Share

Bab 4. Ketahuan

Penulis: Yushinta Devi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-25 11:48:53

Setelah berganti pakaian Bianca bingung harus tidur dimana. Jika boleh memilih dirinya akan langsung tidur disebelah suaminya. Namun, Bianca juga ragu, takut jika nantinya Dewa marah karena sudah lancang tidur di sebelahnya.

Bianca tidak ingin hal itu terjadi, ia mendapatkan Dewa secara cuma-cuma, mana mungkin ia membuat kesalahan dengan membuat pujaan hatinya marah.

"Apa yang kamu lakukan, Bianca!" Suara Dewa membuat langkah Bianca yang sejak tadi mondar-mandir langsung terhenti. Wanita itu melihat Dewa masih dengan posisi tidur dan mata terpejam.

"Kamu mengganggu tidur saya!" Lanjut Dewa matanya terbuka lebar.

"Maaf Mas." Ucap Bianca. Bukannya takut dengan tatapan tajam Dewa, Bianca justru membalas tatapan itu dengan cengiran.

"Aku tidur dimana ya, Mas?" Tanya Bianca penuh harap, sangat berharap bisa tidur disamping pria itu.

"Kamu tidak sedang menyuruhku tidur di sofa, kan?" Dewa balik bertanya, matanya memicing semakin tajam.

Bianca menggeleng keras, "Tidak.. Tidak… bukan seperti itu!"

"Lalu?"

"Apa boleh aku tidur disana." Bianca menunjuk sisi ranjang yang masih kosong.

"Terserah." Dewa memiringkan posisi tubuhnya.

Dalam hati Bianca bersorak senang, meski Dewa tidak mengatakan boleh, setidaknya Bianca diberi pilihan untuk menentukan sendiri.

Tak mau lebih lama lagi, Bianca langsung berjalan ke sisi ranjang yang kosong. Bianca menarik selimut lalu membungkus dirinya dengan selimut. Bianca dapat dengan jelas melihat tubuh kokoh suaminya karena Dewa tidak menutup  tubuhnya dengan selimut. 

"Betapa nyamannya bisa tidur di pelukanmu, Mas!" Batin Bianca, berharap suatu saat dirinya mampu menaklukan hati Dewa.

Cukup memandangi punggung Dewa, Bianca mencoba memejamkan matanya, lima menit, sepuluh menit hingga lima belas menit, matanya tak kunjung bisa terpejam. Pikirannya kembali terbayang kejadian hari ini, kejadian yang sungguh jauh dari bayangannya. Tanpa dia sadari tubuhnya terus bergerak hingga lagi-lagi Dewa menegurnya.

"Kali ini apa lagi, Bianca!" Desis Dewa, tubuhnya masih membelakangi istrinya.

Sebelum menjawab, Bianca memiringkan tubuhnya menghadap punggung suaminya. "Aku tidak bisa tidur, Mas! Boleh aku tanya sesuatu?"

Dewa tak menjawab, pria itu masih betah memunggungi Bianca. Tapi, Bianca tidak ingin menyerah, ia sudah sangat penasaran dengan jawaban Dewa.

"Mas."

Dewa masih diam.

"Mas Dewa."

Dewa tetap tidak merespon.

Bianca menghembuskan nafas lemas, ternyata tidak mudah mengajak bicara suaminya.

"Apa Mas Dewa akan menceraikanku besok?" Bianca tetap bertanya meski tidak yakin akan mendapat jawaban dari Dewa.

"Kamu ingin segera menjadi janda?" Dewa membalik badan, tatapan tajamnya langsung berhadapan dengan mata coklat milik Bianca.

Bianca terkejut dengan ucapan dan pergerakan Dewa yang terlalu tiba-tiba, padahal dia mengucapkannya tidak terlalu keras.

Sedikit gelagapan namun Bianca tetap menjawabnya. "Tentu saja tidak! Wanita mana yang ingin menjadi janda!"

"Tidur." Dewa kembali membalik badan memunggungi Bianca.

"Tidak maukah dia memelukku." Cicit Bianca pelan. 

Sadar harapannya terlalu tingginya, Bianca menepuk dahinya sendiri. "Bi, sadarlah. Suamimu tidak mencintaimu." Gumamnya pada diri sendiri.

