Ana tidak mengira jika dirinya akan bertemu dengan ayah kandungnya di penginapan ini. Penginapan ini bukanlah penginapan yang bisa dijangkau oleh kantong ayah kandungnya itu. Jadi dapat uang darimana ayah kandungnya itu? Dapat dari siapa dan setelah melakukan perbuatan seperti apa hingga bisa mendapatkan uang sebesar itu? "Non Edna baik-baik saja? Terakhir kali Non Edna berkunjung ke rumah saya malah pemandangan kurang menyenangkan yang non lihat. Saya minta maaf untuk itu ya." Wajah dan suara Afandi terdengar sangat ramah. Tidak pernah Edna mendengar suara dan raut wajah seperti ini saat Edna menjadi Ana. Apakah karena Edna adalah orang yang sangat berkuasa hingga Afandi merasa jika lebih baik dia berlutut di hadapan Edna? Sungguh mengenaskan. Ternyata memang benar bahwa hanya harta lah yang dapat menyelamatkan sebuah harga diri. "Gakpapa, pak. Saya gak tahu ada masalah apa antara anda dan suami saya tapi saya minta maaf atas sikapnya yang kasar. Kalau begitu saya masuk ke kamar sa
Rupanya memang benar jika Jagad adalah pembunuh dari Vivaldi. Ana sudah mengira akan hal ini. Lalu kata Afandi, Jagad membunuh Vivaldi karena rasa cintanya dengan Edna? Ucapan ini terdengar tidak asing. Ah, ya memang benar terdengar tidak asing karena Leona pernah mengatakan hal yang sama. Leona bilang Jagad pernah berkata kepada Edna yang masih hidup dulu kalau rasa cintanya pada Edna membuatnya rela untuk membunuh seseorang. Apakah seseorang yang dimaksud itu adalah Vivaldi? Memang apa kesalahan Vivaldi pada Edna hingga Jagad sampai hati untuk membunuh saudara tiri dari pacarnya sendiri? "Membunuh? Anda punya peran apa memangnya?" Lalu mengapa Jagad harus membunuh kakak saya?" Wajah Ana terlihat heran. Kali ini rasa heran yang ada pada diri Ana tidaklah dibuat-buat. Ana sungguh-sungguh merasa heran dengan fakta yang baru dia ketahui ini. "Anda dan Vivaldi memang tidak pernah akur. Berbeda dengan Patrik, Vivaldi itu pergaulannya memamg tidak benar sedari kecil. Saat anda lahir mun
Bertanya pada Claudia? Memang apa gunanya itu semua sekarang? Ana kan memang sudah berniat untuk melarikan diri dari kehidupan Edna. Ana pun heran pada dirinya sendiri yang masih mau mengikuti Afandi untuk mendengar cerita yang sebenarnya tidak perlu dia dengar ini. "Maaf tapi saya rasa saya gak perlu menanyakan hal seperti itu kepada ibu saya. Saya minta maaf karena membuat anda menceritakan hal-hal yang mengenaskan seperti itu tapi saya merasa itu tidak ada gunanya juga. Saya ingin melanjutkan hidup saya ke arah yang lebih baik sehingga rasanya bukan pilihan yang bijak ketika saya terus terpaku pada hal-hal di massa lalu seperti itu." Ana memang orang yang plin plan dan menyebalkan. Ana mengakui hal tersebut. Tapi itu semua kan dia lakukan untuk melindungi dirinya sendiri. Ana tidak ingin jatuh pada keputusasaan yang tidak berujung karena merasa melakukan segalanya tapi tidak pernah mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginannya. "Saya dengan sukarela menceritakan hal ini. Saya
