Beranda / Pernikahan / (Bukan) SUAMI PENGGANTI / Bab 5. Tamu Tak Diundang

Share

Bab 5. Tamu Tak Diundang

Penulis: Yushinta Devi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-25 11:52:26

Tok tok tok

"Dewa… Bianca.."

Langkah Dewa terhenti, ia hendak membalik badan tapi urung karena melihat gerak-gerik Bianca yang terlihat lega.

"Kita akan bahas nanti." Ucap Dewa sebelum menghilang membuka pintu.

Bianca mengerucutkan bibir, sepertinya Dewa tidak akan dengan mudah membiarkannya lolos.

Bianca kembali menatap ke jendela, menatap ke bawah melihat kendaraan lalu lalang. Pantas saja jantungnya berdebar kencang, ternyata suaminya berada di satu ruangan dengannya.

"Pagi, Bian." Sapa Maria

Bianca membalik badan, tersenyum melihat Maria kemudian mendekat untuk mencium tangan mertuanya.

"Pagi, Ma."

"Baru bangun ya? Duh maafin Dewa ya, Bian. Anak Mama ternyata ganas juga." Maria terkekeh, sedangkan Dewa memutar bola mata jengah meski itu tidak boleh dia lakukan.

"Mama, sudah makan?" Bianca mengalihkan pembicaraan.

"Sudah. Oh iya setelah ini kalian tinggal sama Mama ya." Itu bukan pertanyaan melainkan permintaan dari Maria.

Semenjak Dewa dewasa, Dewa pindah ke apartemen membuat Maria menjadi kesepian.

"Eh itu apa kata Mas Dewa aja, Ma. Kemana Mas Dewa tinggal, Bianca ikut saja." Bianca

memberanikan diri menatap Dewa. Meminta bantuan untuk menjawab.

Kalau pernikahan ini sesuai rencana, Bianca akan tinggal di apartemennya sendiri. Langit sendiri sudah setuju karena itu sudah termasuk dari perjanjian yang mereka buat bersama.

Tapi, sekarang suaminya bukan Langit, Bianca jadi bingung harus menjawab apa. Semalam juga tidak ada pembicaraan apapun tentang tempat tinggal yang akan mereka tempati nantinya.

"Kita tinggal di apartemen aja, Ma."

Bianca kembali menatap suaminya. Jujur saja pikiran Bianca sedikit tidak tenang, bayangan jika nanti tinggal berdua dengan Dewa nantinya akan seperti apa.

Bianca juga takut Dewa membawa kekasihnya ke tempat tinggal mereka yang mana akan membuat Bianca patah hati.

"Kok gitu, Dewa? Di rumah aja lah, biar Bianca bisa nemenin Mama." Protes Maria.

Tak berhenti disitu, Maria mendekati Bianca sambil memasang wajah memelas agar permintaannya dikabulkan.

"Bian mau kan tinggal bareng sama Mama."

Demi apa, Bianca tak enak jika menolak permintaan dari Maria. Meski Maria dan dirinya baru beberapa kali bertemu, Bianca bisa merasakan jika Maria orang yang baik.

"Mas." Bianca menatap Dewa, meminta persetujuannya.

"Kita akan tetap tinggal di apartemen, Ma. Kita akan sering berkunjung nanti." Final dari Dewa.

"Nanti kalau Bianca hamil gimana, Wa? Kamu nggak kasihan kalau dia sendirian di Apartemen."

Sontak Bianca dan Dewa saling menatap, Bianca dengan tatapan terkejut dan sedikit harapan, sedangkan Dewa dengan tatapan yang sulit diartikan.

***

"Mas, kenapa nggak tinggal sama Mama aja?" Tanya Bianca setelah Maria keluar dari kamar yang ditempatinya.

"Silahkan kalau kamu ikut Mama." Jawab Dewa.

"Bukan gitu maksud aku, Mas. Aku kasihan aja sama Mama."

"Tidak perlu kasihan karena Mama sudah terbiasa. Ingat ya Bi, kamu bilang sendiri jika ikut kemanapun pilihan saya."

Deg!

Hanya karena mendengar Dewa memanggilnya dengan panggilan 'Bi' menimbulkan sensasi yang berbeda pada tubuh Bianca.

