Share

Bukan Pernikahan Biasa
Bukan Pernikahan Biasa
Penulis: Wahyu Darkasih

Malam Yang Kelam

Penulis: Wahyu Darkasih
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Malam itu Helza menenteng sebuah paper bag di tangannya. Sebelum pergi ke apartemen Alman, dia menyempatkan diri untuk berbelanja ke sebuah supermarket, membeli beberapa makanan cepat saji untuk pria pujaannya. Rona bahagia begitu terlihat dari wajah ayu dengan manik coklat cerah laksana bulan sabit. Hidungnya bangir, bibir tipis Semerah buah cerry, tidak lupa ia tambahkan lipgloss pink agar terlihat tidak pucat. Kulitnya yang putih, di padukan dengan dres berwarna maron di atas lutut membuat penampilan Gadis berperawakan sintal itu semakin terpancar aura kecantikannya. Helza begitu bersemangat menapaki lorong apartemen. Sesekali senyum menawan terbit dari wajahnya, rasa rindu membuatnya segera ingin sampai di kediaman Alman.

Saat akan memutar handle pintu, tiba-tiba Helza mendengar dua orang dengan percakapan serius. Gadis itu berdiri untuk beberapa detik memastikan tentang obrolan keduanya.

"Tenang Bos, orang yang kita nantikan sedang menuju kemari. Sabar sedikit dong, kalau dia dijamin bisa bikin Bos puas, soalnya masih virgin," Kata Alman pelan, tetapi nyatanya suara pria itu bisa didengar sampai ke luar.

Helza masih setia berdiri di ambang pintu apartemen. Sesekali ia mendekatkan daun telinga karena penasaran, semakin kesini obrolan itu seakan sebuah kesepakatan.

"Dengar Alman, gue nggak suka dibohongi. Dan kalau sampai itu terjadi, Lo pasti tahu apa akibatnya!"

Gadis bungsu dari dua bersaudara itu sudah tidak tahan. dan ingin segera memastikan, Kesungguhan dari perkataan sang pacar. Dan akhirnya ia memutuskan untuk memutar knop pintu, tentu setelah mengumpulkan segenap keberanian.

"Ini dia Bos, aku nggak bohongkan?" Alman menarik paksa Helza. Sehingga paper bag, itu jatuh dan membuat isi di dalamnya berserakan di lantai.

"Alman!" jerit Helza histeris. "Alman apa-apaan ini? Kembali jangan tinggalin aku sendiri!" ronta Helza karena tangannya sudah di cekal oleh Dodi, sesaat pria itu langsung mengambil alih mengetahui kalau Helza akan ikut keluar mengejar Alman dia seketika memegangi tangan Helza.

Gadis itu terlihat sangat syok saat mengetahui kalau ia bukannya akan berkencan dengan sang kekasih, melainkan telah dijual kepada seorang pria hidung belang. Pria berperawakan jangkung itu seolah tidak menghiraukan tangis pilu kekasihnya. Karena berlalu begitu saja.

Pantas siang tadi ia mengirim pesan chatting minta Helza tampil cantik. Padahal biasanya Alman tidak pernah meminta apapun dari dari penampilan sang pacar, ternyata untuk menarik perhatian seorang lelaki buaya seperti Dodi.

"Selamat bersenang-senang Bos, nikmati kejutan yang sudah kuberikan dengan begini hutangku lunas bukan?" tanya Alman sembari berlalu meninggalkan Helza dan Dodi di dalam unit apartemen. di tangannya tampak amplop kuning, Helza yakin itu adalah uang bayaran.

Sementara pria itu menyeringai dan siap untuk memulai aksi bejatnya. Tidak peduli dengan permohonan Helza yang begitu memelas.

Breat!

Dres Helza terjadi sobekan di bagian belakang. Karena ditarik paksa oleh Dodi, saat ia akan beranjak dari sofa, bahkan tubuhnya nyaris terhuyung.

"Hai Sundal … jangan sok suci! Ingat aku sudah membayarmu mahal, jadi nikmati saja permainan ini! "

Plak!

"Jaga sikap Anda. Jangan kurang ajar! Saya bukan seperti wanita yang kau tuduhkan!" pekik Helza kini hawa panas menjalar di area pipinya,

sungguh tamparan Dodi telah menyadarkannya, ternyata dia sudah salah menilai Alman selama ini. Bahkan pria itu sudah membuatnya dalam situasi sekarang sampai Dodi mengira dia seorang wanita pangilan.