Bianca memejamkan matanya, ia meyakinkan diri sendiri jika dia akan berhasil mendapatkan hati pujaan hatinya. Iya. Bianca akan berjuang keras untuk mendapatkan itu. Lihat saja nanti.

***

Bianca merenggangkan tubuhnya, tidurnya tadi malam sangat nyenyak, bahkan ia bermimpi indah bersama seorang pria yang wajahnya samar-samar tidak jelas.

Berbicara seseorang, Bianca jadi teringat jika dia sekarang berada di kamar hotel dengan Dewa.

Bianca melihat sekitar ruangan namun dia tidak menemukan Dewa dimana-mana. Ah! Mungkinkah pria itu menyesal sudah mau menikah dengan dirinya.

Jujur saja Bianca sedih tidak melihat keberadaan Dewa. Bianca beranjak dari ranjang, mencari notes atau sesuatu yang mungkin saja ditinggalkan Dewa untuknya.

Nihil.

Bianca tidak menemukan apapun selain pakaian Dewa saat acara resepsi tadi malam. Mendesah kecewa Bianca memasuki kamar mandi untuk mencuci muka. Karena terlalu nyaman saat tidur, dia jadi telat bangun. Sekarang sudah jam 8 pagi, seandainya Bianca bangun lebih pagi, dia pasti tahu kemana Dewa pergi.

Di tempat lain, Dewa sedang menikmati sarapannya seorang diri. Saat sedang menikmati sarapannya, Dewa dikejutkan dengan kehadiran orang tuanya.

"Dewa…. Dimana istrimu?" 

Dewa menelan makanannya barulah menjawab pertanyaan sang ibu. "Masih tidur."

Maria dan Hasan saling memberi tatapan menggoda. "Istrimu pasti kelelahan melayanimu. Seperti Papa mu dulu saja." Ucap Maria dengan diakhir kekehan.

Dewa mengabaikan ucapan Maria, ia melanjutkan sarapannya tanpa menghiraukan kedua orang tuanya yang ikut bergabung satu meja dengannya.

"Cepat berikan Mama cucu, ya!" Pinta Maria sebelum pergi mengambil makanan.

"Papa bangga sama kamu! Meski sebagai pengantin pengganti, kamu tetap serius dengan pernikahan ini." Ucap Hasan setelah istrinya benar-benar jauh.

"Papa tahu keputusan yang kamu ambil ini sangat berat apalagi dia calon istri saudaramu sendiri, tapi, Papa tidak ingin kamu menyakiti Bianca. Dia gadis yang baik. Jadilah pria sejati yang tidak menyakiti hati." Lanjut Hasan.

Dewa hanya mengangguk tanpa ucapan. 

"Satu lagi. Setelah ini keluarga Langit pasti akan mengganggu hubungan kalian. Papa berharap kamu bisa melindungi Bianca, bagaimanapun Bianca korban disini."

"Kalian bahas apa sih, muka Dewa kok tegang gitu!" Sahut Maria yang sudah selesai mengambil sarapan.

"Bukan apa-apa, Ma. Papa hanya memberi tips dan trik untuk anak kita." Hasan menggoda Maria dengan kedipan mata. Maria salah tingkah, seperti inilah kehidupan orang tuanya. Saling melempar godaan meski usia sudah melebihi pertengahan abad.

Jika diperbolehkan, Dewa saat ini sudah memutar bola matanya. Kedua orang tuanya tak segan bermesraan saat ada dirinya. Jadi sejak dia bisa hidup mandiri, Dewa memutuskan untuk tinggal sendiri daripada setiap hari disuguhkan hal seperti itu terus menerus.

Selesai dengan makanannya, Dewa segera berpamitan kembali ke kamar. Entah setelah ini apa yang harus dilakukannya, mengingat hari ini libur dan statusnya sudah menjadi seorang suami.

"Jangan lupa pesankan makanan untuk istrimu." Teriak Maria membuat beberapa orang yang ada disana menoleh ke arah mereka.

Dewa mendengus, tanpa menoleh Dewa melanjutkan langkah kakinya. Sampai di depan lift Dewa melihat jam di tangan kirinya, lalu bergumam, "Apa dia sudah bangun?" 

"Sudah jam 8.30, seharusnya dia sudah bangun." Lanjutnya.