Tak mendapat respon dari Bianca, Dewa menyarankannya untuk bersiap saja. "Sebaiknya kamu bersiap. Kita akan pindah ke apartemen saya."

Dewa berjalan menuju lemari, mengemasi semua barang-barangnya.

Bianca dengan perasaan campur aduk mengikuti Dewa, ikut berkemas di samping suaminya. Sesekali Bianca mencuri pandang ke arah Dewa.

Setelah semuanya selesai, mereka menuju resepsionis untuk check out. Barulah mereka menuju apartemen Dewa.

Kini Bianca dan juga Dewa sudah berada di dalam Apartemen Dewa. Dewa sendiri langsung memilih untuk memasuki kamar untuk menaruh koper dirinya sendiri. Sedangkan Bianca hanya diam berdiri memegang koper dengan memandang ke segala arah.

"Apa kamu tetap mau berdiri disana?"

Bianca yang masih sibuk menilai Apartemen milik Dewa segera tersadar dari lamunannya.

"Hm, Mas."

Dewa menaikkan alisnya, menunggu Bianca menyelesaikan ucapannya.

"Kamarku dimana?"

"Oh iya saya lupa memberitahumu, disini hanya ada satu kamar karena kamar yang lain sudah saya pakai untuk perpustakaan dan ruang olahraga."

Dengan harapan tinggi Bianca bertanya lagi, "Jadi aku tidur sama Mas Dewa?" Tanya Bianca kelewat senang.

"Kalau kamu mau, silahkan. Jika kamu menolak, kamu bisa tidur disana." Dewa mengarahkan dagu

nya ke sofa panjang yang ada di ruang tamu.

Harapannya untuk membina rumah tangga seperti selayaknya hadir, bibir Bianca tak kuasa menahan senyum. "Ini awal yang bagus. Mas Dewa tidak seperti kebanyakan pria yang menolak tidur satu kamar dengan wanita yang terpaksa dinikahi seperti di cerita online yang sering aku baca." Batin Bianca senang.

Tapi pikiran itu hanya sebentar, sebelum ingatan akan kekasihnya Dewa kembali datang. Pikiran buruk jika nanti dirinya berada di sofa sedangkan Dewa berada di dalam kamar bersama kekasihnya.

Bianca menggeleng keras, "Mas Dewa nggak boleh bawa perempuan lain di apartemen ini. Aku adalah nyonya disini. Iya, aku ratu disini."

Senyum timbul di bibir Bianca. Semua ekspresi Bianca tak luput dari pandangan Dewa.

"Apa sebahagia itu kamu bisa satu kamar denganku?"

Bianca tersadar dari lamunannya.

"Kita beneran akan tidur satu kamar?" Bianca memastikan jika dirinya tidak salah dengar tadi.

"Saya tidak memaksamu, Bi. Kamu bisa tidur di sofa jika mau. Saya bukan pria yang dengan mudahnya mengalah demi seorang perempuan."

Dewa kembali berjalan memasuki kamarnya.

"Aku ikut, Mas." Ucap Bianca dengan senyum merekah.

Saat sudah di kamar, Dewa langsung menuju kamar mandi. Sedangkan Bianca pergi ke walk in closet untuk menata pakaiannya di tempat yang masih kosong.

"Ah kebetulan ada tempat kosong."

Setelah selesai menata barang-barangnya Bianca melihat-lihat apa saja yang ada di kamar itu. Kamar

Dewa sangat luas tapi barangnya hanya sedikit. Hanya ada 1 meja rias dan sofa serta 1 pasang nakas di sisi ranjang.

Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Dewa yang sedang memakai handuk yang hanya menutup bagian bawahnya saja.

Bianca yang sedang melihat-lihat teralihkan ke tubuh telanjang suaminya.

"Apa ada yang salah? Kenapa sampai melotot seperti itu?"

Selain berwajah datar ternyata Dewa juga mempunyai mulut yang sangat tajam.

"Mas, mau godain aku ya?" Bianca menanyakan pertanyaan yang pernah di tanyakan Dewa kepadanya.

"Tanpa saya goda, saya yakin kamu sudah tergoda lebih dulu." Ujarnya percaya diri.

Belum sempat Bianca merespon, bel apartemen berbunyi.

"Biar saya yang buka. Sebaiknya kamu membersihkan diri dulu."

