"Assalamualaikum, Yati," ucap Bu Anik ketika sampai di depan pintu rumah Bu Sarti."Waalaikumsalam, Bu, silakan masuk.” Yati yang tengah berada di ruang tamu, melangkah keluar lalu membuka pintu."Yati, Ibu mau bayar pesanan waktu akikah anak Arjuna." Bu Anik tanpa basa-basi langsung bicara ke pokok permasalahan."Alhamdulillah, Bu.” Yati senang."Ibu nawar, ya, Yati, ini lima ratus ribu aja, ya.” Ia menyodorkan lima lembar uang pecahan seratus ribuan."Loh, Bu, ‘kan delapan ratus ribu seharusnya." Yati tak segera menerima uang begitu saja. "Itu, loh, Yati, kata Linda donatnya keras, nggak enak jadi minta diskon saja, lagian, kan, ituu anak Arjuna mantan suami kamu, masa nggak ada diskon?” Bu Anik pintar sekali berkelit."Maaf, nggak bisa, Bu harus tetap bayar delapan ratus ribu. Kalau kayak gini, saya rugi, Bu.” Yati menarik napas dalam, mencoba menyabarkan hati yang mulai panas."Yati, seharusnya kamu bersyukur Ibu sudah pesan di kamu daripada tidak ada yang pesan.” Dengan entengn
Allaahu Akbar, Allaahu AkbarAsyhadu allaa illaaha illallaah.Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah.Hayya 'alashshalaahHayya 'alalfalaah.Allaahu Akbar, Allaahu AkbarLaa ilaaha illallaahAsh-shalaatu khairum minan-nauumAzan Subuh telah berkumandang, menandakan seruan kepada umat muslim untuk segera melaksanakan kewajiban dua rakaatnya, sebelum memulai hari agar senantiasa mendapatkan perlindungan dari Sang Khalik. Yati segera bangun dan menuju kamar mandi untuk berwudu.Setelah menunaikan salat, Yati menyempatkan untuk membaca ayat suci Alquran dan berkirim doa untuk kedua orang tuannya yang telah tiada.Selesai melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim, Yati langsung menyelesaikan orderan kue yang telah dipesan kepadanya termasuk pesanan Ibrahim juga tentunya.***Waktu menunjukkan pukul 12.30 siang hari. Semua pesanan telah diantar kecuali punya Ibrahim. Yati memacu sepeda motornya dengan kecepatan normal padahal dia sedikit terlambat dari waktu yang dijanjikan untuk mengantar k
Yati berteriak histeris dengan mulut dibekap, bajunya dirobek paksa. Di saat bersamaan, suara teriakan Mbok Darmi terdengar dari kamar belakang.Yati menangis. Akankah dia bisa melihat matahari esok pagi. Terbayang wajah mendiang kedua orang tuanya, terbayang wajah Ibrahim dan khawatir apa yang terjadi dengan Bu Sarti dan Mbok Darmi.Pintu berhasil didobrak paksa warga. Para pelaku berlari ke arah belakang rumah. Listrik berhasil dinyalakan kembali oleh warga.Yati tergeletak syok, lemas, dan hampir kehabisan napas dengan apa yang terjadi beberapa warga menutupi tubuhnya dengan kain."Astagfirullah Alaziem..Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un,” ucap beberapa warga di ruang tamu.Yati mengumpulkan tenaga untuk bangkit dibantu oleh salah satu warga. Yati berjalan ke arah ruang tamu.Darah bersimbah, berasal dari tubuh Bu Sarti yang tergeletak tak berdaya."Ibuuu!" teriak Yati histeris.Yati mendekap tubuh Bu Sarti yang sudah terkulai lemas."Ibu, bangun, Bu.” Air mata sudah membasahi pi
Yati menangis pilu meratapi musibah demi musibah yang menimpanya. Teringat akan kebaikan Bu Sarti, malam sebelum kejadian entah mengapa dia ingin terus memeluk Bu Sarti ternyata itulah pelukan terakhir dari seorang ibu."Ibuuu ... Yati kangen Ibu," rintihnya sambil meringkuk menangis di tempat tidur.Bripda Anton mengetuk lalu masuk ke kamar Yati memastikannya baik-baik saja."Maaf, Bu Yati baik-baik saja?" Yati hanya menangis pilu"Apa perlu saya panggilkan perawat?" tanyanya lagi."Tidak perlu, Pak, saya baik-baik saja," ucap Yati menyeka air matanya yang tidak henti mengalir seolah-olah berlomba ingin keluar.Bripda Anton memberikan tisu kepada Yati untuk menyeka air matanya."Ada yang bisa saya bantu, Bu?” tanya Bripda Anton."Tidak ada, Pak,” ucap Yati sambil menggeleng lemah."Oh, baik, Bu, saya di depan, ya, Ibu Yati tidak perlu khawatir sekarang istirahat saja biar kondisinya cepat membaik,” ucap Bripda Anton prihatin."Pak apakah pelakunya sudah ditangkap?” tanya Yati."Belum
