Setelah kedua orang tua Kak Mila datang, Yati pamit dan kembali ke rumah Bu Sarti.Sebelum pulang kedua orang tua Kak Mila menghampiri untuk mengucapkan terima kasih. Tidak lupa mereka meminta maaf atas perlakuan Kak Mila selama ini kepadaku. Kejiwaan Kak Mila benar-benar terganggu bahkan melihat Ayah kandungnya dia menjerit ketakutan. Setelah itu tertawa tanpa sebab lalu menangis. Kak Mila terpaksa menjadi penghuni rumah sakit jiwa karena kalau sudah mengamuk cukup membahayakan orang di sekitarnya.🌼🌼🌼🌼Hari-hariku berjalan seperti biasa lagi, berjualan kue melalui online dan aku sudah menyelesaikan kursus memasak kue. Alhamdulillah sudah mulai banyak yang order.Sedikit demi sedikit aku sudah mulai bisa menabung.“Yati ... Yati,” panggil Bu Anik saat aku melewati depan rumahnya.Mau apa lagi, sih, Ibu ini ..., ucapku dalam hati.“Bisa masuk sebentar, Yati,” ucap Bu Anik dengan lembut.Aku kaget tumben sekali berbicara lembut seperti itu, biasanya kasar dan ketus."Ada apa, Bu?"
Yati mengendarai sepeda motor dengan hati yang berbunga-bunga, seperti biasa sebelum pulang Yati ke pasar dulu untuk membeli bahan untuk pesanan Bu Anik, padahal sebelumnya Yati merasa malas menerima orderan dari Bu Anik, tetapi karena suasana hatinya tengah bersukacita, semua dilakukan dengan hati riang dan gembira.Setelah mengubek-ubek pasar dan semua bahan udah lengkap, Yati berencana untuk segera pulang. Saat ingin menuju tempat parkir, Yati melewati toko kosmetik, wanita itu berhenti sebentar. Ada keraguan di hatinya untuk mampir, tetapi karena ingin tampil cantik dia mendekati pegawai kosmetik untuk bertanya.Setelah berbicara dengan pegawai wanita, Yati membeli lulur yang katanya bisa buat kulit lebih bersih dan cerah. Ia juga membeli satu paket perawatan krim malam dan siang yang iklannya sering muncul di TV. Yati merasa geli sendiri lihat tingkahnya. Dulu dia tidak memedulikan penampilan, tetapi saat ini, Yati selalu ingin tampil cantik.*****Bu Anik meminta pesanannya dia
"Assalamualaikum, Yati," ucap Bu Anik ketika sampai di depan pintu rumah Bu Sarti."Waalaikumsalam, Bu, silakan masuk.” Yati yang tengah berada di ruang tamu, melangkah keluar lalu membuka pintu."Yati, Ibu mau bayar pesanan waktu akikah anak Arjuna." Bu Anik tanpa basa-basi langsung bicara ke pokok permasalahan."Alhamdulillah, Bu.” Yati senang."Ibu nawar, ya, Yati, ini lima ratus ribu aja, ya.” Ia menyodorkan lima lembar uang pecahan seratus ribuan."Loh, Bu, ‘kan delapan ratus ribu seharusnya." Yati tak segera menerima uang begitu saja. "Itu, loh, Yati, kata Linda donatnya keras, nggak enak jadi minta diskon saja, lagian, kan, ituu anak Arjuna mantan suami kamu, masa nggak ada diskon?” Bu Anik pintar sekali berkelit."Maaf, nggak bisa, Bu harus tetap bayar delapan ratus ribu. Kalau kayak gini, saya rugi, Bu.” Yati menarik napas dalam, mencoba menyabarkan hati yang mulai panas."Yati, seharusnya kamu bersyukur Ibu sudah pesan di kamu daripada tidak ada yang pesan.” Dengan entengn
Allaahu Akbar, Allaahu AkbarAsyhadu allaa illaaha illallaah.Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah.Hayya 'alashshalaahHayya 'alalfalaah.Allaahu Akbar, Allaahu AkbarLaa ilaaha illallaahAsh-shalaatu khairum minan-nauumAzan Subuh telah berkumandang, menandakan seruan kepada umat muslim untuk segera melaksanakan kewajiban dua rakaatnya, sebelum memulai hari agar senantiasa mendapatkan perlindungan dari Sang Khalik. Yati segera bangun dan menuju kamar mandi untuk berwudu.Setelah menunaikan salat, Yati menyempatkan untuk membaca ayat suci Alquran dan berkirim doa untuk kedua orang tuannya yang telah tiada.Selesai melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim, Yati langsung menyelesaikan orderan kue yang telah dipesan kepadanya termasuk pesanan Ibrahim juga tentunya.***Waktu menunjukkan pukul 12.30 siang hari. Semua pesanan telah diantar kecuali punya Ibrahim. Yati memacu sepeda motornya dengan kecepatan normal padahal dia sedikit terlambat dari waktu yang dijanjikan untuk mengantar k