Bianca mengangguk lalu berjalan menuju kamar mandi.

Dewa sendiri bergegas menuju walk in closet untuk berganti pakaian. Dewa mengambil kaos oblong berwarna navy dengan celana selutut berwarna putih.

Bel apartemen masih terus berbunyi, membuat Dewa berdecak kesal. Dengan langkah tergesah Dewa membuka pintu. Siap mengomeli siapapun tamu yang datang.

Ting

"Dewa, sejak kemarin aku mencarimu. Berita tentang pernikahanmu itu tidak benar, kan? kamu sedang merencanakan apa, Dewa? Kenapa kamu diam saja seolah tidak terjadi apa-apa ?"

Wanita dengan pakaian minim itu memeluknya dan menanyakan pertanyaan beruntun.

"Siapa yang datang, Mas?" Tanya Bianca dari dalam.

Langkah Bianca seketika itu terhenti, di depannya terlihat jelas suaminya sedang berpelukan dengan wanita lain.

Bab terkait

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 6. Amarah

    Bianca mendorong wanita yang memeluk suaminya dengan kasar hingga pelukan mereka terlepas. Ia langsung memberikan tamparan kepada wanita itu.Plak"Apa yang kamu lakukan pada suamiku, jalang?" Amuk Bianca.Wanita itu meringis kesakitan, tenaga yang dikeluarkan Bianca cukup keras hingga membuat bibirnya sobek.Dewa yang sebelumnya shock segera maju membantu wanita yang sudah ditampar oleh Bianca."Kamu.." Dewa menunjuk Bianca dengan suara beratnya."Berani sekali kamu menampar kekasihku!" Lanjut Dewa penuh amarah.Kini Bianca yang shock, Dewa membela wanita itu. Bahkan, Dewa bilang wanita itu adalah kekasihnya.Lihatlah, Dewa sekarang sedang melihat luka di bibir wanita itu. "Mas.. tapi, aku istrimu! Aku tidak suka melihatmu berpelukan dengan wanita lain, apalagi di rumah kita!" Protes Bianca."Rumah kita? Jangan mimpi Bianca! Ini rumah saya, saya berhak menyuruh siapapun datang kesini!" Sentak De

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-03
  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 7. Gangguan kecil

    Selesai dengan berbelanja, Dewa tidak langsung mengarahkan mobilnya ke arah apartemen. Dewa justru menepikan mobilnya di salah satu restoran terdekat yang menjual masakan nusantara.Bianca yang tadinya asyik memperhatikan jalan beralih menatap suaminya yang sudah berhasil menepi dan mendapat lahan parkir."Kita makan dulu." Ucap Dewa saat mobilnya sudah terparkir dengan benar."Nggak makan di apartemen aja, Mas?" Bianca memperhatikan Dewa yang sedang melepas seatbelt, suaminya itu bahkan tidak menoleh ke arahnya saat berbicara."Kalau kamu tidak mau, biar saya saja!" Kali ini Dewa sudah membuka pintu mobil, tubuh tegapnya sudah turun dari mobil. Dewa menutup pintu mobil tanpa melihat ke arah Bianca seolah dirinya hanya sendiri.Bianca menghembuskan nafas pelan, meski sedikit kecewa karena niatnya untuk pertama kali masak untuk sang suami gagal, ia tetap menyemangati dirinya sendiri. "Tenang, Bian! Masih banyak waktu buat masakin Mas Dewa! Semangat!" Bianca mencoba tersenyum lalu ik

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-05
  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 8. Sebelum Ijab Qobul

    Flashback"Dimana mempelai pria nya? Ini sudah terlambat sepuluh menit, sebentar lagi saya juga harus menikahkan orang lain." "Pak tolong tunggu sebentar, anak saya pasti sebentar lagi sampai." Ucap seorang pria paruh baya.Acara yang sudah seharusnya dimulai sejak sepuluh menit yang lalu harus tertunda karena mempelai pria tidak kunjung hadir.Semua sanak keluarga mencoba mencari keberadaan Langit, sang mempelai pria. Namun tidak ada yang menemukan keberadaannya.Tari, ibu dari Langit tampak berdiri tidak tenang dengan ditemani sang suami."Pa, bagaimana ini?" Tanya nya panik."Harusnya kamu jaga anakmu itu! Kenapa kamu biarkan dia pergi kemarin." Indra bukannya menenangkan justru membuat istrinya bertambah panik.Sedangkan Rianti dan Aditama Renaldy, orang tua dari mempelai wanita menahan amarah sekaligus rasa malu. Meski saat acara akad hanya dihadiri keluarga besar dari kedua mempelai, berita seperti ini akan mudah tersebar apalagi