***

Dewa baru saja masuk ke dalam kamar sudah disambut dengan suara Bianca begitu kencang hingga memenuhi kamar, Bianca sendiri tak menyadari jika baru saja ada yang membuka dan menutup pintu.

Dewa tak langsung mendekat, ia memilih mendengarkan pembicaraan Bianca yang tampak asyik bercerita dengan lawan bicaranya melalui ponsel pintarnya.

"Kalau gue ketemu Langit, mampus tuh cowok gue bejek-bejek!Enak aja main ngilang setelah tanda tangan kontrak pra nikah."

"Udah biarin aja. lo juga seneng kan bisa nikah sama Mas Dewa, pujaan hati lo."

"Iya juga. Tapi kan nikah karena paksaan Tika! Coba kalau nggak terpaksa, mana mau Mas Dewa nikah sama gue yang biasa-biasa aja." Ucap Bianca sedih.

Bianca saat ini sedang berdiri di kaca kamar hotel, melihat banyaknya mobil dan motor memenuhi jalanan.

"Jadi lo beneran masih suka sama dia?"

"Masih dong! Lo nggak tau aja jantung gue suka maraton waktu Mas Dewa pegang tangan gue. Apalagi pas gue nggak sengaja lihat roti sobeknya, Biuh meleleh gue!" Teriak Bianca kelewat semangat.

"Wah gercep juga lo! Terus lo udah skididap?"

"Belumlah! Gue sih dengan senang hati kalau dia ngajak. Tapi, kayaknya gak mungkin deh!"

"Jangan bilang kalau Mas Dewa lo itu gay!"

"Anjir! Lo belum tau aja ceweknya Mas Dewa kayak gimana. Badannya aja kayak gitar spanyol. Lah gue? Depan, belakang semuanya tepos." 

Alis Dewa menukik mendengar Bianca menyebut jika dirinya memiliki kekasih. Sedangkan dia tidak pernah dekat sedikitpun dengan seorang wanita.

"Astaga kalau badan lo tepos, terus gue apaan? Udah lo duluan aja yang maju."

"Malu lah! Masa gue minta duluan. Bahkan ngomongin dia doang gue udah berdebar, apa gue sakit kena penyakit jantung, ya?" Bianca memegang sebelah kiri dadanya.

"Fix lo harus periksa sekarang juga. Lagian gue juga gak percaya mana ada jantung berdebar padahal radiusnya cukup jauh."

"Terserah lo percaya atau nggak, gue sendiri udah pastiin kalau jantung gue terlalu peka buat Mas Dewa."

"Serah lo, Bi. Serah. Terus langkah lo selanjutnya apa?"

"Justru karena itu gue telpon lo, Tika! Gue harus gimana? Niat gue sama Langit kan cuma nikah selama satu tahun doang. Tapi semua hancur gara-gara tuh cowok ngilang gitu aja."

"Lupain Langit! Harusnya lo justru berterima kasih sama dia, berkat dia kabur lo bisa nikah sama Mas Dewa."

"Iya juga sih! Terus gue harus apa sekarang?"

"Gas poll lah, Bian. Lo juga udah mupeng kan?"

"Ck, gimana gue gak mupeng kalau Mas Dewa aja hot banget gitu. Gue gak yakin bisa tahan godaan."

"Ya udah sih, lo pancing duluan aja. Cowok mah gampang terpancing birahinya."

"Gak mungkin kalau Mas Dewa bakal mau!" Bianca menggelengkan kepala tak membenarkan ucapan Cantika.

"Belum di coba udah bilang gak mungkin aja sih, Bi."

"Buktinya semalem gue minta bantuan ke Mas Dewa buat bukain resleting gaun gue, tapi dia biasa aja tuh!"

"Jadi semalam kamu memang sengaja menggoda saya?" 

Dewa sudah tidak tahan untuk menginterupsi pembicaraan Bianca dengan Cantika, sahabat istrinya itu.

Glek! Bianca menelan ludah susah payah, suara Dewa terdengar begitu datar dan dingin. Hingga membuat tubuh Bianca menengang dan merinding.

Reflek Bianca menutup sambungan telepon dengan Cantika, perlahan Bianca memutar tubuhnya menghadap Dewa yang entah sejak kapan bersandar di dinding dekat ranjang.

