Rupanya memang benar jika Jagad adalah pembunuh dari Vivaldi. Ana sudah mengira akan hal ini. Lalu kata Afandi, Jagad membunuh Vivaldi karena rasa cintanya dengan Edna? Ucapan ini terdengar tidak asing. Ah, ya memang benar terdengar tidak asing karena Leona pernah mengatakan hal yang sama. Leona bilang Jagad pernah berkata kepada Edna yang masih hidup dulu kalau rasa cintanya pada Edna membuatnya rela untuk membunuh seseorang. Apakah seseorang yang dimaksud itu adalah Vivaldi? Memang apa kesalahan Vivaldi pada Edna hingga Jagad sampai hati untuk membunuh saudara tiri dari pacarnya sendiri? "Membunuh? Anda punya peran apa memangnya?" Lalu mengapa Jagad harus membunuh kakak saya?" Wajah Ana terlihat heran. Kali ini rasa heran yang ada pada diri Ana tidaklah dibuat-buat. Ana sungguh-sungguh merasa heran dengan fakta yang baru dia ketahui ini. "Anda dan Vivaldi memang tidak pernah akur. Berbeda dengan Patrik, Vivaldi itu pergaulannya memamg tidak benar sedari kecil. Saat anda lahir mun
Bertanya pada Claudia? Memang apa gunanya itu semua sekarang? Ana kan memang sudah berniat untuk melarikan diri dari kehidupan Edna. Ana pun heran pada dirinya sendiri yang masih mau mengikuti Afandi untuk mendengar cerita yang sebenarnya tidak perlu dia dengar ini. "Maaf tapi saya rasa saya gak perlu menanyakan hal seperti itu kepada ibu saya. Saya minta maaf karena membuat anda menceritakan hal-hal yang mengenaskan seperti itu tapi saya merasa itu tidak ada gunanya juga. Saya ingin melanjutkan hidup saya ke arah yang lebih baik sehingga rasanya bukan pilihan yang bijak ketika saya terus terpaku pada hal-hal di massa lalu seperti itu." Ana memang orang yang plin plan dan menyebalkan. Ana mengakui hal tersebut. Tapi itu semua kan dia lakukan untuk melindungi dirinya sendiri. Ana tidak ingin jatuh pada keputusasaan yang tidak berujung karena merasa melakukan segalanya tapi tidak pernah mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginannya. "Saya dengan sukarela menceritakan hal ini. Saya
Melarikan diri? Apa Afandi mengetahui sesuatu? Sungguh mengerikan jika Afandi benar-benar bisa membaca pikiran Ana. "Maksud anda itu apa? Saya gak mungkin melarikan diri. Saya hanya berniat untuk jalan-jalan saja kok." Ana mencoba menjawab dengan nada sesantai yang dia bisa walaupun Ana tetap merasa bahwa intonasi suaranya terlalu keras dan dia terlalu cepat dalam bicara. Afandi hanya tertawa dan kemudian lanjut bicara. "Sepertinya asumsi saya terlalu jauh ya." Suara Afandi terdengar geli dan kemudian dia tersenyum tipis. "Terima kasih sudah mau mendengarkan orang tua ini bicara ya. Saya merasa sedang berbicara dengan putri saya. Semasa dia hidup saya tidak punya kesempatan untuk bicara dengan penuh kasih sayang dan santai seperti ini. Saya rasa saya akan bisa mati dengan tenang setelah ini. Jika banyak orang bilang bahwa bunuh diri akan mendapatkan balasan neraka dan siksaan yang berat, saya tidak masalah karena saya sudah mendapatkan kesempatan untuk bicara dengan anda sehingga sa