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   9. Dewa marah

    Flashback off"Mas." Tegur Bianca saat tidak mendapatkan respon dari suaminya.Dewa yang tersadar langsung menjawab, "Iya." "Iya?" Bianca memastikan dengan mesam mesem."Maksud saya—Dewa menggantung ucapannya, ia bingung untuk menjelaskannya, ia bilang iya karena reflek setelah ia tersadar dari lamunan."Aku paham." Ucap Bianca dengan nada kecewa."Apa kamu tidak mencari tahu keberadaan Langit?" Tanya Dewa."Langit? Entahlah aku tidak peduli kepadanya.”“Kenapa? apa karena dia sudah mengecewakanmu?” Tanya Dewa, jujur saja Dewa sudah sangat penasaran karena semenjak tahu Langit menghilang, Dewa tidak melihat raut khawatir maupun ingin tahu dari wanita yang sedang berada tepat di sebelah kanannya.Bianca menggeleng sebagai jawaban. kini Bianca merubah posisi sepenuhnya menghadap televisi.“Kita bukan sepasang kekasih, aku yakin Mas Dewa pasti sudah tahu fakta itu.”D

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   10. Sakit ?

    Di ranjang, ia melihat Bianca tidur sambil meringkuk membelakangi posisinya saat ini. Dewa tidak langsung bergabung di ranjang, ia memasuki kamar mandi terlebih dahulu untuk membersihkan diri dari keringat dan berganti pakaian.Sebenarnya Dewa lebih suka tidur dengan tidak menggunakan kaos atau piyama, dia lebih suka topless, namun, setelah menikah, mau tidak mau Dewa menghilangkan kebiasaannya. Selesai berganti pakaian, Dewa duduk di tepi ranjang, ia samar-samar mendengar Bianca sedang merintih kesakitan. Untuk lebih memastikannya, Dewa menggeser tubuhnya mendekati Bianca. Wanita itu semakin meringkuk dengan beberapa keringat di dahi. Melihat itu, Dewa mengambil remote AC yang berada di nakas samping ranjang. "Suhu AC nya tidak tinggi, kenapa tubuhnya berkeringat seperti itu." Dewa bertanya pada dirinya sendiri."Bi… Bi… Kamu sakit?" Panggil Dewa pelan.Bianca hanya merespon dengan gumaman saja. Dewa ragu-ragu menempelkan tangannya di dahi Bianca. Suhu tubuh Bianca normal, lantas

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-12
  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   11. Pendek, Panjang dan Bersayap

    "Apa aku sudah melakukan sesuatu." Gumam Dewa tak yakin. Jika memang bercak merah ini karena ulahnya, harusnya Dewa tidak melupakan hal itu, bagaimanapun itu adalah hal yang sayang jika tidak dinikmati dengan benar.Pikiran Dewa kembali kotor, hingga Dewa harus menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali. "Tapi, jika bukan noda karena itu, lalu ini, apa?" Tanyanya heran.Dewa mendengar suara gemericik dari dalam kamar mandi. Untuk memastikannya Dewa akan bertanya langsung kepada Bianca.Dewa sudah berdiri di depan pintu kamar mandi, hendak mengetuk, tapi, lebih dulu Bianca membuka pintu. "Eh Mas Dewa udah bangun." Ucap Bianca sedikit kaget. Tadi dia terbangun karena rasa tidak nyaman."Kamu mau kemana?" Melihat Bianca sudah rapi seperti hendak pergi.Bianca nyengir, "Aku mau ke supermarket di bawah.""Apa tidak bisa nanti saja?" Dewa memicing tidak suka, ini masih memasuki waktu subuh, dan istrinya sudah mau pergi keluar. Apa pandangan or

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15
  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   12. Sexy

