Share

Menikah?

Author: Wahyu Darkasih
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Nak, bantu Oma dong. Setiap hari kerjaannya keluyuran terus mau sampai kapan begini?" Oma Sonya menyibak bedcover bermotif bunga lili yang menyelimuti separuh tubuh Helza, Omanya itu terus berusaha membangunkan cucu kesayangannya.

Ini bukan kali pertama sang Oma dibuat pusing dengan sikap si bungsu. Kalau diajak bicara selalu diam, rutinitasnya Setiap hari keluar dan pulang juga nggak tahu kapan? Setelah dua tahun belakangan Helza seperti tidak terkendali.

"Besok aja ya Oma, Za bantu. Sekarang biarin aku istirahat." Gadis itu kembali menarik selimutnya

"Tapi Za, Oma ini kerepotan Lo. Butik lagi ramai dan Oma itu kekurangan kariawan," ucap Oma Sonya meminta pengertian dari sang cucu.

Ternyata Helza telah kembali ke alam mimpi saat sang Oma berceloteh. Kemungkinan gadis itu mengira kalau Omanya tangah mendongeng sehingga ia kembali tertidur, ditambah hangatnya pulau kapuk yang saat ini tengah musim penghujan.

"Za …." Panggilnya lagi.

Wanita dengan jilbab pasmina berwarna peach itu berakhir mengelus dada. Percuma, seraya menjatuhkan bokongnya di sofa ruang keluarga. Kalau sudah begini Helza pasti tidak akan terbangun. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi sendiri ke Butik.

"[Oma, gimana dengan Helza?]

Sebuah notif pesan chatting masuk di ponsel Oma Sonya. Sudah tentu itu dari Shiza yang menanyakan keadaan sang adik, segara saja Omanya itu balas.

[Entahlah Nak, kelakuan Helza semakin hari tidak bisa dimengerti. Kerjaannya cuma keluar, kalau ditanya hanya jawab ya nanti, besok, nggak tahu. Kalau terus begini Oma jadi pengen segera menikahkannya.]

Shiza yang baru saja menyeruput jus seketika tersedak. Saat membaca balasan chat dari Oma, dia sedang berpikir sang Oma lagi tidak bercandakan? Pasalnya ia mengetahui semenjak kejadian itu. Helza begitu menjauh dari hubungan yang berbau asmara. Luka yang ia dari sang mantan membuat sang adik seakan trauma.

"Pelan-pelan minumnya Sayang, lihat sampai tumpah begini. Itu jusnya Mas nggak minta kok," ucap Ferdi kepada sang istri sembari memberikan tisu.

Shiza hanya menampilkan cengiran kuda. Menanggapi perkataan suaminya, perkataan Oma Sonya membuatnya begitu terkejut. Apa benar Omanya itu berkata sungguhan? Shiza menarik nafas. Selanjutnya ia berkata kepada sang suami,"Mas, oma bilang mau nikahin Helza."

Pria itu tak kalah kaget sampai menautkan kedua alis. "Sama siapa? Kok kaya dadakan ya, dan Helza sudah tahu perihal ini."

Sang istri mengedikan bahu, tangan mungilnya terlihat meraih benda pipih dengan merk apple di atas meja makan makan. Jari lentik itu dengan cekatan mengirim pesan mungkin kepada sang adik.

[De, kamu dimana? Sudah tahu belum kabar terbaru dari Oma?]

Wanita bersurai sebahu dengan gaya potongan bob itu mencoba mengirim pesan kepada adiknya. Sepuluh menit berlalu, tapi tanda Helza akan membalas chat rasanya nihil. Karena tidak sabaran Shiza kemudian melakukan panggilan telepon kepada adiknya. Shiza mengerang diikuti suara gemlutuk giginya karena menahan emosi akibat teleponnya juga tidak kunjung diangkat.

Seorang wanita bertubuh mungil sedang meringkuk di atas kasur kesayangannya. Namun beberapa saat kemudian ia merasa terganggu dengan suara getar ponsel di atas nakas. "Siapa hah! Yang coba mengganggu ketenangan tidurku?"

"Halo, bisa nggak? jangan ganggu waktu istirahatku!" berangnya dengan suara berat khas orang bangun tidur.

"Helza!" pekik sang kakak tidak kalah garang. Suara wanita itu rasanya hampir memenuhi ruang makan rumahnya. "Dek, sampai kapan sih kamu terus begini? Apa nggak capek terus buat oma kesusahan ngurusin kamu yang nggak ada semangat hidup. Move on Za, kasihan oma."