Melarikan diri? Apa Afandi mengetahui sesuatu? Sungguh mengerikan jika Afandi benar-benar bisa membaca pikiran Ana. "Maksud anda itu apa? Saya gak mungkin melarikan diri. Saya hanya berniat untuk jalan-jalan saja kok." Ana mencoba menjawab dengan nada sesantai yang dia bisa walaupun Ana tetap merasa bahwa intonasi suaranya terlalu keras dan dia terlalu cepat dalam bicara. Afandi hanya tertawa dan kemudian lanjut bicara. "Sepertinya asumsi saya terlalu jauh ya." Suara Afandi terdengar geli dan kemudian dia tersenyum tipis. "Terima kasih sudah mau mendengarkan orang tua ini bicara ya. Saya merasa sedang berbicara dengan putri saya. Semasa dia hidup saya tidak punya kesempatan untuk bicara dengan penuh kasih sayang dan santai seperti ini. Saya rasa saya akan bisa mati dengan tenang setelah ini. Jika banyak orang bilang bahwa bunuh diri akan mendapatkan balasan neraka dan siksaan yang berat, saya tidak masalah karena saya sudah mendapatkan kesempatan untuk bicara dengan anda sehingga sa
Ana hanya terpaku di dalam kamar penginapannya. Percakapan terakhir dengan Afandi tadi sungguh me membekas di hati Ana. Salahkah Ana jika dirinya marah besar karena kebohongan yang dilakukan oleh Afandi? Dari tadi Afandi terus saja mengatakan hal-hal yang harusnya bisa dia sampaikan sebagai ayah. Seharusnya Afandi bilang dari tadi kepada Ana kan kalau dia mengenali Ana. Mengapa sekarang malah jadi seperti ini? "Menurutku sebaiknya aku menunggu berita saja akan penemuan jasad ayah. Bukankah besok sudah ada beritanya." Ana sebenarnya tidak yakin kalau kematian Afandi akan tersebar di media karena ayahnya itu bukanlah siapa-siapa. Tidak ada yang peduli juga dengan kematian ayahnya itu. Ana bahkan tidak tahu dimana dia lahir sebenarnya. Ingatan yang Ana miliki hanyalah saat dia diperlakukan dengan buruk oleh keluarganya itu. Yah mungkin malam ini Ana bisa tidur saja kan karena tidak ada juga yang bisa dia lakukan. *"Edna masih belum ditemuka
"Patrik, adiknya baru datang kok langsung disapa dengan sapaan kayak gitu sih! Gak sopan lho kamu itu." Wajah Claudia terlihat memerah karena merasa marah. Claudia takut kalau Edna merasa tersinggung dan tidak pantas untuk berasa di rumah ini. Claudia takut Edna akan meninggalkan keluarga Hariman sungguhan dan benar-benar bergantung pada Jagad. Ah itu benar-benar mengerikan. Patrik segera menetralkan raut wajahnya lalu perlahan mendekati Ana. "Edna, kamu disini dari kemarin kah?" Sekarang sudah pukul 10 pagi dan Patrik tidak tidur dari semalam. Sungguh matanya ini tidak bisa diajak untuk kerja sama agar tetap terbuka. Rasa kantuknya benar-benar besar hingga dia berniat untuk tidur di rumah sebentar. Namun tanpa diduga Edna yang sedang dicari-cari malah ada di rumah keluarga Hariman. "Adikmu itu baru saja sampai lho. Sudahlah, kalian berdua tidur saja ya. Mama mau ngerjain pekerjaan mama di ruang kerja mama. Ah, nggak. Mama mau baca buku saja di perpustakaan. Edna, Patrik, kalian yan
Jagad tidak mengira Ana yang dia jadikan sebagai boneka untuk mempermudah tujuannya malah memberontak seperti ini. Jagad tahu bahwa Ana adalah orang yang plin plan sehingga Jagad harus memberikan ketegasan pada Ana. Namun Jagad sungguh tidak mengira kalau Ana bukan hanya plin plan tapi juga tidak punya kesetiaan kerja. Apa yang salah dari perlakuan Jagad? Seingat Jagad dia sudah memberikan semua kemewahan yang harusnya disukai oleh Ana yang miskin seperti itu. Segala fasilitas dia dukung dan apapun yang Ana ingin lakukan asalkan tidak bertentangan dengan rencana Jagad pun akan Jagad terima. Nyatanya tidak seperti itu. Apakah Ana adalah orang yang mudah luluh dengan kasih sayang orang lain hingga akhirnya Jagad harusnya memberikan kasih sayang juga? Tidak, Jagad tidak terlatih untuk memberikan hal semacam itu kecuali kepada Edna. Jagad pun tidak yakin apakah kasih sayang yang dia berikan pada Edna itu sudah sesuai dengan kasih sayang normal manusia pada umumnya. "Gila. Ana benar-benar