Ana hanya terpaku di dalam kamar penginapannya. Percakapan terakhir dengan Afandi tadi sungguh me membekas di hati Ana. Salahkah Ana jika dirinya marah besar karena kebohongan yang dilakukan oleh Afandi? Dari tadi Afandi terus saja mengatakan hal-hal yang harusnya bisa dia sampaikan sebagai ayah. Seharusnya Afandi bilang dari tadi kepada Ana kan kalau dia mengenali Ana. Mengapa sekarang malah jadi seperti ini? "Menurutku sebaiknya aku menunggu berita saja akan penemuan jasad ayah. Bukankah besok sudah ada beritanya." Ana sebenarnya tidak yakin kalau kematian Afandi akan tersebar di media karena ayahnya itu bukanlah siapa-siapa. Tidak ada yang peduli juga dengan kematian ayahnya itu. Ana bahkan tidak tahu dimana dia lahir sebenarnya. Ingatan yang Ana miliki hanyalah saat dia diperlakukan dengan buruk oleh keluarganya itu. Yah mungkin malam ini Ana bisa tidur saja kan karena tidak ada juga yang bisa dia lakukan. *"Edna masih belum ditemuka
"Patrik, adiknya baru datang kok langsung disapa dengan sapaan kayak gitu sih! Gak sopan lho kamu itu." Wajah Claudia terlihat memerah karena merasa marah. Claudia takut kalau Edna merasa tersinggung dan tidak pantas untuk berasa di rumah ini. Claudia takut Edna akan meninggalkan keluarga Hariman sungguhan dan benar-benar bergantung pada Jagad. Ah itu benar-benar mengerikan. Patrik segera menetralkan raut wajahnya lalu perlahan mendekati Ana. "Edna, kamu disini dari kemarin kah?" Sekarang sudah pukul 10 pagi dan Patrik tidak tidur dari semalam. Sungguh matanya ini tidak bisa diajak untuk kerja sama agar tetap terbuka. Rasa kantuknya benar-benar besar hingga dia berniat untuk tidur di rumah sebentar. Namun tanpa diduga Edna yang sedang dicari-cari malah ada di rumah keluarga Hariman. "Adikmu itu baru saja sampai lho. Sudahlah, kalian berdua tidur saja ya. Mama mau ngerjain pekerjaan mama di ruang kerja mama. Ah, nggak. Mama mau baca buku saja di perpustakaan. Edna, Patrik, kalian yan
Jagad tidak mengira Ana yang dia jadikan sebagai boneka untuk mempermudah tujuannya malah memberontak seperti ini. Jagad tahu bahwa Ana adalah orang yang plin plan sehingga Jagad harus memberikan ketegasan pada Ana. Namun Jagad sungguh tidak mengira kalau Ana bukan hanya plin plan tapi juga tidak punya kesetiaan kerja. Apa yang salah dari perlakuan Jagad? Seingat Jagad dia sudah memberikan semua kemewahan yang harusnya disukai oleh Ana yang miskin seperti itu. Segala fasilitas dia dukung dan apapun yang Ana ingin lakukan asalkan tidak bertentangan dengan rencana Jagad pun akan Jagad terima. Nyatanya tidak seperti itu. Apakah Ana adalah orang yang mudah luluh dengan kasih sayang orang lain hingga akhirnya Jagad harusnya memberikan kasih sayang juga? Tidak, Jagad tidak terlatih untuk memberikan hal semacam itu kecuali kepada Edna. Jagad pun tidak yakin apakah kasih sayang yang dia berikan pada Edna itu sudah sesuai dengan kasih sayang normal manusia pada umumnya. "Gila. Ana benar-benar
Pembicaraan kemarin berakhir dengan suasana hati Ana yang terasa tak nyaman. Ana tak mengira kalau Patrik memilih jalan pintas seperti itu untuk bisa bersama dengan Marchelia. Mereka berdua saling mencintai dan itu benar-benar membuat Ana merasa buruk. Ya Ana tahu tak seharusnya dia bersikap seperti ini karena mau bagaimanapun juga antara Ana dan Patrik tidak akan bisa bersatu. Tapi apakah salah jika Ana merasakan perasaan tidak suka dengan acara lamaran mereka. Pernikahan mereka pun tidak langsung dilakukan karena Patrik dan Marchelia ingin menyiapkan segalanya dengan lebih baik untuk pernikahan mereka. Jangan-jangan Patrik yang ke luar kota untuk bertemu dengan Marchelia itu ya demi ini, demi bisa menghasilkan sesuatu agar pernikahan mereka bisa direstui dengan mudah. Cara yang licik ini benar-benar tidak bisa diperkirakan oleh Ana. "Edna, nanti mau ikut mas gak? Mas mau ketemu sama Marchelia. Marchelia bilang pengen ngobrol sama kamu. Mas tahu hubungan kalian lagi gak baik-baik aj