Helza menggeliat dan mengerjap-ngerjapkan nerta karena merasa silau, saat sinar hangat mentari pagi menerobos masuk melalui jendela kamar. Ternyata sebelum pergi oma sonya sempat menarik gorden tersebut.

"Kak, nasihatnya bisa disambung nanti aja ya Aku mau lanjut tidur, masih sangat ngantuk— "

"Nggak papa kamu mau tidur lagi dek, silahkan puas-puasin mumpung ada kesempatan, tapi oma ada benarnya, kalau segera menikahkan kamu! Dari pada ngelihat orang yang setiap harinya cuma diisi keluyuran, tidur, hura-hura. Tidak sama sekali ada inisiatif untuk menjadi manusia berguna. " panggilan telepon pun diputuskan secara sepihak oleh Shiza tanpa ada percakapan lagi.

Mendadak rasa kantuk menghilang begitu saja saat ini kesadaran Helza kembali dengan sempurna. Apa pernikahan! Kuping gadis berusia 24 tahun itu tidak salah dengar kan?

'Menikah … aku akan menikah?'

Lelucon macam apa ini? nikah itu kan harus ada pasangannya, lah ini, Helza sudah menjadi jomblo sejati sejak dua tahun belakangan. Namun, mendadak Shiza, sang kakak membahas prihal pernikahan. memangnya kalau menikah tanpa pasangan bisa? satu lagi kadang-kadang kakaknya itu kalau ngomong enak sekali seolah dia tidak pernah mengalami yang namanya patah hati. Apa katanya tadi? Move-on! Ngomongnya gampang Say! yang sulit itu melupakannya. bukan begitu teman-teman?

Related chapters

  • Bukan Pernikahan Biasa   Kabar Serta Keseriusan Oma Sonya

    Setelah panggilan berakhir Helza langsung terdiam seolah waktu pun berhenti berputar. Saat otaknya memaksa untuk kembali mengingat perkataan sang kakak barusan. Ini bukan lelucon atau Shiza tengah ngeprank kaya biasanya kan? Untuk membuat jantung adiknya itu bekerja dengan extra. Seketika gadis itu menyambar handuk, ia ingin segera menanyakan perihal pernikahan dadakan itu kepada sang oma. Surang dari satu jam Helza sudah berpenampilan cantik dengan dres selutut berwarna marun melekat di tubuhnya. 'Aku harus mendengar langsung dari oma, apa perkataan kakak tadi benar?'Adik bungsu Shiza itu menyambar tas selempang yang dia buang sembarang tadi malam. Dan memasukan ponsel serta merogoh hand sanitizer apa masih ada di dalam tas. Setelah memastikan semuanya ada, Lalu Helza segera mengenakan masker, sudah setahun dunia dilanda kecemasan. Akibat wabah covid 19 yang tidak kunjung usai begitu juga dengan Helza, harus terus proteksi dalam menjaga kesehatan dengan tetap mematuhi protokol y

  • Bukan Pernikahan Biasa   Siapa Dia, Wajahnya seperti familiar?

    Sayang, gimana kondisi Oma?" tanya Ferdi dengan nafas terengah-engah kepada istrinya, yang kebetulan sedang duduk berdampingan dengan Helza.Ketika mendengar kabar, Ferdi masih dalam keadaan meeting dan buru-buru langsung ke rumah sakit. Dengan memacu kuda besi yang tidak lagi ia sadari berapa kecepatan jarak tempuh. Sayangnya jalanan masih dengan drama yang sama setiap hari ya itu, kemacetan yang sulit diurai. Maka langkah Suami Shiza itu semakin terkendala saja."Kata Dokter Arfian, sekarang Oma udah nggak papa sih, Mas. Alhamdulillahnya tadi ada pria baik yang segera bawa Oma ke sini." Senyum menawan kembali hadir setelah sepersekian jam sirna akibat rasa takut yang mendera istri Ferdi tersebut. "Pria baik. Apa jangan-jangan calon adik ipar, yang selama ini tengah kita nantikan kehadirannya, untuk mengobati luka tak berdarah seseorang. ya kan, sayang," kata Ferdi sejurus dengan tatapannya yang mengarah ke Helza.Helza melengos seakan tidak suka. Dengan kalimat yang barusan Ferdi u