    Dewa kembali tidak lama setelah Bianca, pria itu langsung pergi ke kamar yang sudah disulap menjadi tempat gym.Kebiasaan Dewa setelah menunaikan kewajibannya adalah berolahraga. Meski semalam ia sudah melakukannya, pagi ini dia tetap melakukannya kembali agar rutinitasnya tetap terjaga.Sedangkan Bianca sudah sibuk dengan peralatan memasak setelah membersihkan kamar. Hari ini Bianca akan memasak yang spesial untuk suaminya. Ia sudah antusias sejak semalam.Sebenarnya Dewa cukup sering makan di restorannya, mengingat tempat kerja suaminya itu tidak jauh dari restoran miliknya.Namun, Bianca tidak memasaknya sendiri karena sudah ada koki yang membantunya disana. Bianca justru lebih suka untuk mengamati suaminya daripada berada di dapur.Sesekali Dewa makan bersama klien dan wanita cantik yang kemarin datang kesini. Kadang terlihat sendirian saat makan malam. Waktu itu Bianca sangat ingin untuk sekedar menyapa sebagai cucu dari sa

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-17
  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   13. Hanya 7,5

    Dewa berjalan mendekati Bianca yang masih sibuk dengan masakannya. Wanita itu menyanggul rambutnya, memperlihatkan leher jenjangnya, ia juga menggunakan apron. Dewa meletakkan gelas yang sudah kosong ke dalam sink, ia berniat mencucinya langsung, namun, Bianca segera melarangnya. "Biar aku saja, Mas. Mas Dewa mandi dulu, sebentar lagi masakannya matang." Ucap Bianca masih dengan spatula di tangan kanannya. "Baiklah." Dewa menurut, ia meninggalkan dapur dengan perut yang semakin keroncongan. Dewa masuk ke dalam kamar, ia melihat saat ini masih jam 6.30 biasanya ia selesai olahraga jam 7 pagi. "Ini pasti karena semalam sudah berolahraga." Gumam Dewa saat memasuki kamar mandi. Seperti pria pada umumnya, Dewa tidak memerlukan waktu yang lama untuk mandi. Saat keluar dari kamar mandi, Dewa melihat kemeja, celana, jas dan dasi sudah siap di atas ranjang. Dewa memakainya lalu menuju meja makan, di meja sudah ada nasi goreng, jus jeruk

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-20

Bab terbaru

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 43

    "Mas, ada telepon." Kata Bianca dengan nafas terengah-engah."Biarkan saja!" Dewa kesal. Kegiatannya harus terhenti oleh panggilan telepon entah dari siapa."Tapi—"Itu tidak lebih penting dari ini, Bi!" Ucap Dewa, dia kembali melanjutkan kegiatan mereka yang terhenti dengan tiba-tiba.Namun, layaknya pengganggu yang tidak mau kalah. Ponsel Bianca terus berdering membuat Dewa tanpa sadar mengumpat.Dewa terpaksa melepas tubuh Bianca dari cumbuannya. Dia melangkah mundur, membiarkan Bianca mengambil ponselnya.Dengan nafas yang kembali terengah, Bianca menggeser tombol hijau untuk menjawab."Assalamualaikum Ma." Sapa Bianca begitu panggilan tersambung."Waalaikumsalam Bian, kamu sedang apa? Kenapa nafas kamu seperti itu?" Jawab Mama Maria. Iya. Orang yang mengganggu kegiatan sore mereka adalah Mama Maria. Mama Maria mendapatkan kabar jika anak dan menantunya sudah tidak berada di paris. Karena tidak ada

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 42

    "Iya dia sangat spesial, jadi jangan menangis!"Bianca mundur dari tempatnya berdiri. "Lalu aku harus bagaimana, Mas?" Tanya Bianca pasrah. Dia tidak bisa berpikir dalam kondisi seperti ini. Bianca berharap siapapun dapat menolongnya saat ini. Hatinya sedang tidak baik-baik saja."Cukup seperti biasanya saja." Jawab Dewa."Sampai kapan? Apa selamanya akan seperti ini." Tatap Bianca sendu.Dewa mengangguk. "Kita akan selamanya bersama.""Apa tidak cukup hanya aku?" "Memang hanya kamu, Bi." Bianca semakin terisak. Jadi dia hanya akan berperan sebagai nyonya Dewangga, sedangkan nyonya yang sesungguhnya sengaja disembunyikan. Bianca menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.Dewa semakin mengernyit bingung, bukankah wanita akan senang menjadi satu-satunya, lalu, kenapa Bianca justru kembali terisak. Dia berjalan mendekati Bianca, mengambil kedua tangan Bianca. "Tolong jangan menangis, Bi. Saya harus b