Bianca mencoba tenang meski berujung gagal karena suaranya tiba-tiba menghilang sama seperti Langit.

"Ma- Mas Dewa sejak kapan disitu?" Cicitnya.

"Sejak kamu membicarakan saya." Jawab Dewa tenang dengan senyum yang jarang sekali ditunjukkannya.

Bianca menggaruk rambut panjangnya. Matanya sibuk menghindari tatapan Dewa yang sejak tadi seolah menelanjangi tubuh Bianca.

"Hm - maaf, Maaf." Hanya itu yang mampu diucapkan oleh Bianca.

Baru kali ini Bianca tertangkap basah saat membicarakan orang. Mana orang itu adalah suaminya sendiri. 

Malu, gugup, takut bercampur menjadi satu. Hening beberapa menit hingga ucapan Dewa kali ini mampu membuatnya melotot.

"Kamu suka sama roti sobek saya?"

Bab terkait

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 5. Tamu Tak Diundang

    Tok tok tok"Dewa… Bianca.."Langkah Dewa terhenti, ia hendak membalik badan tapi urung karena melihat gerak-gerik Bianca yang terlihat lega."Kita akan bahas nanti." Ucap Dewa sebelum menghilang membuka pintu.Bianca mengerucutkan bibir, sepertinya Dewa tidak akan dengan mudah membiarkannya lolos.Bianca kembali menatap ke jendela, menatap ke bawah melihat kendaraan lalu lalang. Pantas saja jantungnya berdebar kencang, ternyata suaminya berada di satu ruangan dengannya."Pagi, Bian." Sapa MariaBianca membalik badan, tersenyum melihat Maria kemudian mendekat untuk mencium tangan mertuanya."Pagi, Ma." "Baru bangun ya? Duh maafin Dewa ya, Bian. Anak Mama ternyata ganas juga." Maria terkekeh, sedangkan Dewa memutar bola mata jengah meski itu tidak boleh dia lakukan."Mama, sudah makan?" Bianca mengalihkan pembicaraan."Sudah. Oh iya setelah ini kalian tinggal sama Mama ya." Itu bukan pertanyaan melainkan permintaan dari Maria.Semenjak Dewa dewasa, Dewa pindah ke apartemen membuat Mari

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-25
  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 6. Amarah

    Bianca mendorong wanita yang memeluk suaminya dengan kasar hingga pelukan mereka terlepas. Ia langsung memberikan tamparan kepada wanita itu.Plak"Apa yang kamu lakukan pada suamiku, jalang?" Amuk Bianca.Wanita itu meringis kesakitan, tenaga yang dikeluarkan Bianca cukup keras hingga membuat bibirnya sobek.Dewa yang sebelumnya shock segera maju membantu wanita yang sudah ditampar oleh Bianca."Kamu.." Dewa menunjuk Bianca dengan suara beratnya."Berani sekali kamu menampar kekasihku!" Lanjut Dewa penuh amarah.Kini Bianca yang shock, Dewa membela wanita itu. Bahkan, Dewa bilang wanita itu adalah kekasihnya.Lihatlah, Dewa sekarang sedang melihat luka di bibir wanita itu. "Mas.. tapi, aku istrimu! Aku tidak suka melihatmu berpelukan dengan wanita lain, apalagi di rumah kita!" Protes Bianca."Rumah kita? Jangan mimpi Bianca! Ini rumah saya, saya berhak menyuruh siapapun datang kesini!" Sentak De

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-03
  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 7. Gangguan kecil

    Selesai dengan berbelanja, Dewa tidak langsung mengarahkan mobilnya ke arah apartemen. Dewa justru menepikan mobilnya di salah satu restoran terdekat yang menjual masakan nusantara.Bianca yang tadinya asyik memperhatikan jalan beralih menatap suaminya yang sudah berhasil menepi dan mendapat lahan parkir."Kita makan dulu." Ucap Dewa saat mobilnya sudah terparkir dengan benar."Nggak makan di apartemen aja, Mas?" Bianca memperhatikan Dewa yang sedang melepas seatbelt, suaminya itu bahkan tidak menoleh ke arahnya saat berbicara."Kalau kamu tidak mau, biar saya saja!" Kali ini Dewa sudah membuka pintu mobil, tubuh tegapnya sudah turun dari mobil. Dewa menutup pintu mobil tanpa melihat ke arah Bianca seolah dirinya hanya sendiri.Bianca menghembuskan nafas pelan, meski sedikit kecewa karena niatnya untuk pertama kali masak untuk sang suami gagal, ia tetap menyemangati dirinya sendiri. "Tenang, Bian! Masih banyak waktu buat masakin Mas Dewa! Semangat!" Bianca mencoba tersenyum lalu ik