Yati berteriak histeris dengan mulut dibekap, bajunya dirobek paksa. Di saat bersamaan, suara teriakan Mbok Darmi terdengar dari kamar belakang.Yati menangis. Akankah dia bisa melihat matahari esok pagi. Terbayang wajah mendiang kedua orang tuanya, terbayang wajah Ibrahim dan khawatir apa yang terjadi dengan Bu Sarti dan Mbok Darmi.Pintu berhasil didobrak paksa warga. Para pelaku berlari ke arah belakang rumah. Listrik berhasil dinyalakan kembali oleh warga.Yati tergeletak syok, lemas, dan hampir kehabisan napas dengan apa yang terjadi beberapa warga menutupi tubuhnya dengan kain."Astagfirullah Alaziem..Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un,” ucap beberapa warga di ruang tamu.Yati mengumpulkan tenaga untuk bangkit dibantu oleh salah satu warga. Yati berjalan ke arah ruang tamu.Darah bersimbah, berasal dari tubuh Bu Sarti yang tergeletak tak berdaya."Ibuuu!" teriak Yati histeris.Yati mendekap tubuh Bu Sarti yang sudah terkulai lemas."Ibu, bangun, Bu.” Air mata sudah membasahi pi
Yati menangis pilu meratapi musibah demi musibah yang menimpanya. Teringat akan kebaikan Bu Sarti, malam sebelum kejadian entah mengapa dia ingin terus memeluk Bu Sarti ternyata itulah pelukan terakhir dari seorang ibu."Ibuuu ... Yati kangen Ibu," rintihnya sambil meringkuk menangis di tempat tidur.Bripda Anton mengetuk lalu masuk ke kamar Yati memastikannya baik-baik saja."Maaf, Bu Yati baik-baik saja?" Yati hanya menangis pilu"Apa perlu saya panggilkan perawat?" tanyanya lagi."Tidak perlu, Pak, saya baik-baik saja," ucap Yati menyeka air matanya yang tidak henti mengalir seolah-olah berlomba ingin keluar.Bripda Anton memberikan tisu kepada Yati untuk menyeka air matanya."Ada yang bisa saya bantu, Bu?” tanya Bripda Anton."Tidak ada, Pak,” ucap Yati sambil menggeleng lemah."Oh, baik, Bu, saya di depan, ya, Ibu Yati tidak perlu khawatir sekarang istirahat saja biar kondisinya cepat membaik,” ucap Bripda Anton prihatin."Pak apakah pelakunya sudah ditangkap?” tanya Yati."Belum
Malam ini Nadya bermimpi. Dia menangis memanggil-manggil ibunya."Nad, kamu kenapa?""Nadya mimpi, Kak, ketemu sama Ibu, Nadya panggil tetapi Ibu tidak mendengar,” ucap Nadya sedih.Yati melihat jam dua dini hari."Nad, yuk, salat Tahajud. Kita doakan Ibu dan berdoa agar pelakunya cepat ketemu.”" Iya, Kak."Mereka berdua mengambil air wudu dan melaksanakan salat Tahajud. Setelah selesai salat, Nadya melanjutkan tidurnya dan Yati membaca kitab suci Al Quran.Yati berdoa agar almarhum Bu Sarti tenang di sana dan pelakunya segera terungkap serta mendapat hukuman setimpal.***Saat Yati dan Nadya lagi sarapan nasi uduk yang dibeli di dekat mereka tinggal. Pak RT dan tiga orang polisi datang termasuk di antaranya Bripda Anton."Assalamualaikum," ucap Pak RT."Waalaikumsalam,” jawab Yati dan Nadya berbarengan."Nak Yati dan Nak Nadya, ada yang ingin disampaikan oleh bapak-bapak polisi ini."Yati mempersilakan tamu duduk di ruang tamu yang tersedia. Mereka semua duduk di ruang tamu"Bu Yati
Kini menatap Yati saja Bu Anik tidak mampu hanya bisa menangis dan menunduk menahan sakit dan penyesalan disisa umurnya."Ibu, Yati pamit pulang, sekali lagi Yati minta maaf," ucap Yati sambil berlalu keluar sambil menyeka air matanya. Setelah berada di luar, air mata Yati tidak berhenti mengalir. Bripda Anton menghampiri dan memberikan tisu kepada Yati."Bu Yati, lebih baik kita ke kantin dulu, biar bisa minum sesuatu agar Ibu sedikit tenang," ajak Bripda Anton."Baik Pak.""Apa yang Ibu rasakan?” tanya Bripda Anton."Campur aduk, Pak, begitulah manusia, ya, sebegitu bencinya dengan saya sampai gelap mata dan membawanya pada kematiannya sendiri. Seharusnya di sisa hidupnya dia beramal untuk mempersiapkan bekal kematian.”"Betul, Bu, mereka telah menerima ganjaran apa yang mereka perbuat kepada Ibu.”"Iya, Pak, setelah meninggal nanti, dia juga akan pertanggung jawaban perbuatannya kepada Allah."Bripda Anton memesan minuman untuk Yati agar lebih tenang dan mereka mengobrol ringan."