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 41

    "Mas.. aku baik-baik saja." Kadang Bianca bingung sendiri, sebenarnya Dewa ini khawatir dengannya atau hanya mencari cela agar mereka bisa segera pulang."Baik-baik saja apanya? Lihatlah wajahmu memerah." Dewa tidak mudah percaya. Dia bisa diamuk 4 orang sekaligus jika Bianca beberapa kali jatuh sakit saat sedang liburan.Bianca meraih tangan Dewa yang masih berdiri di samping tempatnya berbaring. Bianca membutuhkan tambahan tenaga untuk bisa membuat Dewa duduk di dekatnya.Saat sudah berhasil membuat Dewa duduk di dekatnya Bianca mengambil kedua tangan Dewa untuk diletakkan di kedua pipinya. "Tidak panas, kan?"Dewa menggeleng. "Ok." Dewa menarik kembali tangannya, dia sudah hendak berdiri lagi, akan tetapi, Bianca menarik kembali tangannya."Apalagi?" Bianca tampak malu-malu untuk mengucapkannya. "Boleh aku belajar saat ini?" Dewa mengernyit, "Kamu mau belajar apa?"Bi

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 40

    Bianca tidak berhenti memegang bibirnya meski saat ini dia sedang berada di dalam pesawat. Matanya enggan terpejam, takut jika dia bangun semuanya hanya mimpi semata.Dewa disebelahnya duduk dengan tenang, membaca buku yang sengaja dibaca disaat seperti ini. Perjalanan panjang yang akan sangat membosankan jika hanya diisi dengan tidur saja."Masih kurang?" Tanya Dewa. Matanya sejak tadi melirik tingkah Bianca yang tidak berhenti tersenyum sambil menyentuh bibirnya."Eh." Bianca salah tingkah. "Lebih hebat siapa saya atau pria yang kamu cintai?" Tanya Dewa tanpa menoleh."Ini pertama kalinya buatku, Mas." Jawab Bianca malu. Dia tadi terlihat sekali jika belum memiliki pengalaman. Dia hanya mengikuti nalurinya saja. Apa yang dilakukan oleh Dewa, dia akan melakukan hal yang sama."Bagus." Ucap Dewa lirih."Apanya Mas?" Tanya Bianca tidak paham dengan jawaban Dewa."Buku yang

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 39

    "Sudah siap semuanya?" Tanya Dewa setelah mengecek ulang barang-barang mereka yang mungkin saja masih tertinggal."Sudah semua Mas." Bianca menutup kopernya. "Ayo." Ajak Dewa sudah siap membawa dua koper."Mas." Panggil Bianca ragu-ragu."Ada apa? Apa masih ada yang terlewatkan." Tanya Dewa. "Banyak." Batin Bianca."Apa kita tidak membuat kenangan terlebih dahulu untuk kita kenang nantinya?" Liburan yang Bianca harapkan harus cepat berakhir karena dia terkena flu. Tentu saja Bianca sedih. Dia sudah berharap banyak dengan bulan madu ini. Nyatanya baru menginap dua malam, mereka sudah akan kembali ke negara mereka."Sudah ada lebih dari satu kenangan yang bisa kamu ingat." Sahut Dewa."Kenangan yang mana?" Bianca sampai harus mengernyitkan dahi untuk mengingat-ingat kejadian apa yang bisa dikenang."Oke, saya sebutkan satu per satu. Dengarkan baik-baik. Pertama, kamu melakukan pelecehan kepada saya." De