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-05
  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 8. Sebelum Ijab Qobul

    Flashback"Dimana mempelai pria nya? Ini sudah terlambat sepuluh menit, sebentar lagi saya juga harus menikahkan orang lain." "Pak tolong tunggu sebentar, anak saya pasti sebentar lagi sampai." Ucap seorang pria paruh baya.Acara yang sudah seharusnya dimulai sejak sepuluh menit yang lalu harus tertunda karena mempelai pria tidak kunjung hadir.Semua sanak keluarga mencoba mencari keberadaan Langit, sang mempelai pria. Namun tidak ada yang menemukan keberadaannya.Tari, ibu dari Langit tampak berdiri tidak tenang dengan ditemani sang suami."Pa, bagaimana ini?" Tanya nya panik."Harusnya kamu jaga anakmu itu! Kenapa kamu biarkan dia pergi kemarin." Indra bukannya menenangkan justru membuat istrinya bertambah panik.Sedangkan Rianti dan Aditama Renaldy, orang tua dari mempelai wanita menahan amarah sekaligus rasa malu. Meski saat acara akad hanya dihadiri keluarga besar dari kedua mempelai, berita seperti ini akan mudah tersebar apalagi

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   9. Dewa marah

    Flashback off"Mas." Tegur Bianca saat tidak mendapatkan respon dari suaminya.Dewa yang tersadar langsung menjawab, "Iya." "Iya?" Bianca memastikan dengan mesam mesem."Maksud saya—Dewa menggantung ucapannya, ia bingung untuk menjelaskannya, ia bilang iya karena reflek setelah ia tersadar dari lamunan."Aku paham." Ucap Bianca dengan nada kecewa."Apa kamu tidak mencari tahu keberadaan Langit?" Tanya Dewa."Langit? Entahlah aku tidak peduli kepadanya.”“Kenapa? apa karena dia sudah mengecewakanmu?” Tanya Dewa, jujur saja Dewa sudah sangat penasaran karena semenjak tahu Langit menghilang, Dewa tidak melihat raut khawatir maupun ingin tahu dari wanita yang sedang berada tepat di sebelah kanannya.Bianca menggeleng sebagai jawaban. kini Bianca merubah posisi sepenuhnya menghadap televisi.“Kita bukan sepasang kekasih, aku yakin Mas Dewa pasti sudah tahu fakta itu.”D

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   10. Sakit ?

    Di ranjang, ia melihat Bianca tidur sambil meringkuk membelakangi posisinya saat ini. Dewa tidak langsung bergabung di ranjang, ia memasuki kamar mandi terlebih dahulu untuk membersihkan diri dari keringat dan berganti pakaian.Sebenarnya Dewa lebih suka tidur dengan tidak menggunakan kaos atau piyama, dia lebih suka topless, namun, setelah menikah, mau tidak mau Dewa menghilangkan kebiasaannya. Selesai berganti pakaian, Dewa duduk di tepi ranjang, ia samar-samar mendengar Bianca sedang merintih kesakitan. Untuk lebih memastikannya, Dewa menggeser tubuhnya mendekati Bianca. Wanita itu semakin meringkuk dengan beberapa keringat di dahi. Melihat itu, Dewa mengambil remote AC yang berada di nakas samping ranjang. "Suhu AC nya tidak tinggi, kenapa tubuhnya berkeringat seperti itu." Dewa bertanya pada dirinya sendiri."Bi… Bi… Kamu sakit?" Panggil Dewa pelan.Bianca hanya merespon dengan gumaman saja. Dewa ragu-ragu menempelkan tangannya di dahi Bianca. Suhu tubuh Bianca normal, lantas

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-12
  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   11. Pendek, Panjang dan Bersayap