'Alman sialan!' batin Helza berkecemuk

Hahahaha!

hahahaha!

Pria itu tertawa begitu keras. Sampai membuat Helza bergidik, seakan ia tengah mencemooh perkataan Helza. Bahkan semakin berani untuk memulai aksi, menarik Helza ke sisinya. Beruntung Helza mendapati botol di meja, dengan cepat ia pukulkan ke kepala pria itu. setelah melihat Doni sempoyongan Helza kemudian berusaha melarikan diri. Sayangnya ia malah dikejar tiga kawanan bodyguard. Yang kemungkinan anak buah Dodi.

"Noh … rasain semoga ko'it! Biar berkurang satu, orang model kaya Lo, yang menganggap wanita hanya sebagai bahan jaminan!" Helza sempat-sempatnya mengumpat, sesudah meninggalkan pria tadi dalam keadaan tidak sadarkan diri karena pingsan setelah kepalanya terkena pukulan botol minuman.

Seorang gadis berlari tergopoh. Setelah berhasil keluar dari salah satu unit apartemen Nafasnya kian memburu karena rasa takut, karena dikejar oleh tiga orang bodyguard. Helza mempercepat langkahnya untuk mencari tempat untuk bersembunyi. Sesaat netra kecoklatan itu membulat saat mengetahui kalau beberapa bodyguard telah begitu dekat jaraknya dengan dia. Merasa terdesak Helza memutuskan masuk ke dalam sebuah bagasi mobil yang tidak jauh posisinya kebetulan dalam kondisi tidak terkunci.

"Cari jangan sampai dia lolos! Gue yakin, dia masih ada di sekitaran sini!"

Salah seorang bodyguard bertubuh tambun itu tampak berjalan semakin dekat kerah mobil dimana Helza berada. Tentu hal itu membuat Helza merasa kian cemas. Apa mungkin kalau mobil yang Helza naiki milik pria itu. Jantung adik Shiza itu berdetak berkali lipat dari sebelumnya, di campur keringat dingin yang terus mengalir deras. Kini ketakutan benar-benar mendera, beruntung ketiga pria berbadan kekar itu pergi menjauh setelah menerima panggilan telepon.

"Huft … untung selamat!" Seru Helza sesegera mungkin untuk keluar dari bagasi mobil. Sebelum pemiliknya kembali.

Tidak bisa diungkap melalui kata kejadian malam itu begitu menyayat hati Helza dan menorehkan luka. Alman seorang kekasih, tega menyerahkan cintanya untuk dinikmati pria hidung belang hanya untuk menutupi hutang. Sedangkan Helza tidak sedikitpun menaruh curiga, pasalnya mereka berhubungan sudah lebih dari 3 tahun.

"Alman brengsek!" maki gadis cantik tersebut begitu pun Air jernih terus saja mengalir dari matanya, masih segar dalam ingatan, kejadian tadi seolah berputar seperti vidio. Berlomba, saling memaksa untuk di tayangkan kembali dalam ingatan.

Yang lebih menyakitkan hati Helza, Alman meninggalkannya begitu saja di dalam apartemen. Sama sekali tidak peduli, selama ini Helza begitu mencintai prianya. Bahkan rela memberikan materi tanpa sepengetahuan Sonya. Tetapi kenyataan pahit harus dia alami. Helza berjalan dengan langkah terseok. Mulai saat itu Helza berjanji pada dirinya sendiri, setelah ini ia akan menutup hati untuk pria manapun. Karena tidak ingin mengulang pengalaman memilukan di kemudian hari. pada akhirnya ketulusan serta ke naifan-nya membawa bencana, yang tidak pernah terbayangkan.

Helza melihat tangan kirinya. di sana ada emas imitasi yang beberapa bulan lalu Arman sematkan. katanya cincin itu bukti cinta pria itu, tapi malam ini perbuatannya sudah membuktikan siapa sebenarnya dia.

"Lihat aja, aku nggak akan memaafkan kamu gitu aja Ar!" cincin berwarna perak itu Helza lepas dari jari manisnya. di buang ke sembarang arah, tampaknya cucu Oma Sonya itu benar-benar akan membuang segala hal tentang sang mantan.