Pembicaraan kemarin berakhir dengan suasana hati Ana yang terasa tak nyaman. Ana tak mengira kalau Patrik memilih jalan pintas seperti itu untuk bisa bersama dengan Marchelia. Mereka berdua saling mencintai dan itu benar-benar membuat Ana merasa buruk. Ya Ana tahu tak seharusnya dia bersikap seperti ini karena mau bagaimanapun juga antara Ana dan Patrik tidak akan bisa bersatu. Tapi apakah salah jika Ana merasakan perasaan tidak suka dengan acara lamaran mereka. Pernikahan mereka pun tidak langsung dilakukan karena Patrik dan Marchelia ingin menyiapkan segalanya dengan lebih baik untuk pernikahan mereka. Jangan-jangan Patrik yang ke luar kota untuk bertemu dengan Marchelia itu ya demi ini, demi bisa menghasilkan sesuatu agar pernikahan mereka bisa direstui dengan mudah. Cara yang licik ini benar-benar tidak bisa diperkirakan oleh Ana. "Edna, nanti mau ikut mas gak? Mas mau ketemu sama Marchelia. Marchelia bilang pengen ngobrol sama kamu. Mas tahu hubungan kalian lagi gak baik-baik aj
"Apa?" Sejenak Ana merasa aliran darahnya telah berhenti mengalir. Orang di depannya ini mengatakan sesuatu yang terdengar sangat tidak menyenangkan di telinga Ana. "Maksudnya apa? Ana itu nama temanmu yang meninggal itu kan? Yang sekarang kamu kunjungi makamnya. Lalu kenapa kamu mengatakan hal aneh begitu sih?" Ana berusaha keras agar pembahasan mengerikan ini tidak berlanjut lagi. "Ana, sampai kapan sih kamu mau berpura-pura? Kamu ini gak takut kah karena sudah menipu orang pakai identitas orang lain? Edna yang asli yang ada di kuburan ini. Kamu gak kasihan dengan Edna yang asli? Kamu gak kasihan dengan keluarganya itu?" Wajah Leona terlihat marah sekaligus kecewa ketika menatap Ana. "Leona, saya gak menerima omong kosong seperti ini ya! Kamu pikir kamu bicara dengan siapa sampai berani bersikap lancang seperti itu? Kamu tahu kamu sedang menyamakan saya dengan siapa?" Ana mulai menunjukkan wibawa yang dia bisa agar Leona merasa terintimidasi dan tidak mengatakan hal yang aneh lag
Ana benar-benar tidak mengerti dengan Clathria. Orang ini ternyata tak kalah plin plannya dibanding dirinya dan itu membuat Ana kesal. Apakah ini yang dirasakan oleh Jagad ketika Ana bersikap plin plan terhadap rencana yang sudah disusun oleh Jagad? Ternyata rasanya sangat menyebalkan. Ana jadi tahu bagaimana perasaan Jagad selama ini dan itu benar-benar membuat Ana jadi menyesali bagaimana dulu dia bersikap. "Clathria, harusnya kamu mengatakan itu di depan Leo. Kenapa juga kamu harus plin plan seperti ini? Kamu mendukung kakakku dihabisi dengan cara yang keji seperti itu? Walaupun Vivaldi itu suka bersikap kejam kepadaku tapi dia tetaplah kakakku. Ibu kandungnya rela untuk merawatku dengan sepenuh hati jadi tak usah heran kalau anak laki-lakinya tak suka dengan keadaan seperti itu. Aku pikir Jagad juga harus belajar bagaimana sebenarnya cinta itu bekerja. Bagaimana sebenarnya dia harus memperlakukan orang yang dia cintai. Jagad harus belajar tentang semua itu bukan. Sudahlah, rencan