  • Bukan Pernikahan Biasa   Permintaan Mama Rossa

    "Ada obatnya, Nak?" intonasi bernada rendah nan lembut, itu milik seorang wanita berparas cantik. Walau di usianya yang sudah memasuki kepala lima lebih, beliu adalah Rossa Linda mamanya Azam "Ada Ma," jawab Azam sembari memperlihatkan kantong plastik di genggaman tangannya. Rosalinda tersenyum, keteduhan terlihat dari manik matanya yang sayu, tutur katanya lemah lembut, karakter seorang ibu begitu melekat padanya. Rossa Linda berjalan ke arah sang putra. Kemudian duduk di sofa tangannya, menepuk-nepuk sofa seolah meminta Azam ikutan untuk bergabung. "O ya, baju yang kemarin Mama minta mana? Apa Azam, lupa ambil di butik Bu Sonya? Padahal lusa rencananya mau dipakai ke pesta pernikahan anak teman Mama lo." Putranya itu meletakan kantong plastik. kemudian berkata,"Azam udah sampai sana, tapi ibu … itu mendadak pingsan. Akhirnya Azam bawa ke rumah sakit Sentra Hospital, dan mengenai baju Mama, lupa ambil karena buru-buru ke restoran. Maaf Ma," sesal pria tampan tersebut merasa bersa

  • Bukan Pernikahan Biasa   Siapa Dia

    Malam kembali menyapa, kala itu sang bumantara hadir dengan warna biru cerah di atas sana. Dengan gumpalan putih, yang mengelilingi di setiap sisi. Di ufuk timur ibu bulan mulai berteger dengan setia, seraya tersenyum meskipun senyumnya belum sepenuhnya terbit. Namun, tidak mengurangi sinar teduhnya. Di sebuah bangku taman rumah sakit, seorang gadis duduk dari sorot manik cokelat kosong, seolah tersirat beban yang begitu berat . Seperti bait kalimat yang tadi diucapkan Sonya, sang Oma. Tentang perjodohannya. Sekali lagi wanita paruh baya itu tampak kekeh dengan niatnya. Tadi waktu di dalam basal Oma Sonya sekali lagi meminta Helza untuk menemui pria itu. Anggap untuk perkenalan begitu katanya. Kalau cucunya itu bersedia. Maka dia akan menelepon Ibu dari si pria membuat schedule untuk berjumpa.Dilema. Tentu Helza rasakan, haruskan dia mengikuti permintaan dari Omanya? Mengorbankan sisa hidup bebas yang selalu dijalani. Memilih jadi gadis baik lagi penurut. Atau pergi dan abai saja ke

  • Bukan Pernikahan Biasa   harapan Azam

    Azam bergegas turun dari ruangannya yang berada di lantai dua. Saat mendapat notifikasi Bahwa barang yang dia pesan dari Aceh sampai setelah ba'da isya. Langkah jangkung pria itu berhenti di rest area karena mendapati dua orang gadis, tengah duduk tidak jauh tepat dimana mobil truk akan parkir. Ini sudah kali ketiga anak mama Rosa itu mencoba memanggil sang gadis nyatanya tetap bergeming. “Mbak, Maaf ya, tolong bisa pindah ke bagian dalam karena meja dan kursinya sementara mau dipindahin. Maaf untuk ketidaknyamanannya!” seru pria tersebut. tanpa sadar telapak tangannya masih belum beranjak dari bahu Helza. Agnes sontak terkesima melihat penampilan pria itu, yang masih mengenakan setelan khas habis menunaikan sholat fardhu. Ouh, tampan sekali! dalam hati gadis ayu itu berharap semoga saja pria ini masih jomblolillah. “Nes, bayar gih! Aku udah pen balik ke rumah sakit nie, kasihan oma, nanti nyariin aku kalau kelamaan di luar. Kalau ketahuan sama dokter jones itu aku salah lagi.” Hel

  • Bukan Pernikahan Biasa   Malam Yang Kelam

    Malam itu Helza menenteng sebuah paper bag di tangannya. Sebelum pergi ke apartemen Alman, dia menyempatkan diri untuk berbelanja ke sebuah supermarket, membeli beberapa makanan cepat saji untuk pria pujaannya. Rona bahagia begitu terlihat dari wajah ayu dengan manik coklat cerah laksana bulan sabit. Hidungnya bangir, bibir tipis Semerah buah cerry, tidak lupa ia tambahkan lipgloss pink agar terlihat tidak pucat. Kulitnya yang putih, di padukan dengan dres berwarna maron di atas lutut membuat penampilan Gadis berperawakan sintal itu semakin terpancar aura kecantikannya. Helza begitu bersemangat menapaki lorong apartemen. Sesekali senyum menawan terbit dari wajahnya, rasa rindu membuatnya segera ingin sampai di kediaman Alman. Saat akan memutar handle pintu, tiba-tiba Helza mendengar dua orang dengan percakapan serius. Gadis itu berdiri untuk beberapa detik memastikan tentang obrolan keduanya. "Tenang Bos, orang yang kita nantikan sedang menuju kemari. Sabar sedikit dong,