Benarkah semenjak kejadian itu Helza Akan mengubur kisah cintanya, dan tidak menerima pria mana pun di masa mendatang?

Bab terkait

  • Bukan Pernikahan Biasa   Menikah?

    "Nak, bantu Oma dong. Setiap hari kerjaannya keluyuran terus mau sampai kapan begini?" Oma Sonya menyibak bedcover bermotif bunga lili yang menyelimuti separuh tubuh Helza, Omanya itu terus berusaha membangunkan cucu kesayangannya. Ini bukan kali pertama sang Oma dibuat pusing dengan sikap si bungsu. Kalau diajak bicara selalu diam, rutinitasnya Setiap hari keluar dan pulang juga nggak tahu kapan? Setelah dua tahun belakangan Helza seperti tidak terkendali."Besok aja ya Oma, Za bantu. Sekarang biarin aku istirahat." Gadis itu kembali menarik selimutnya "Tapi Za, Oma ini kerepotan Lo. Butik lagi ramai dan Oma itu kekurangan kariawan," ucap Oma Sonya meminta pengertian dari sang cucu. Ternyata Helza telah kembali ke alam mimpi saat sang Oma berceloteh. Kemungkinan gadis itu mengira kalau Omanya tangah mendongeng sehingga ia kembali tertidur, ditambah hangatnya pulau kapuk yang saat ini tengah musim penghujan. "Za …." Panggilnya lagi. Wanita dengan jilbab pasmina berwa

  • Bukan Pernikahan Biasa   Kabar Serta Keseriusan Oma Sonya

    Setelah panggilan berakhir Helza langsung terdiam seolah waktu pun berhenti berputar. Saat otaknya memaksa untuk kembali mengingat perkataan sang kakak barusan. Ini bukan lelucon atau Shiza tengah ngeprank kaya biasanya kan? Untuk membuat jantung adiknya itu bekerja dengan extra. Seketika gadis itu menyambar handuk, ia ingin segera menanyakan perihal pernikahan dadakan itu kepada sang oma. Surang dari satu jam Helza sudah berpenampilan cantik dengan dres selutut berwarna marun melekat di tubuhnya. 'Aku harus mendengar langsung dari oma, apa perkataan kakak tadi benar?'Adik bungsu Shiza itu menyambar tas selempang yang dia buang sembarang tadi malam. Dan memasukan ponsel serta merogoh hand sanitizer apa masih ada di dalam tas. Setelah memastikan semuanya ada, Lalu Helza segera mengenakan masker, sudah setahun dunia dilanda kecemasan. Akibat wabah covid 19 yang tidak kunjung usai begitu juga dengan Helza, harus terus proteksi dalam menjaga kesehatan dengan tetap mematuhi protokol y

  • Bukan Pernikahan Biasa   Siapa Dia, Wajahnya seperti familiar?

    Sayang, gimana kondisi Oma?" tanya Ferdi dengan nafas terengah-engah kepada istrinya, yang kebetulan sedang duduk berdampingan dengan Helza.Ketika mendengar kabar, Ferdi masih dalam keadaan meeting dan buru-buru langsung ke rumah sakit. Dengan memacu kuda besi yang tidak lagi ia sadari berapa kecepatan jarak tempuh. Sayangnya jalanan masih dengan drama yang sama setiap hari ya itu, kemacetan yang sulit diurai. Maka langkah Suami Shiza itu semakin terkendala saja."Kata Dokter Arfian, sekarang Oma udah nggak papa sih, Mas. Alhamdulillahnya tadi ada pria baik yang segera bawa Oma ke sini." Senyum menawan kembali hadir setelah sepersekian jam sirna akibat rasa takut yang mendera istri Ferdi tersebut. "Pria baik. Apa jangan-jangan calon adik ipar, yang selama ini tengah kita nantikan kehadirannya, untuk mengobati luka tak berdarah seseorang. ya kan, sayang," kata Ferdi sejurus dengan tatapannya yang mengarah ke Helza.Helza melengos seakan tidak suka. Dengan kalimat yang barusan Ferdi u