"Kamu dengar rumor murahan kayak gitu darimana sih? Jagad bukan orang yang kayak gitu." Perlahan-lahan Ana mulai menampakan secara terang-terangan rasa kesalnya pada Marchelia. Padahal Ana mau kok bersikap lebih hangat kepada Marchelia asalkan Marchelia juga bersikap tahu diri pada dirinya. Tapi yang terjadi saat ini malah sebaliknya. Marchelia mengatakan hal-hal aneh dan omong kosong yang membuat Ana merasa jengkel bukan main. "Rumor murahan gimana? Kamu kan orang yang akhir-akhir ini gak aktif di pergaulan kita. Sebenarnya sih ada banyak rumor tentang Jagad tapi belum ada buktinya. Hanya saja kemarin itu ada bukti yang bocor sehingga kejahatan Jagad itu akan diselidiki Patrik juga sudah tahu akan hal itu tapi dia memilih untuk diam saja karena gak mau membuat kamu banyak pikiran. Bagaimanapun aku tahu apa yang menimpa kamu karena Patrik cerita ke aku, Edna. Kita kan sahabat dan gak lama lagi kita akan jadi saudara. Sama seperti Patrik, aku juga mengharapkan kebaikan untuk kamu. Aku
Edric dan Ana memutuskan untuk tidak kembali ke perkumpulan Sastrawidjaja. Sebenarnya yang memutuskan hal tersebut adalah Edric. Edric sih mengatakan keinginannya itu dengan suara yang tidak terdengar marah sama sekali. Namun Ana tetap ragu kalau Edric tidak marah pada dirinya. Bagaimanapun juga yang terjadi di dalam perkumpulan tadi adalah hal yang memalukan. Bisa jadi Edric merasa malu. Sungguh Ana merasa bersalah tapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Suasana di dalam mobil ini pun terlalu hening bagi Ana. Bagaimana ini? Edna, maaf ya kalau aku gak ngajak kamu untuk kembali ke perkumpulan tadi. Suasananya terlalu gak nyaman jadi kurang memungkinkan kalau mengajak kamu kesana lagi. Nanti di lain kesempatan aku akan ajak kamu untuk ikut perkumpulan lagi. Kalaupun tidak lewat perkumpulan keluarga seperti tadi aku akan berusaha mencari kesempatan supaya kamu bisa berbaur dengan keluargaku." Edric benar-benar terlihat tertekan tapi berusaha terlihat baik-baik saja di depan Ana. Bagi Ana
Ibu kandung Edna? Tantenya Clathria yang sudah mencelakai dirinya itu? Ibu kandung yang itu yang ada disini? Dengan segera Ana menoleh dan benar saja terdapat perempuan paruh baya yang berjalan ke arah dirinya. Makin dekat perempuan itu berjalan maka makin jelaslah bagaimana raut wajahnya. Ana bisa melihat kalau perempuan ini terlihat berkaca-kaca dan penuh keharuan. Hanya saja Ana tidak tahu harus bereaksi seperti apa hingga hanya bisa membeku. Apa yang kira-kira harus Ana lakukan ya? "Edna, sayang. Ini mama nak. Ah, panggil ibu saja. Ini ibu nak. Akhirnya kita bisa bertemu." Suara perempuan itu tentu saja menarik perhatian keluarga Sastrawidjaja yang sedang berkumpul. Walaupun mereka memiliki perkumpulan yang berbeda-beda tapi saat ini mereka berada di dalam satu ruangan yang sama. Tentu saja keadaan ini mendatangkan rasa canggung bagi Ana. Sebenarnya bagaimana bisa perempuan ini masuk ke dalam rumah ini? "Anda siapa? Kenapa masuk ke dalam rumah ini? Ini adalah perkumpulan keluarg