    "Apa aku sudah melakukan sesuatu." Gumam Dewa tak yakin. Jika memang bercak merah ini karena ulahnya, harusnya Dewa tidak melupakan hal itu, bagaimanapun itu adalah hal yang sayang jika tidak dinikmati dengan benar.Pikiran Dewa kembali kotor, hingga Dewa harus menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali. "Tapi, jika bukan noda karena itu, lalu ini, apa?" Tanyanya heran.Dewa mendengar suara gemericik dari dalam kamar mandi. Untuk memastikannya Dewa akan bertanya langsung kepada Bianca.Dewa sudah berdiri di depan pintu kamar mandi, hendak mengetuk, tapi, lebih dulu Bianca membuka pintu. "Eh Mas Dewa udah bangun." Ucap Bianca sedikit kaget. Tadi dia terbangun karena rasa tidak nyaman."Kamu mau kemana?" Melihat Bianca sudah rapi seperti hendak pergi.Bianca nyengir, "Aku mau ke supermarket di bawah.""Apa tidak bisa nanti saja?" Dewa memicing tidak suka, ini masih memasuki waktu subuh, dan istrinya sudah mau pergi keluar. Apa pandangan or

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15
  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   12. Sexy

    Dewa kembali tidak lama setelah Bianca, pria itu langsung pergi ke kamar yang sudah disulap menjadi tempat gym.Kebiasaan Dewa setelah menunaikan kewajibannya adalah berolahraga. Meski semalam ia sudah melakukannya, pagi ini dia tetap melakukannya kembali agar rutinitasnya tetap terjaga.Sedangkan Bianca sudah sibuk dengan peralatan memasak setelah membersihkan kamar. Hari ini Bianca akan memasak yang spesial untuk suaminya. Ia sudah antusias sejak semalam.Sebenarnya Dewa cukup sering makan di restorannya, mengingat tempat kerja suaminya itu tidak jauh dari restoran miliknya.Namun, Bianca tidak memasaknya sendiri karena sudah ada koki yang membantunya disana. Bianca justru lebih suka untuk mengamati suaminya daripada berada di dapur.Sesekali Dewa makan bersama klien dan wanita cantik yang kemarin datang kesini. Kadang terlihat sendirian saat makan malam. Waktu itu Bianca sangat ingin untuk sekedar menyapa sebagai cucu dari sa

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-17

Bab terbaru

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 43

    "Mas, ada telepon." Kata Bianca dengan nafas terengah-engah."Biarkan saja!" Dewa kesal. Kegiatannya harus terhenti oleh panggilan telepon entah dari siapa."Tapi—"Itu tidak lebih penting dari ini, Bi!" Ucap Dewa, dia kembali melanjutkan kegiatan mereka yang terhenti dengan tiba-tiba.Namun, layaknya pengganggu yang tidak mau kalah. Ponsel Bianca terus berdering membuat Dewa tanpa sadar mengumpat.Dewa terpaksa melepas tubuh Bianca dari cumbuannya. Dia melangkah mundur, membiarkan Bianca mengambil ponselnya.Dengan nafas yang kembali terengah, Bianca menggeser tombol hijau untuk menjawab."Assalamualaikum Ma." Sapa Bianca begitu panggilan tersambung."Waalaikumsalam Bian, kamu sedang apa? Kenapa nafas kamu seperti itu?" Jawab Mama Maria. Iya. Orang yang mengganggu kegiatan sore mereka adalah Mama Maria. Mama Maria mendapatkan kabar jika anak dan menantunya sudah tidak berada di paris. Karena tidak ada

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 42

    "Iya dia sangat spesial, jadi jangan menangis!"Bianca mundur dari tempatnya berdiri. "Lalu aku harus bagaimana, Mas?" Tanya Bianca pasrah. Dia tidak bisa berpikir dalam kondisi seperti ini. Bianca berharap siapapun dapat menolongnya saat ini. Hatinya sedang tidak baik-baik saja."Cukup seperti biasanya saja." Jawab Dewa."Sampai kapan? Apa selamanya akan seperti ini." Tatap Bianca sendu.Dewa mengangguk. "Kita akan selamanya bersama.""Apa tidak cukup hanya aku?" "Memang hanya kamu, Bi." Bianca semakin terisak. Jadi dia hanya akan berperan sebagai nyonya Dewangga, sedangkan nyonya yang sesungguhnya sengaja disembunyikan. Bianca menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.Dewa semakin mengernyit bingung, bukankah wanita akan senang menjadi satu-satunya, lalu, kenapa Bianca justru kembali terisak. Dia berjalan mendekati Bianca, mengambil kedua tangan Bianca. "Tolong jangan menangis, Bi. Saya harus b