Clathria yang ada di sebelah Leo terlonjak kaget saat mendengar ucapan Ana. Bukti kematian Vivaldi? Bukti apa yang Ana maksud saat ini? "Bukti kematian siapa? Vivaldi? Memang ada urusan apa antara kematiannya dengan rencana kita saat ini?" Wajah Leo terlihat bingung dan kemudian dia bertanya kepada Clathria yang berada di sebelahnya. "Vivaldi itu pacarmu dulu kan? Yang kamu bilang dia dibunuh oleh Jagad?" Clathria hanya mengangguk dan tak menjawab apapun. Tampaknya Clathria memang benar-benar terguncang ketika mendengar ucapan Ana. "Adik ipar, aku harap apa yang kamu bawa ini memang berguna untuk digunakan dalam rencana kita. Coba aku ingin dengar apa yang kira-kira bisa kita manfaatkan dalam bukti itu."Ana pun memantapkan dirinya untuk mengatakan hal ini. Tidak ada waktu lagi dan Ana harus segera bersiap agar bisa menjatuhkan Jagad dengan segera. "Saat ini Jagad ditahan di kantor polisi karena adanya bukti kematian Afandi akibat ulahnya. Dari rumor yang beredar hal itu dikarenaka
Jadi ini yang namanya Leo? Yah dia memang kelihatan mengintimidasi sih. Sejenak Ana ingin mengurungkan niatnya untuk bekerja sama dengan orang semacam ini. Tapi tampaknya Leo bukanlah orang yang bermurah hati ketika ada orang lain yang menyita waktunya tanpa alasan. Bisa-bisa nanti Ana lenyap dari dunia ini. "Ah, muak gimana ya?" Sungguh Ana kesulitan untuk merangkai kalimat dalam menjawab ucapan Leo. Leo benar-benar terlihat seperti orang yang mampu untuk mengintimidasi Ana dengan tatapannya yang luar biasa tajam itu. Padahal tidak melotot tapi mengapa tatapan matanya setajam itu? Benar-benar mengerikan. "Clathria sudah menceritakan keadaan kamu dengan Jagad. Anak itu benar-benar tidak tahu balas budi ya. Padahal dulu kan kamu sudah menyelamatkan dia waktu tenggelam di kolam renang. Ah tapi mungkin kamu sudah lupa dengan hal itu karena aku dengar kamu mengalami kecelakaan. Apakah sekarang kondisi kamu sudah membaik adik ipar?" Leo dengan angkuh lalu duduk di hadapan Ana. Clathria j
Apa karena Clathria adalah seseorang yang suka sekali dengan hubungan gelap untuk dapat melindungi dirinya makanya saat ini dia malah mengatakan hal yang tidak berguna seperti itu? "Aku hanya ingin membalas dendam pada Jagad bukan ingin melakukan perbuatan rendahan semacam itu. Jangan samakan semua orang dengan dirimu yang mudah sekali untuk menghalalkan cara seperti itu demi bisa mencapai tujuan kamu." Ana sedikit sensitif jika menyangkut masalah perselingkuhan. Ana teringat pada dirinya yang diabaikan dan diperlakukan dengan keji oleh keluarganya karena statusnya sebagai anak selingkuhan. Lalu orang luar yang tidak tahu apa-apa dengan kehidupannya ini malah mengatakan hal bodoh semacam itu. Wajah Clathria sempat terhenyak sebentar sebelum akhirnya dia bisa menyadarkan dirinya sendiri. "Astaga, kamu sensitif sekali ya soal perselingkuhan. Padahal kan aku hanya bercanda soal selingkuh itu. Sudahlah, karena kamu sudah bisa mengatakan alasanmu dengan jelas maka aku tidak jadi pulang d
Ambisi Ana untuk bisa menjalani hidup yang lebih berguna perlahan-lahan mulai bangkit. Ana merasa tak ada gunanya jika dirinya hanya terus bermalas-malasan. Setidaknya nanti jika dirinya diusir atau bahkan dipenjara karena kedoknya telah ketahuan maka Ana bisa tetap hidup dengan uang yang dia hasilkan selama menjadi Edna. Untuk itulah Ana harus bisa tetap hidup dengan baik dan hidup lebih lama. Tiba-tiba Ana jadi teringat dengan Leona yang tak kunjung kembali walaupun Ana telah memintanya datang. Apakah Leona berpikir dia adalah bawahan Jagad sehingga merasa enggan untuk menemui Ana di rumah keluarga Hariman? Padahal kan tidak perlu seperti itu. Padahal kan Ana juga hanya ingin menjadikan Leona sebagai temannya karena Ana benar-benar merasa kesepian saat ini. Rasa kesepian yang amat menyiksa ini tentu saja akan sulit untuk ditangani oleh Ana yang tidak punya satu pun teman sekarang. Kesalahannya saat bersikap super arogan kemarin telah menghilangkan teman yang harusnya dia dapatkan. T