Apa yang dikatakan oleh Edric tentang Nata seolah membuka pikiran Ana. Ana tahu bahwa Edric sedang meyakinkan dirinya bahwa dirinya dan Nata tidak berada pada level yang sama. Walaupun demikian tetap saja Ana merasa bahwa dirinyalah yang berada pada level paling bawah. Edric kan tidak tahu apa saja yang sudah terjadi di dalam hidup Ana dan apa yang dia lakukan agar dia bisa menjadi Edna. Seandainya saat ini Edric tahu pasti dirinya langsung membuang Ana dan bahkan merasa jijik karena sudah mengagungkan Ana diatas Nata. "Kok diam saja? Oh aku mau ngasih tahu besok ada pertemuan keluarga. Kamu gak perlu khawatir karena aku ada disana juga. Tapi aku minta tolong ke kamu supaya kamu juga bisa membela diri kamu sendiri ketika mungkin saja kamu direndahkan. Bagaimanapun juga aku memang harus bertanggung jawab karena yang bisa membuat kamu direndahkan nanti adalah statusku sebagai Sastrawidjaja gadungan. Hanya saja kalau aku terlihat terlalu membela kamu dan kamu tidak bisa membela diri kam
Mantan? Ya bukan hal aneh sih kalau Edric mempunyai mantan. Edric adalah pria dewasa yang tentu saja sudah bergaul dengan banyak orang termasuk perempuan. Namun tetap saja Ana tidak suka jika mantan yang dimaksud adalah Nata. Bagaimana mungkin Ana yang merupakan istri Edric bekerja satu tempat dengan mantan Edric? "Kenapa diam saja? Kalau kamu gak nyaman gak perlu diteruskan, na. Lagipula ini sudah masa lalu dan bisa dibilang kami putus gak baik-baik. Jadi gak ada alasan untuk kembali ke masa itu. Seandainya ada alasan pun tentu saja aku gak akan menikah kan. Aku sudah selesai dengan masa laluku, na." Edric menjelaskan dengan nada yang menenangkan hingga membuat Ana ingin berhenti sampai disini saja untuk pembahasan ini. Namun rasa penasarannya terlalu besar hingga Ana merasa bahwa dirinya tidak bisa jika berhenti di tengah-tengah. "Cerita aja, Edric. Kalau aku gak tahu apa-apa soal masa lalu kamu yang ada aku malah hanya terus berprasangka. Aku gak mau seperti itu." Baiklah Ana aka
Ana tahu ucapan Edric ini amat berbahaya. Sebaiknya Ana segera berhenti dan tidak membahas hal ini lagi. Ini akan lebih baik untuk Ana juga. "Walaupun kita gak ada perasaan cinta satu sama lain kok rasanya tetap gak etis ya kamu ngomongin cewek lain. Sudahlah, aku capek banget sekarang ini. Sekarang aku mau istirahat saja. Kamu memangnya gak mau istirahat sekarang?" Ana dengan langkah yang terburu-buru mulai mengalihkan pembicaraan. Bukan hal yang baik kalau Edric sampai mengungkit hal semacam itu. "Yang mancing-mancing kan juga kamu ini tadi. Ya sudah kamu sendiri maunya gimana? Kita stop pembicaraan ini? Lalu besok kamu masih mau kerja di tempat itu? Kalau kamu gak mau juga gak masalah lho. Aku akan carikan tempat lain untuk kamu supaya kamu bisa bekerja lebih nyaman. Aku tahu kalau Leo mungkin saja akan mencari-cari alasan untuk datang ke tempat itu. Selain memang untuk menganggu kamu tapi dia juga menjalani hubungan istimewa dengan Nata." Edric memberitahukan Ana sesuatu yang la
Edric terdiam lama saat mendengar pertanyaan Ana dan kemudian menjawab dengan santai. "Yah aku Edric, Edna. Edric yang dikenalkan sama keluarga Sastrawidjaja untuk menikah dengan kamu. Kamu berharap aku ini siapa?" Edric mengakhiri pertanyaannya dengan tawa geli. Tawa yang sayangnya tidak membuat Ana ikut merasa lucu karena dia merasa ada yang aneh disini. "Aku gak berharap kamu siapa-siapa. Aku cuma berharap kamu Edric yang seperti aku kenal. Edric yang mau membangun hubungan baik dengan aku tanpa ada rasa permusuhan di pernikahan ini. Ya walaupun aku tetap tidak paham kenapa harus seperti ini? Kenapa kamu tetap apa ya? Kenapa sikap kamu terlalu baik? Buatku itu aneh sekali. Aku gak tahu kenapa dibanding menjaga hubungan dekat supaya tidak bermusuhan aku menganggap kamu seakan melakukan pernikahan ini dengan sungguhan bukannya seperti pernikahan yang dijodohkan." Ana tahu tata kalimatnya berantakan dan entah bisa dipahami atau tidak oleh Edric. Tapi Ana hanya menyampaikan apa yang a