Latest chapter

  • Bukan Pernikahan Biasa   harapan Azam

    Azam bergegas turun dari ruangannya yang berada di lantai dua. Saat mendapat notifikasi Bahwa barang yang dia pesan dari Aceh sampai setelah ba'da isya. Langkah jangkung pria itu berhenti di rest area karena mendapati dua orang gadis, tengah duduk tidak jauh tepat dimana mobil truk akan parkir. Ini sudah kali ketiga anak mama Rosa itu mencoba memanggil sang gadis nyatanya tetap bergeming. “Mbak, Maaf ya, tolong bisa pindah ke bagian dalam karena meja dan kursinya sementara mau dipindahin. Maaf untuk ketidaknyamanannya!” seru pria tersebut. tanpa sadar telapak tangannya masih belum beranjak dari bahu Helza. Agnes sontak terkesima melihat penampilan pria itu, yang masih mengenakan setelan khas habis menunaikan sholat fardhu. Ouh, tampan sekali! dalam hati gadis ayu itu berharap semoga saja pria ini masih jomblolillah. “Nes, bayar gih! Aku udah pen balik ke rumah sakit nie, kasihan oma, nanti nyariin aku kalau kelamaan di luar. Kalau ketahuan sama dokter jones itu aku salah lagi.” Hel

  • Bukan Pernikahan Biasa   Siapa Dia

    Malam kembali menyapa, kala itu sang bumantara hadir dengan warna biru cerah di atas sana. Dengan gumpalan putih, yang mengelilingi di setiap sisi. Di ufuk timur ibu bulan mulai berteger dengan setia, seraya tersenyum meskipun senyumnya belum sepenuhnya terbit. Namun, tidak mengurangi sinar teduhnya. Di sebuah bangku taman rumah sakit, seorang gadis duduk dari sorot manik cokelat kosong, seolah tersirat beban yang begitu berat . Seperti bait kalimat yang tadi diucapkan Sonya, sang Oma. Tentang perjodohannya. Sekali lagi wanita paruh baya itu tampak kekeh dengan niatnya. Tadi waktu di dalam basal Oma Sonya sekali lagi meminta Helza untuk menemui pria itu. Anggap untuk perkenalan begitu katanya. Kalau cucunya itu bersedia. Maka dia akan menelepon Ibu dari si pria membuat schedule untuk berjumpa.Dilema. Tentu Helza rasakan, haruskan dia mengikuti permintaan dari Omanya? Mengorbankan sisa hidup bebas yang selalu dijalani. Memilih jadi gadis baik lagi penurut. Atau pergi dan abai saja ke

  • Bukan Pernikahan Biasa   Permintaan Mama Rossa

    "Ada obatnya, Nak?" intonasi bernada rendah nan lembut, itu milik seorang wanita berparas cantik. Walau di usianya yang sudah memasuki kepala lima lebih, beliu adalah Rossa Linda mamanya Azam "Ada Ma," jawab Azam sembari memperlihatkan kantong plastik di genggaman tangannya. Rosalinda tersenyum, keteduhan terlihat dari manik matanya yang sayu, tutur katanya lemah lembut, karakter seorang ibu begitu melekat padanya. Rossa Linda berjalan ke arah sang putra. Kemudian duduk di sofa tangannya, menepuk-nepuk sofa seolah meminta Azam ikutan untuk bergabung. "O ya, baju yang kemarin Mama minta mana? Apa Azam, lupa ambil di butik Bu Sonya? Padahal lusa rencananya mau dipakai ke pesta pernikahan anak teman Mama lo." Putranya itu meletakan kantong plastik. kemudian berkata,"Azam udah sampai sana, tapi ibu … itu mendadak pingsan. Akhirnya Azam bawa ke rumah sakit Sentra Hospital, dan mengenai baju Mama, lupa ambil karena buru-buru ke restoran. Maaf Ma," sesal pria tampan tersebut merasa bersa

  • Bukan Pernikahan Biasa   Siapa Dia, Wajahnya seperti familiar?