  • Bukan Pernikahan Biasa   Permintaan Mama Rossa

    "Ada obatnya, Nak?" intonasi bernada rendah nan lembut, itu milik seorang wanita berparas cantik. Walau di usianya yang sudah memasuki kepala lima lebih, beliu adalah Rossa Linda mamanya Azam "Ada Ma," jawab Azam sembari memperlihatkan kantong plastik di genggaman tangannya. Rosalinda tersenyum, keteduhan terlihat dari manik matanya yang sayu, tutur katanya lemah lembut, karakter seorang ibu begitu melekat padanya. Rossa Linda berjalan ke arah sang putra. Kemudian duduk di sofa tangannya, menepuk-nepuk sofa seolah meminta Azam ikutan untuk bergabung. "O ya, baju yang kemarin Mama minta mana? Apa Azam, lupa ambil di butik Bu Sonya? Padahal lusa rencananya mau dipakai ke pesta pernikahan anak teman Mama lo." Putranya itu meletakan kantong plastik. kemudian berkata,"Azam udah sampai sana, tapi ibu … itu mendadak pingsan. Akhirnya Azam bawa ke rumah sakit Sentra Hospital, dan mengenai baju Mama, lupa ambil karena buru-buru ke restoran. Maaf Ma," sesal pria tampan tersebut merasa bersa

  • Bukan Pernikahan Biasa   Siapa Dia

    Malam kembali menyapa, kala itu sang bumantara hadir dengan warna biru cerah di atas sana. Dengan gumpalan putih, yang mengelilingi di setiap sisi. Di ufuk timur ibu bulan mulai berteger dengan setia, seraya tersenyum meskipun senyumnya belum sepenuhnya terbit. Namun, tidak mengurangi sinar teduhnya. Di sebuah bangku taman rumah sakit, seorang gadis duduk dari sorot manik cokelat kosong, seolah tersirat beban yang begitu berat . Seperti bait kalimat yang tadi diucapkan Sonya, sang Oma. Tentang perjodohannya. Sekali lagi wanita paruh baya itu tampak kekeh dengan niatnya. Tadi waktu di dalam basal Oma Sonya sekali lagi meminta Helza untuk menemui pria itu. Anggap untuk perkenalan begitu katanya. Kalau cucunya itu bersedia. Maka dia akan menelepon Ibu dari si pria membuat schedule untuk berjumpa.Dilema. Tentu Helza rasakan, haruskan dia mengikuti permintaan dari Omanya? Mengorbankan sisa hidup bebas yang selalu dijalani. Memilih jadi gadis baik lagi penurut. Atau pergi dan abai saja ke

  • Bukan Pernikahan Biasa   harapan Azam

    Azam bergegas turun dari ruangannya yang berada di lantai dua. Saat mendapat notifikasi Bahwa barang yang dia pesan dari Aceh sampai setelah ba'da isya. Langkah jangkung pria itu berhenti di rest area karena mendapati dua orang gadis, tengah duduk tidak jauh tepat dimana mobil truk akan parkir. Ini sudah kali ketiga anak mama Rosa itu mencoba memanggil sang gadis nyatanya tetap bergeming. “Mbak, Maaf ya, tolong bisa pindah ke bagian dalam karena meja dan kursinya sementara mau dipindahin. Maaf untuk ketidaknyamanannya!” seru pria tersebut. tanpa sadar telapak tangannya masih belum beranjak dari bahu Helza. Agnes sontak terkesima melihat penampilan pria itu, yang masih mengenakan setelan khas habis menunaikan sholat fardhu. Ouh, tampan sekali! dalam hati gadis ayu itu berharap semoga saja pria ini masih jomblolillah. “Nes, bayar gih! Aku udah pen balik ke rumah sakit nie, kasihan oma, nanti nyariin aku kalau kelamaan di luar. Kalau ketahuan sama dokter jones itu aku salah lagi.” Hel