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 41

    "Mas.. aku baik-baik saja." Kadang Bianca bingung sendiri, sebenarnya Dewa ini khawatir dengannya atau hanya mencari cela agar mereka bisa segera pulang."Baik-baik saja apanya? Lihatlah wajahmu memerah." Dewa tidak mudah percaya. Dia bisa diamuk 4 orang sekaligus jika Bianca beberapa kali jatuh sakit saat sedang liburan.Bianca meraih tangan Dewa yang masih berdiri di samping tempatnya berbaring. Bianca membutuhkan tambahan tenaga untuk bisa membuat Dewa duduk di dekatnya.Saat sudah berhasil membuat Dewa duduk di dekatnya Bianca mengambil kedua tangan Dewa untuk diletakkan di kedua pipinya. "Tidak panas, kan?"Dewa menggeleng. "Ok." Dewa menarik kembali tangannya, dia sudah hendak berdiri lagi, akan tetapi, Bianca menarik kembali tangannya."Apalagi?" Bianca tampak malu-malu untuk mengucapkannya. "Boleh aku belajar saat ini?" Dewa mengernyit, "Kamu mau belajar apa?"Bi

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 40

    Bianca tidak berhenti memegang bibirnya meski saat ini dia sedang berada di dalam pesawat. Matanya enggan terpejam, takut jika dia bangun semuanya hanya mimpi semata.Dewa disebelahnya duduk dengan tenang, membaca buku yang sengaja dibaca disaat seperti ini. Perjalanan panjang yang akan sangat membosankan jika hanya diisi dengan tidur saja."Masih kurang?" Tanya Dewa. Matanya sejak tadi melirik tingkah Bianca yang tidak berhenti tersenyum sambil menyentuh bibirnya."Eh." Bianca salah tingkah. "Lebih hebat siapa saya atau pria yang kamu cintai?" Tanya Dewa tanpa menoleh."Ini pertama kalinya buatku, Mas." Jawab Bianca malu. Dia tadi terlihat sekali jika belum memiliki pengalaman. Dia hanya mengikuti nalurinya saja. Apa yang dilakukan oleh Dewa, dia akan melakukan hal yang sama."Bagus." Ucap Dewa lirih."Apanya Mas?" Tanya Bianca tidak paham dengan jawaban Dewa."Buku yang

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 39

    "Sudah siap semuanya?" Tanya Dewa setelah mengecek ulang barang-barang mereka yang mungkin saja masih tertinggal."Sudah semua Mas." Bianca menutup kopernya. "Ayo." Ajak Dewa sudah siap membawa dua koper."Mas." Panggil Bianca ragu-ragu."Ada apa? Apa masih ada yang terlewatkan." Tanya Dewa. "Banyak." Batin Bianca."Apa kita tidak membuat kenangan terlebih dahulu untuk kita kenang nantinya?" Liburan yang Bianca harapkan harus cepat berakhir karena dia terkena flu. Tentu saja Bianca sedih. Dia sudah berharap banyak dengan bulan madu ini. Nyatanya baru menginap dua malam, mereka sudah akan kembali ke negara mereka."Sudah ada lebih dari satu kenangan yang bisa kamu ingat." Sahut Dewa."Kenangan yang mana?" Bianca sampai harus mengernyitkan dahi untuk mengingat-ingat kejadian apa yang bisa dikenang."Oke, saya sebutkan satu per satu. Dengarkan baik-baik. Pertama, kamu melakukan pelecehan kepada saya." De