Clathria tidak mengatakan apapun pada Ana dan hanya pergi begitu saja setelah dia dipanggil oleh istri sah dari pria yang menjadikannya simpanan. Ya kalimat sederhananya sih Clathria dipanggil oleh ibu kandung Marchelia. Tadi Ana bisa melihat bahwa Marchelia terlihat biasa saja saat ada simpanan ayahnya berkeliaran di acaranya yang penting itu. Apakah Marchelia tidak marah acaranya diganggu oleh wanita rendahan seperti itu? Atau sebenarnya Marchelia memang tidak punya hak untuk marah karena dirinya adalah anggota keluarga Sastrawidjaja yang punya posisi lemah di keluarga tersebut. Yah apapun itu yang jelas Ana sangat terkejut mengetahui bahwa ternyata Edna punya sepupu yang berasal dari pihak ibu kandungnya. Selama ini Ana tidak pernah mendengar tentang ibu kandung Edna. Yah siapa juga yang mau membicarakan hal tersebut secara terang-terangan di keluarga Hariman. "Edna, kamu tadi ngobrol sama siapa?" Wajah Claudia terlihat panik saat menghampiri Ana. Ana bisa melihat kalau Claudia da
Siapa pula Clathria ini? Ana belum pernah mendengar namanya sama sekali. Di rumah keluarga Hariman tidak pernah disebutkan tentang nama itu. Apa mungkin orang ini hanya berkhayal saja? Lagipula entah mengapa dari penampilannya Ana merasa orang ini kurang berkelas jika dibandingkan dengan semua manusia yang ada disini. "Kenapa merhatiin aku sampai segitunya? Menurut kamu aku gak pantas ya jadi pacarnya Vivaldi? Ya memang sih dari dulu kamu gak pernah suka dengan aku." Clathria kemudian tertawa geli dan itu membuat Ana makin tidak nyaman. Sebenarnya apa tujuan orang ini menghampiri Ana?"Ngomong-ngomong Edna, kenapa sekarang kamu berubah drastis ya? Edna yang biasanya melakukan sesuatu dengan pertimbangan matang dan enggan menimbulkan kontroversi sekarang malah berbuat serampangan hingga akhirnya dijauhi di perkumpulan kalangan atas. Kamu ada disini sekarang karena sudah tidak memiliki teman kan?" Clathria lagi-lagi tertawa. Bagi Ana orang ini mudah sekali tertawa ya. Padahal tidak ada
Ana sudah memutuskan untuk hidup dengan sangat baik sebagai Griselda Edna Hariman. Ana tidak ingin lagi menjadi suruhan Jagad. Ana memang terkesan tidak tahu karena sebenarnya hubungan antara dia dan Jagad itu saling menguntungkan andai saja Ana tidak terpengaruh oleh kasih sayang yang diberikan oleh keluarga Hariman kepada dirinya. Oleh sebab itu jika Jagad ingin membocorkan soal kesepakatan antara dirinya dan Ana maka Ana akan dengan sukarela menerima hal itu. Namun sebelum itu Ana ingin menikmati semua kasih sayang dan harta yang diberikan oleh keluarga Hariman. "Sayang, kamu mau ikut mama untuk pergi ke rumahnya Marchelia gak? Keluarga Sastrawidjaja sudah mulai mau menerima keluarga Hariman lagi. Ya bagaimanapun kan ada cucu mereka di kandungan Marchelia." Wajah Claudia terlihat sangat cerah saat mempersiapkan acara lamaran untuk Patrik dan Marchelia. Yah semua orang di rumah ini memang dengan senang hati mempersiapkan hari yang bahagia itu. Ya walaupun menurut Ana sendiri sebena