamu. Kamu berharap aku ini siapa?" Edric mengakhiri pertanyaannya dengan tawa geli. Tawa yang sayangnya tidak membuat Ana ikut merasa lucu karena dia merasa ada yang aneh disini. "Aku gak berharap kamu siapa-siapa. Aku cuma berharap kamu Edric yang seperti aku kenal. Edric yang mau membangun hubungan baik dengan aku tanpa ada rasa permusuhan di pernikahan ini. Ya walaupun aku tetap tidak paham kenapa harus seperti ini? Kenapa kamu tetap apa ya? Kenapa sikap kamu terlalu baik? Buatku itu aneh sekali. Aku gak tahu kenapa dibanding menjaga hubungan dekat supaya tidak bermusuhan aku menganggap kamu seakan melakukan pernikahan ini dengan sungguhan bukannya seperti pernikahan yang dijodohkan." Ana tahu tata kalimatnya berantakan dan entah bisa dipahami atau tidak oleh Edric. Tapi Ana hanya menyampaikan apa yang a
"Aku beneran gak tahu na kalau Leo jadi investor di tempat itu. Tempat itu seperti yang Nata bilang ke kamu, aku gak peduli sama sekali. Aku menempatkan kamu disitu karena aku ingin kamu belajar dulu dari tempat yang gak menguntungkan. Aku beneran gak punya maksud apapun kok untuk itu. Aku benar-benar minta maaf ya, na. Sumpah aku gak tahu dan beneran minta maaf." Edric yang tahu soal kejadian tidak menyenangkan dari Nata tanpa aba-aba langsung meminta maaf pada Ana yang sedang merebahkan dirinya di atas kasur. Kejadian di kantor tadi bisa dibilang telah membuang seluruh tenaganya menjadi tidak bersisa. "Kenapa sih? Kenapa juga kamu harus meminta maaf? Aku juga tahu kalau tempat itu gak kamu urus karena orang-orang disana sudah ngasih tahu. Jadi gak perlu minta maaf soal itu. Lagian gak usah lagi lah dibahas soal itu. Aku saja mau melupakan itu kok. Lah ini kamu malah membahas hal itu lagi." Ana tahu Edric adalah tipe yang langsung menjelaskan inti permasalahan tapi masalahnya disini
Apa hubungan antara Edric dan Leo? Bukannya harusnya Edric tahu kalau dirinya dan Leo ini bisa dianggap sebagai musuh bebuyutan. Bagaimana mungkin Edric menyuruh Ana untuk bekerja di tempat yang sama dengan Leo? Walaupun kemungkinannya mereka akan jarang bertemu tapi tetap saja kan ini menyebalkan sekali namanya. "Ah, Edna. Untuk urusan investor disini aku yang mengurus. Tempat ini kebetulan tidak terlalu disukai oleh Edric sehingga dia tidak terlalu peduli. Oleh karena adanya Leo disini karena persetujuanku, buat persetujuan Edric." Nata menjelaskan situasi yang terjadi hingga mampu menghilangkan kesalahpahaman yang sempat Ana pikirkan. "Aduh. Kenapa kamu harus menjelaskan hal seperti itu sih? Kesannya itu adik ipar... oh salah, mantan adik ipar itu gak suka sama aku kan. Kesannya kami punya hubungan yang buruk. Padahal hubungan kami baik-baik saja. Bukan berarti Edna bercerai dari Jagad lantas membuat hubungan kami juga jadi ikutan memburuk. Itu salah besar, Nata." Leo dengan seny
Saat ini Nata dan Ana berjalan bersebelahan. Kalau berjalan bersebelahan begini mereka mau bicara apa sebenarnya. Apa nanti kalau Ana melakukan kesalahan yang fatal. Bagaimana kalau nanti karenaAna tidak mengerti apapun ya jadi yang dia kerjakan pada umumnya akan jadi tertawaan sih kalau menurut pikiran buruknya yang selalu punya firasat negatif. "Sebenarnya sih kalau dibilang staf magang itu kurang terima karena pekerjaan kamu itu menjadi model suatu produlk. Kamu kan cantik jadi sangat sesuai dengan hal itu. Edric pandai memanfaatkan situasi yang ada dengan memanfaatkan istrinya." Nafa dengan suaranya yang terdengar ramah sekaligus tegas telah berhasil membuat Ana merasa terusik. Kata-kata cantik ini adalah kuncinya. Kamu yang punya kekuatan seperti itu harus bisa memanfaatkan hal tersebut dengan baik kan pasti. Nah jadi mulai sekarang kamu harus percaya diri dan melakukan segalanya yang terbaik dengan rasa percaya diri itu ya. Aku gak mau setiap kita bertemu untuk melakukan perte