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 38

    Dewa sudah mulai makan sejak lima menit yang lalu, akan tetapi, Bianca masih setia berdiam diri sambil melihat Dewa makan."Mas." Panggil Bianca.Dewa mengangkat kepala sebagai ganti sahutan."Mau." Rengek Bianca. Jika sedang tidak enak badan, Bianca akan menjadi wanita manja yang tidak ingat umur.Dewa menelan makanannya lalu meminum seteguk baru menjawab. "Kemari dan makan." Dewa menyuruh Bianca turun dari ranjang untuk ikut bergabung duduk di sofa bersama dirinya.Bianca bangkit lalu berjalan mendekat. Dia duduk di sebelah kiri Dewa.Dewa mengambil satu piring makanan pembuka untuk Bianca, tetapi, wanita itu menolak. "Tidak. Aku mau makan itu saja." Dia menunjuk piring yang ada di depan Dewa.Dewa mengangguk, lalu mengambil piring yang masih penuh dan menyerahkannya ke Bianca. "Cepat makan dan minum obatmu." Titah Dewa yang lagi-lagi ditolak Bianca."Aku tidak mau. Aku mau itu Mas." Bianca masih menunjuk tepa

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 37

    "Aku mencintaimu, Mas." Batin Bianca. Saat ini Bianca hanya berani mengatakannya dalam hati. Dia belum mempunyai keberanian untuk mengungkapkan perasaannya. Perasaan takut selalu datang saat Bianca ingin mengucapkan tiga kata itu. Dewa tidak sabar menunggu Bianca menjawab. "Kamu tidak mau menyebut siapa orangnya?"Bianca tampak ragu sebelum menjawab. "Kamu."Dewa mengernyit, alisnya dinaikkan satu, "Ada apa dengan saya? Kenapa bertanya balik." Kata Dewa salah paham. Padahal Bianca sudah menjawab pertanyaannya. Mungkin karena Bianca menjawab dengan ragu-ragu jadi Dewa mengartikan ucapannya sebagai pertanyaan. Bianca mengikuti saja apa yang dipahami Dewa. Dia juga penasaran dengan perasaan Dewa. Adakah wanita yang mengisi relung hatinya, ataukah tempat itu masih kosong. Jika benar kosong, Bianca akan maju nomor satu untuk mengisinya dengan senang hati. "Apa Mas Dewa juga sedang mencintai seseorang?" Tanya Bianca.Jantung Bianca berdegup k

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 36

    Bianca berjalan menjauh dari Dewa setelah mencium pipi suaminya. Dia sangat malu saat ini, tadi dia melakukannya reflek saat melihat orang yang ada di depannya juga melakukan hal yang sama.Bianca sampai melupakan jika ponselnya masih berada di tangan Dewa. Dia terus berjalan tak tentu arah untuk menormalkan lagi debar jantungnya. Meski dia pernah datang kesini, nyatanya banyak perubahan yang terjadi di sekitarnya. Dia tak akan ingat jika hanya berkunjung sesekali. Saat debaran jantungnya sudah kembali normal dia menoleh ke belakang, dia mengira Dewa akan mengikutinya, ternyata tidak. Pria itu tidak ada di belakangnya. Bianca mulai panik, dia tidak memegang ponselnya, sedangkan itu alat komunikasi satu-satunya yang dia miliki."Aduh gimana ini? Mana aku tadi asal jalan aja." Bianca panik sendiri, pikirannya mulai kosong. Dia bahkan memikirkan beberapa kemungkinan yang baginya sangat cocok dengan kondisinya saat ini."Gimana ka

  • (Bukan) SUAMI PENGGANTI   Bab 35

    "Mohon maaf Pak menurut pantauan cctv, tidak ada kesalahan dalam pemasangan label check in.""Oke. Terimakasih atas waktunya." Dewa menutup panggilan teleponnya. Jika bukan kesalahan dari pihak maskapai tentu saja ini jelas ulah orang tuanya sendiri. Pantas saja dia merasa ada yang aneh saat menaruh koper di bagasi. Disana ada kotak yang ditutup dengan kain berwarna hitam."Gimana Mas?" Tanya Bianca yang berdiri di sampingnya. Wanita itu masih mengenakan bathrobe setelah selesai mandi.Dewa menggeleng, lalu menempelkan kembali ponselnya di telinga. Menunggu beberapa saat sebelum panggilannya mulai tersambung."Telepon siapa?" Tanya Bianca dengan suara pelan.Dewa memberi kode agar Bianca diam dengan jari telunjuknya ditaruh di mulutnya sendiri. Bianca mengangguk, lalu sedikit menjauh."Assalamualaikum Ma.""Waalaikumsalam." Jawab Mama Maria. Papa Hasan yang berada satu ruangan dengan Mama Maria berjalan mendekat, dia ing

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status