Bab terbaru

  • Bukan Pernikahan Biasa   harapan Azam

    Azam bergegas turun dari ruangannya yang berada di lantai dua. Saat mendapat notifikasi Bahwa barang yang dia pesan dari Aceh sampai setelah ba'da isya. Langkah jangkung pria itu berhenti di rest area karena mendapati dua orang gadis, tengah duduk tidak jauh tepat dimana mobil truk akan parkir. Ini sudah kali ketiga anak mama Rosa itu mencoba memanggil sang gadis nyatanya tetap bergeming. “Mbak, Maaf ya, tolong bisa pindah ke bagian dalam karena meja dan kursinya sementara mau dipindahin. Maaf untuk ketidaknyamanannya!” seru pria tersebut. tanpa sadar telapak tangannya masih belum beranjak dari bahu Helza. Agnes sontak terkesima melihat penampilan pria itu, yang masih mengenakan setelan khas habis menunaikan sholat fardhu. Ouh, tampan sekali! dalam hati gadis ayu itu berharap semoga saja pria ini masih jomblolillah. “Nes, bayar gih! Aku udah pen balik ke rumah sakit nie, kasihan oma, nanti nyariin aku kalau kelamaan di luar. Kalau ketahuan sama dokter jones itu aku salah lagi.” Hel

  • Bukan Pernikahan Biasa   Siapa Dia

    Malam kembali menyapa, kala itu sang bumantara hadir dengan warna biru cerah di atas sana. Dengan gumpalan putih, yang mengelilingi di setiap sisi. Di ufuk timur ibu bulan mulai berteger dengan setia, seraya tersenyum meskipun senyumnya belum sepenuhnya terbit. Namun, tidak mengurangi sinar teduhnya. Di sebuah bangku taman rumah sakit, seorang gadis duduk dari sorot manik cokelat kosong, seolah tersirat beban yang begitu berat . Seperti bait kalimat yang tadi diucapkan Sonya, sang Oma. Tentang perjodohannya. Sekali lagi wanita paruh baya itu tampak kekeh dengan niatnya. Tadi waktu di dalam basal Oma Sonya sekali lagi meminta Helza untuk menemui pria itu. Anggap untuk perkenalan begitu katanya. Kalau cucunya itu bersedia. Maka dia akan menelepon Ibu dari si pria membuat schedule untuk berjumpa.Dilema. Tentu Helza rasakan, haruskan dia mengikuti permintaan dari Omanya? Mengorbankan sisa hidup bebas yang selalu dijalani. Memilih jadi gadis baik lagi penurut. Atau pergi dan abai saja ke

  • Bukan Pernikahan Biasa   Permintaan Mama Rossa

    "Ada obatnya, Nak?" intonasi bernada rendah nan lembut, itu milik seorang wanita berparas cantik. Walau di usianya yang sudah memasuki kepala lima lebih, beliu adalah Rossa Linda mamanya Azam "Ada Ma," jawab Azam sembari memperlihatkan kantong plastik di genggaman tangannya. Rosalinda tersenyum, keteduhan terlihat dari manik matanya yang sayu, tutur katanya lemah lembut, karakter seorang ibu begitu melekat padanya. Rossa Linda berjalan ke arah sang putra. Kemudian duduk di sofa tangannya, menepuk-nepuk sofa seolah meminta Azam ikutan untuk bergabung. "O ya, baju yang kemarin Mama minta mana? Apa Azam, lupa ambil di butik Bu Sonya? Padahal lusa rencananya mau dipakai ke pesta pernikahan anak teman Mama lo." Putranya itu meletakan kantong plastik. kemudian berkata,"Azam udah sampai sana, tapi ibu … itu mendadak pingsan. Akhirnya Azam bawa ke rumah sakit Sentra Hospital, dan mengenai baju Mama, lupa ambil karena buru-buru ke restoran. Maaf Ma," sesal pria tampan tersebut merasa bersa

  • Bukan Pernikahan Biasa   Siapa Dia, Wajahnya seperti familiar?

    Sayang, gimana kondisi Oma?" tanya Ferdi dengan nafas terengah-engah kepada istrinya, yang kebetulan sedang duduk berdampingan dengan Helza.Ketika mendengar kabar, Ferdi masih dalam keadaan meeting dan buru-buru langsung ke rumah sakit. Dengan memacu kuda besi yang tidak lagi ia sadari berapa kecepatan jarak tempuh. Sayangnya jalanan masih dengan drama yang sama setiap hari ya itu, kemacetan yang sulit diurai. Maka langkah Suami Shiza itu semakin terkendala saja."Kata Dokter Arfian, sekarang Oma udah nggak papa sih, Mas. Alhamdulillahnya tadi ada pria baik yang segera bawa Oma ke sini." Senyum menawan kembali hadir setelah sepersekian jam sirna akibat rasa takut yang mendera istri Ferdi tersebut. "Pria baik. Apa jangan-jangan calon adik ipar, yang selama ini tengah kita nantikan kehadirannya, untuk mengobati luka tak berdarah seseorang. ya kan, sayang," kata Ferdi sejurus dengan tatapannya yang mengarah ke Helza.Helza melengos seakan tidak suka. Dengan kalimat yang barusan Ferdi u