    Sayang, gimana kondisi Oma?" tanya Ferdi dengan nafas terengah-engah kepada istrinya, yang kebetulan sedang duduk berdampingan dengan Helza.Ketika mendengar kabar, Ferdi masih dalam keadaan meeting dan buru-buru langsung ke rumah sakit. Dengan memacu kuda besi yang tidak lagi ia sadari berapa kecepatan jarak tempuh. Sayangnya jalanan masih dengan drama yang sama setiap hari ya itu, kemacetan yang sulit diurai. Maka langkah Suami Shiza itu semakin terkendala saja."Kata Dokter Arfian, sekarang Oma udah nggak papa sih, Mas. Alhamdulillahnya tadi ada pria baik yang segera bawa Oma ke sini." Senyum menawan kembali hadir setelah sepersekian jam sirna akibat rasa takut yang mendera istri Ferdi tersebut. "Pria baik. Apa jangan-jangan calon adik ipar, yang selama ini tengah kita nantikan kehadirannya, untuk mengobati luka tak berdarah seseorang. ya kan, sayang," kata Ferdi sejurus dengan tatapannya yang mengarah ke Helza.Helza melengos seakan tidak suka. Dengan kalimat yang barusan Ferdi u

  • Bukan Pernikahan Biasa   Kabar Serta Keseriusan Oma Sonya

    Setelah panggilan berakhir Helza langsung terdiam seolah waktu pun berhenti berputar. Saat otaknya memaksa untuk kembali mengingat perkataan sang kakak barusan. Ini bukan lelucon atau Shiza tengah ngeprank kaya biasanya kan? Untuk membuat jantung adiknya itu bekerja dengan extra. Seketika gadis itu menyambar handuk, ia ingin segera menanyakan perihal pernikahan dadakan itu kepada sang oma. Surang dari satu jam Helza sudah berpenampilan cantik dengan dres selutut berwarna marun melekat di tubuhnya. 'Aku harus mendengar langsung dari oma, apa perkataan kakak tadi benar?'Adik bungsu Shiza itu menyambar tas selempang yang dia buang sembarang tadi malam. Dan memasukan ponsel serta merogoh hand sanitizer apa masih ada di dalam tas. Setelah memastikan semuanya ada, Lalu Helza segera mengenakan masker, sudah setahun dunia dilanda kecemasan. Akibat wabah covid 19 yang tidak kunjung usai begitu juga dengan Helza, harus terus proteksi dalam menjaga kesehatan dengan tetap mematuhi protokol y

  • Bukan Pernikahan Biasa   Menikah?

    "Nak, bantu Oma dong. Setiap hari kerjaannya keluyuran terus mau sampai kapan begini?" Oma Sonya menyibak bedcover bermotif bunga lili yang menyelimuti separuh tubuh Helza, Omanya itu terus berusaha membangunkan cucu kesayangannya. Ini bukan kali pertama sang Oma dibuat pusing dengan sikap si bungsu. Kalau diajak bicara selalu diam, rutinitasnya Setiap hari keluar dan pulang juga nggak tahu kapan? Setelah dua tahun belakangan Helza seperti tidak terkendali."Besok aja ya Oma, Za bantu. Sekarang biarin aku istirahat." Gadis itu kembali menarik selimutnya "Tapi Za, Oma ini kerepotan Lo. Butik lagi ramai dan Oma itu kekurangan kariawan," ucap Oma Sonya meminta pengertian dari sang cucu. Ternyata Helza telah kembali ke alam mimpi saat sang Oma berceloteh. Kemungkinan gadis itu mengira kalau Omanya tangah mendongeng sehingga ia kembali tertidur, ditambah hangatnya pulau kapuk yang saat ini tengah musim penghujan. "Za …." Panggilnya lagi. Wanita dengan jilbab pasmina berwa

  • Bukan Pernikahan Biasa   Malam Yang Kelam

    Malam itu Helza menenteng sebuah paper bag di tangannya. Sebelum pergi ke apartemen Alman, dia menyempatkan diri untuk berbelanja ke sebuah supermarket, membeli beberapa makanan cepat saji untuk pria pujaannya. Rona bahagia begitu terlihat dari wajah ayu dengan manik coklat cerah laksana bulan sabit. Hidungnya bangir, bibir tipis Semerah buah cerry, tidak lupa ia tambahkan lipgloss pink agar terlihat tidak pucat. Kulitnya yang putih, di padukan dengan dres berwarna maron di atas lutut membuat penampilan Gadis berperawakan sintal itu semakin terpancar aura kecantikannya. Helza begitu bersemangat menapaki lorong apartemen. Sesekali senyum menawan terbit dari wajahnya, rasa rindu membuatnya segera ingin sampai di kediaman Alman. Saat akan memutar handle pintu, tiba-tiba Helza mendengar dua orang dengan percakapan serius. Gadis itu berdiri untuk beberapa detik memastikan tentang obrolan keduanya. "Tenang Bos, orang yang kita nantikan sedang menuju kemari. Sabar sedikit dong,

DMCA.com Protection Status