Malam ini Nadya bermimpi. Dia menangis memanggil-manggil ibunya."Nad, kamu kenapa?""Nadya mimpi, Kak, ketemu sama Ibu, Nadya panggil tetapi Ibu tidak mendengar,” ucap Nadya sedih.Yati melihat jam dua dini hari."Nad, yuk, salat Tahajud. Kita doakan Ibu dan berdoa agar pelakunya cepat ketemu.”" Iya, Kak."Mereka berdua mengambil air wudu dan melaksanakan salat Tahajud. Setelah selesai salat, Nadya melanjutkan tidurnya dan Yati membaca kitab suci Al Quran.Yati berdoa agar almarhum Bu Sarti tenang di sana dan pelakunya segera terungkap serta mendapat hukuman setimpal.***Saat Yati dan Nadya lagi sarapan nasi uduk yang dibeli di dekat mereka tinggal. Pak RT dan tiga orang polisi datang termasuk di antaranya Bripda Anton."Assalamualaikum," ucap Pak RT."Waalaikumsalam,” jawab Yati dan Nadya berbarengan."Nak Yati dan Nak Nadya, ada yang ingin disampaikan oleh bapak-bapak polisi ini."Yati mempersilakan tamu duduk di ruang tamu yang tersedia. Mereka semua duduk di ruang tamu"Bu Yati
Kini menatap Yati saja Bu Anik tidak mampu hanya bisa menangis dan menunduk menahan sakit dan penyesalan disisa umurnya."Ibu, Yati pamit pulang, sekali lagi Yati minta maaf," ucap Yati sambil berlalu keluar sambil menyeka air matanya. Setelah berada di luar, air mata Yati tidak berhenti mengalir. Bripda Anton menghampiri dan memberikan tisu kepada Yati."Bu Yati, lebih baik kita ke kantin dulu, biar bisa minum sesuatu agar Ibu sedikit tenang," ajak Bripda Anton."Baik Pak.""Apa yang Ibu rasakan?” tanya Bripda Anton."Campur aduk, Pak, begitulah manusia, ya, sebegitu bencinya dengan saya sampai gelap mata dan membawanya pada kematiannya sendiri. Seharusnya di sisa hidupnya dia beramal untuk mempersiapkan bekal kematian.”"Betul, Bu, mereka telah menerima ganjaran apa yang mereka perbuat kepada Ibu.”"Iya, Pak, setelah meninggal nanti, dia juga akan pertanggung jawaban perbuatannya kepada Allah."Bripda Anton memesan minuman untuk Yati agar lebih tenang dan mereka mengobrol ringan."
Ibrahim mengajak Yati bertemu keluarga besarnya di Malaysia. Segala sesuatu sudah dipersiapkan dari paspor dan lain-lain. Nadya merasa sedih dengan kepergian kakaknya itu."Nadya, ini cuma sebentar, nanti Kakak akan kembali lagi.” Yati menenangkan adik angkatnya yang masih saja termenung.Jadwal penerbangan tiba, Yati merasa grogi karena ini penerbangan pertamanya. Ibrahim menggenggam tangan Yati untuk menenangkan. Butuh waktu sekitar dua jam lebih penerbangan menuju negara kelahiran sang kekasih.Saat tiba di bandara Kuala Lumpur Internasional airport,, jantung Yati berdetak dengan kencang, seribu pertanyaan memenuhi pikirannya. Akankah keluarga besar Ibrahim bisa menerimanya? mendadak kepala Yati pusing.Ibrahim melihat perubahan wanita itu, dia mengajak Yati meminum hot chocolate untuk menenangkan pikirannya."Ibrahim, aku takut,” ucap Yati."Semua akan baik saja, Yati.”Setelah minum, Ibrahim mengajak Yati ke area parkiran. Mobil sedan berwarna hitam sudah menjemput mereka. Yati m
Yati mulai merintis toko roti miliknya. Sekarang wanita berparas manis itu tidak lagi mengantarkan kue ke pelanggan, tetapi konsumen sendiri yang datang ke toko roti miliknya. Jika pelanggannya jauh, bisa menggunakan aplikasi pemesan makanan melalui online dan Menu Roti Yati juga sudah ada di aplikasi orderan online.Toko roti buka jam tujuh pagi sampai jam enam sore dan Yati dibantu oleh satu karyawan yang bernama Tina. Sudah dua minggu ini toko roti milik Yati buka dan Alhamdulillah sudah mulai ramai pelanggan. Karena posisinya di pinggir jalan saat orang berangkat kerja menyempatkan membeli roti untuk sarapan atau sekedar camilan di tempat mereka bekerja.Yati membanderol harga rotinya tidak terlalu mahal, tetapi dengan kualitas rasa dan kebersihan dijamin. Untuk roti isi cokelat dibanderol lima ribu rupiah dengan ukuran yang agak besar dan cokelat yang enak. Begitu juga untuk varian rasa lainnya, jika memakan satu roti saja sudah cukup kenyang maka orang kantoran yang sudah tahu r