  • Bukan Pernikahan Biasa   Kabar Serta Keseriusan Oma Sonya

    Setelah panggilan berakhir Helza langsung terdiam seolah waktu pun berhenti berputar. Saat otaknya memaksa untuk kembali mengingat perkataan sang kakak barusan. Ini bukan lelucon atau Shiza tengah ngeprank kaya biasanya kan? Untuk membuat jantung adiknya itu bekerja dengan extra. Seketika gadis itu menyambar handuk, ia ingin segera menanyakan perihal pernikahan dadakan itu kepada sang oma. Surang dari satu jam Helza sudah berpenampilan cantik dengan dres selutut berwarna marun melekat di tubuhnya. 'Aku harus mendengar langsung dari oma, apa perkataan kakak tadi benar?'Adik bungsu Shiza itu menyambar tas selempang yang dia buang sembarang tadi malam. Dan memasukan ponsel serta merogoh hand sanitizer apa masih ada di dalam tas. Setelah memastikan semuanya ada, Lalu Helza segera mengenakan masker, sudah setahun dunia dilanda kecemasan. Akibat wabah covid 19 yang tidak kunjung usai begitu juga dengan Helza, harus terus proteksi dalam menjaga kesehatan dengan tetap mematuhi protokol y

  • Bukan Pernikahan Biasa   Menikah?

    "Nak, bantu Oma dong. Setiap hari kerjaannya keluyuran terus mau sampai kapan begini?" Oma Sonya menyibak bedcover bermotif bunga lili yang menyelimuti separuh tubuh Helza, Omanya itu terus berusaha membangunkan cucu kesayangannya. Ini bukan kali pertama sang Oma dibuat pusing dengan sikap si bungsu. Kalau diajak bicara selalu diam, rutinitasnya Setiap hari keluar dan pulang juga nggak tahu kapan? Setelah dua tahun belakangan Helza seperti tidak terkendali."Besok aja ya Oma, Za bantu. Sekarang biarin aku istirahat." Gadis itu kembali menarik selimutnya "Tapi Za, Oma ini kerepotan Lo. Butik lagi ramai dan Oma itu kekurangan kariawan," ucap Oma Sonya meminta pengertian dari sang cucu. Ternyata Helza telah kembali ke alam mimpi saat sang Oma berceloteh. Kemungkinan gadis itu mengira kalau Omanya tangah mendongeng sehingga ia kembali tertidur, ditambah hangatnya pulau kapuk yang saat ini tengah musim penghujan. "Za …." Panggilnya lagi. Wanita dengan jilbab pasmina berwa

  • Bukan Pernikahan Biasa   Malam Yang Kelam

    Malam itu Helza menenteng sebuah paper bag di tangannya. Sebelum pergi ke apartemen Alman, dia menyempatkan diri untuk berbelanja ke sebuah supermarket, membeli beberapa makanan cepat saji untuk pria pujaannya. Rona bahagia begitu terlihat dari wajah ayu dengan manik coklat cerah laksana bulan sabit. Hidungnya bangir, bibir tipis Semerah buah cerry, tidak lupa ia tambahkan lipgloss pink agar terlihat tidak pucat. Kulitnya yang putih, di padukan dengan dres berwarna maron di atas lutut membuat penampilan Gadis berperawakan sintal itu semakin terpancar aura kecantikannya. Helza begitu bersemangat menapaki lorong apartemen. Sesekali senyum menawan terbit dari wajahnya, rasa rindu membuatnya segera ingin sampai di kediaman Alman. Saat akan memutar handle pintu, tiba-tiba Helza mendengar dua orang dengan percakapan serius. Gadis itu berdiri untuk beberapa detik memastikan tentang obrolan keduanya. "Tenang Bos, orang yang kita nantikan sedang menuju kemari. Sabar sedikit dong,

DMCA.com Protection Status