"Edna, tadi kamu lari begitu karena apa? Aku minta maaf kalau kamu kaget dengan kedatangan Nata. Nata mungkin bikin kamu gak nyaman ya sampai akhirnya kamu pulang. Kamu bisa jelasin apa yang bikin kamu gak nyaman sama Nata?" Edric pulang malam dan mendapati Ana sudah merebahkan dirinya di kasur. "Gak ada yang bikin gak nyaman kok. Aku tuh cuma kaget saja. Nata itu kan wajahnya cantik, pembawaannya mahal. Pasti dia dari kalangan sosialita juga kan. Aku cuma gak enak karena orang terhormat seperti itu malah harus mengajari aku. Aku merasa gak nyaman saja sih." Ucapan Ana memang perlu dikonfrontasi. Pada awalnya Ana bilang tidak ada hal yang membuatnya tidak nyaman. Tapi diakhir dia bilang dia merasa tidak nyaman karena bagi Ana si Nata itu terlihat sangat terhormat. "Owh jadi kamu merasa gak nyaman karena itu. Nata itu gak se wah yang kamu bayangkan kok. Nata memang butuh pekerjaan ini karena dia butuh uang. Lagipula seandainya dia adalah orang dari kalangan sosialita memang kenapa? A
Wajah Edric terlihat datar. "Nata, jangan melewati batas. Tugas kamu disini adalah membuat Edna bisa beradaptasi dengan pergaulan kelas atas. Kalau memang dia sudah memutuskan untuk menjadi Edna maka gak ada alasan untuk aku menghalangi keinginannya itu. Harusnya kamu sudah paham akan hal itu bukan? Kenapa hal seperti ini saja kamu tidak mengerti sih?" Edric terlihat geram dan tak suka dengan kalimat yang diucapkan oleh Nata. "Yah tugas aku memang hanya itu saja kok. Aku paham akan hal itu. Hanya saja melihat orang yang dengan tidak tahu malunya mengambil identitas orang lain itu cukup membuatku terganggu. Kamu masih mencintai orang itu? Sadar gak kalau dia bukanlah Ana yang sama dengan Ana yang menemani masa kecil kamu? Dia adalah Ana yang benar-benar berbeda, Edric. Kamu harus paham akan hal itu mulai hari ini. "Aku sudah paham sejak awal. Sejak aku dinikahkan dengan dia aku sudah paham dengan siapa yang aku nikahi. Kamu pikir aku mau menikahi Edna yang asli? Tentu saja tidak. Aku
Sosok yang dimaksud oleh Edric ternyata adalah orang yang benar-benar di luar perkiraan Ana. Dari tampangnya sih kelihatan sekali kalau orang ini adalah orang yang judes? Ya mungkin semacam itu. Bagaimana cara Ana bisa percaya dengan orang ini coba? Belum apa-apa saja Ana sudah merasa takut dengan manusia yang satu ini. "Edna, dia adalah Nata. Nata ini adalah orang yang sangat paham dengan pergaulan kelas atas. Nata yang akan mengajarkan kamu gimana cara bersikap dengan baik. Intinya Nata akan mengajarkan kamu bagaimana caranya untuk bisa bersosialisasi dengan baik di masyarakat ini. Oleh karena itu kamu gak perlu khawatir lagi ya. Semuanya akan baik-baik saja kok setelah ini." Edric memberikan senyum yang sebenarnya menenangkan untuk Ana. Tapi masalahnya adalah di Nata. Nata ini kelihatan sekali bukan orang yang akan mudah dihadapi. Ana harus mengambil sikap seperti apa terhadap Nata? Apakah Ana harus diam saja begitu? Tampaknya tidak bisa sesederhana itu. "Edna, aku diminta oleh E
"Cerita ini beneran? Bukannya aku gak percaya sama kamu sih. Tapi selama aku temenan sama Marchelia aku gak pernah dengar nama Yudhis. Aku bahkan gak tahu kalau dia punya adik." Edric dan Marchelia adalah orang yang sama-sama baru dikenal oleh Ana. Untuk itulah Ana tidak tahu lagi dirinya harus percaya kepada siapa. "Kalau kamu punya saudara pembunuh apa iya kamu mau mengakui dia? Anggaplah kamu mau mengakui dia nih. Tapi masalahnya itu kalau saja hubungan kalian berjalan dengan baik kan? Kalau hubungan kalian saja gak berjalan dengan baik apa iya masih sudi untuk mengakui saudara seperti itu? Kalau aku sih gak akan sudi ya. Label gelap semacam itu sampai kapanpun akan tetap melekat, Edna. Tidak peduli bagaimanapun juga kamu tetap akan dikenang dengan label buruk semacam itu. Begitu juga dengan Yudhis. Karena kepala keluarga Sastrawidjaja sekarang adalah Yudhis maka Yudhis masih beruntung bisa punya nama belakang keluarganya. Keluarga besar sudah menolak kehadiran Yudhis tapi pada ak