"Aku beneran gak tahu na kalau Leo jadi investor di tempat itu. Tempat itu seperti yang Nata bilang ke kamu, aku gak peduli sama sekali. Aku menempatkan kamu disitu karena aku ingin kamu belajar dulu dari tempat yang gak menguntungkan. Aku beneran gak punya maksud apapun kok untuk itu. Aku benar-benar minta maaf ya, na. Sumpah aku gak tahu dan beneran minta maaf." Edric yang tahu soal kejadian tidak menyenangkan dari Nata tanpa aba-aba langsung meminta maaf pada Ana yang sedang merebahkan dirinya di atas kasur. Kejadian di kantor tadi bisa dibilang telah membuang seluruh tenaganya menjadi tidak bersisa. "Kenapa sih? Kenapa juga kamu harus meminta maaf? Aku juga tahu kalau tempat itu gak kamu urus karena orang-orang disana sudah ngasih tahu. Jadi gak perlu minta maaf soal itu. Lagian gak usah lagi lah dibahas soal itu. Aku saja mau melupakan itu kok. Lah ini kamu malah membahas hal itu lagi." Ana tahu Edric adalah tipe yang langsung menjelaskan inti permasalahan tapi masalahnya disini
Apa hubungan antara Edric dan Leo? Bukannya harusnya Edric tahu kalau dirinya dan Leo ini bisa dianggap sebagai musuh bebuyutan. Bagaimana mungkin Edric menyuruh Ana untuk bekerja di tempat yang sama dengan Leo? Walaupun kemungkinannya mereka akan jarang bertemu tapi tetap saja kan ini menyebalkan sekali namanya. "Ah, Edna. Untuk urusan investor disini aku yang mengurus. Tempat ini kebetulan tidak terlalu disukai oleh Edric sehingga dia tidak terlalu peduli. Oleh karena adanya Leo disini karena persetujuanku, buat persetujuan Edric." Nata menjelaskan situasi yang terjadi hingga mampu menghilangkan kesalahpahaman yang sempat Ana pikirkan. "Aduh. Kenapa kamu harus menjelaskan hal seperti itu sih? Kesannya itu adik ipar... oh salah, mantan adik ipar itu gak suka sama aku kan. Kesannya kami punya hubungan yang buruk. Padahal hubungan kami baik-baik saja. Bukan berarti Edna bercerai dari Jagad lantas membuat hubungan kami juga jadi ikutan memburuk. Itu salah besar, Nata." Leo dengan seny
Saat ini Nata dan Ana berjalan bersebelahan. Kalau berjalan bersebelahan begini mereka mau bicara apa sebenarnya. Apa nanti kalau Ana melakukan kesalahan yang fatal. Bagaimana kalau nanti karenaAna tidak mengerti apapun ya jadi yang dia kerjakan pada umumnya akan jadi tertawaan sih kalau menurut pikiran buruknya yang selalu punya firasat negatif. "Sebenarnya sih kalau dibilang staf magang itu kurang terima karena pekerjaan kamu itu menjadi model suatu produlk. Kamu kan cantik jadi sangat sesuai dengan hal itu. Edric pandai memanfaatkan situasi yang ada dengan memanfaatkan istrinya." Nafa dengan suaranya yang terdengar ramah sekaligus tegas telah berhasil membuat Ana merasa terusik. Kata-kata cantik ini adalah kuncinya. Kamu yang punya kekuatan seperti itu harus bisa memanfaatkan hal tersebut dengan baik kan pasti. Nah jadi mulai sekarang kamu harus percaya diri dan melakukan segalanya yang terbaik dengan rasa percaya diri itu ya. Aku gak mau setiap kita bertemu untuk melakukan perte