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 38

    Dewa sudah mulai makan sejak lima menit yang lalu, akan tetapi, Bianca masih setia berdiam diri sambil melihat Dewa makan."Mas." Panggil Bianca.Dewa mengangkat kepala sebagai ganti sahutan."Mau." Rengek Bianca. Jika sedang tidak enak badan, Bianca akan menjadi wanita manja yang tidak ingat umur.Dewa menelan makanannya lalu meminum seteguk baru menjawab. "Kemari dan makan." Dewa menyuruh Bianca turun dari ranjang untuk ikut bergabung duduk di sofa bersama dirinya.Bianca bangkit lalu berjalan mendekat. Dia duduk di sebelah kiri Dewa.Dewa mengambil satu piring makanan pembuka untuk Bianca, tetapi, wanita itu menolak. "Tidak. Aku mau makan itu saja." Dia menunjuk piring yang ada di depan Dewa.Dewa mengangguk, lalu mengambil piring yang masih penuh dan menyerahkannya ke Bianca. "Cepat makan dan minum obatmu." Titah Dewa yang lagi-lagi ditolak Bianca."Aku tidak mau. Aku mau itu Mas." Bianca masih menunjuk tepa

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 37

    "Aku mencintaimu, Mas." Batin Bianca. Saat ini Bianca hanya berani mengatakannya dalam hati. Dia belum mempunyai keberanian untuk mengungkapkan perasaannya. Perasaan takut selalu datang saat Bianca ingin mengucapkan tiga kata itu. Dewa tidak sabar menunggu Bianca menjawab. "Kamu tidak mau menyebut siapa orangnya?"Bianca tampak ragu sebelum menjawab. "Kamu."Dewa mengernyit, alisnya dinaikkan satu, "Ada apa dengan saya? Kenapa bertanya balik." Kata Dewa salah paham. Padahal Bianca sudah menjawab pertanyaannya. Mungkin karena Bianca menjawab dengan ragu-ragu jadi Dewa mengartikan ucapannya sebagai pertanyaan. Bianca mengikuti saja apa yang dipahami Dewa. Dia juga penasaran dengan perasaan Dewa. Adakah wanita yang mengisi relung hatinya, ataukah tempat itu masih kosong. Jika benar kosong, Bianca akan maju nomor satu untuk mengisinya dengan senang hati. "Apa Mas Dewa juga sedang mencintai seseorang?" Tanya Bianca.Jantung Bianca berdegup k

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 36

    Bianca berjalan menjauh dari Dewa setelah mencium pipi suaminya. Dia sangat malu saat ini, tadi dia melakukannya reflek saat melihat orang yang ada di depannya juga melakukan hal yang sama.Bianca sampai melupakan jika ponselnya masih berada di tangan Dewa. Dia terus berjalan tak tentu arah untuk menormalkan lagi debar jantungnya. Meski dia pernah datang kesini, nyatanya banyak perubahan yang terjadi di sekitarnya. Dia tak akan ingat jika hanya berkunjung sesekali. Saat debaran jantungnya sudah kembali normal dia menoleh ke belakang, dia mengira Dewa akan mengikutinya, ternyata tidak. Pria itu tidak ada di belakangnya. Bianca mulai panik, dia tidak memegang ponselnya, sedangkan itu alat komunikasi satu-satunya yang dia miliki."Aduh gimana ini? Mana aku tadi asal jalan aja." Bianca panik sendiri, pikirannya mulai kosong. Dia bahkan memikirkan beberapa kemungkinan yang baginya sangat cocok dengan kondisinya saat ini."Gimana ka

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 35

    "Mohon maaf Pak menurut pantauan cctv, tidak ada kesalahan dalam pemasangan label check in.""Oke. Terimakasih atas waktunya." Dewa menutup panggilan teleponnya. Jika bukan kesalahan dari pihak maskapai tentu saja ini jelas ulah orang tuanya sendiri. Pantas saja dia merasa ada yang aneh saat menaruh koper di bagasi. Disana ada kotak yang ditutup dengan kain berwarna hitam."Gimana Mas?" Tanya Bianca yang berdiri di sampingnya. Wanita itu masih mengenakan bathrobe setelah selesai mandi.Dewa menggeleng, lalu menempelkan kembali ponselnya di telinga. Menunggu beberapa saat sebelum panggilannya mulai tersambung."Telepon siapa?" Tanya Bianca dengan suara pelan.Dewa memberi kode agar Bianca diam dengan jari telunjuknya ditaruh di mulutnya sendiri. Bianca mengangguk, lalu sedikit menjauh."Assalamualaikum Ma.""Waalaikumsalam." Jawab Mama Maria. Papa Hasan yang berada satu ruangan dengan Mama Maria berjalan mendekat, dia ing

DMCA.com Protection Status