Share

Eksekusi Mati

last update Last Updated: 2023-06-03 13:06:47

Kini menatap Yati saja Bu Anik tidak mampu hanya bisa menangis dan menunduk menahan sakit dan penyesalan disisa umurnya.

"Ibu, Yati pamit pulang, sekali lagi Yati minta maaf," ucap Yati sambil berlalu keluar sambil menyeka air matanya.

Setelah berada di luar, air mata Yati tidak berhenti mengalir. Bripda Anton menghampiri dan memberikan tisu kepada Yati.

"Bu Yati, lebih baik kita ke kantin dulu, biar bisa minum sesuatu agar Ibu sedikit tenang," ajak Bripda Anton.

"Baik Pak."

"Apa yang Ibu rasakan?” tanya Bripda Anton.

"Campur aduk, Pak, begitulah manusia, ya, sebegitu bencinya dengan saya sampai gelap mata dan membawanya pada kematiannya sendiri. Seharusnya di sisa hidupnya dia beramal untuk mempersiapkan bekal kematian.”

"Betul, Bu, mereka telah menerima ganjaran apa yang mereka perbuat kepada Ibu.”

"Iya, Pak, setelah meninggal nanti, dia juga akan pertanggung jawaban perbuatannya kepada Allah."

Bripda Anton memesan minuman untuk Yati agar lebih tenang dan mereka mengobrol ringan.

"
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bukan Pembantu Gratisan   Memilih Jalan Sendiri

    Ibrahim mengajak Yati bertemu keluarga besarnya di Malaysia. Segala sesuatu sudah dipersiapkan dari paspor dan lain-lain. Nadya merasa sedih dengan kepergian kakaknya itu."Nadya, ini cuma sebentar, nanti Kakak akan kembali lagi.” Yati menenangkan adik angkatnya yang masih saja termenung.Jadwal penerbangan tiba, Yati merasa grogi karena ini penerbangan pertamanya. Ibrahim menggenggam tangan Yati untuk menenangkan. Butuh waktu sekitar dua jam lebih penerbangan menuju negara kelahiran sang kekasih.Saat tiba di bandara Kuala Lumpur Internasional airport,, jantung Yati berdetak dengan kencang, seribu pertanyaan memenuhi pikirannya. Akankah keluarga besar Ibrahim bisa menerimanya? mendadak kepala Yati pusing.Ibrahim melihat perubahan wanita itu, dia mengajak Yati meminum hot chocolate untuk menenangkan pikirannya."Ibrahim, aku takut,” ucap Yati."Semua akan baik saja, Yati.”Setelah minum, Ibrahim mengajak Yati ke area parkiran. Mobil sedan berwarna hitam sudah menjemput mereka. Yati m

    Last Updated : 2023-06-03
  • Bukan Pembantu Gratisan   Teror Misterius

    Yati mulai merintis toko roti miliknya. Sekarang wanita berparas manis itu tidak lagi mengantarkan kue ke pelanggan, tetapi konsumen sendiri yang datang ke toko roti miliknya. Jika pelanggannya jauh, bisa menggunakan aplikasi pemesan makanan melalui online dan Menu Roti Yati juga sudah ada di aplikasi orderan online.Toko roti buka jam tujuh pagi sampai jam enam sore dan Yati dibantu oleh satu karyawan yang bernama Tina. Sudah dua minggu ini toko roti milik Yati buka dan Alhamdulillah sudah mulai ramai pelanggan. Karena posisinya di pinggir jalan saat orang berangkat kerja menyempatkan membeli roti untuk sarapan atau sekedar camilan di tempat mereka bekerja.Yati membanderol harga rotinya tidak terlalu mahal, tetapi dengan kualitas rasa dan kebersihan dijamin. Untuk roti isi cokelat dibanderol lima ribu rupiah dengan ukuran yang agak besar dan cokelat yang enak. Begitu juga untuk varian rasa lainnya, jika memakan satu roti saja sudah cukup kenyang maka orang kantoran yang sudah tahu r

    Last Updated : 2023-06-03
  • Bukan Pembantu Gratisan   Pernyataan Hati

    Yati duduk termenung teringat akan ucapan Nadya tadi malam. Bahwa seminggu lagi dia akan membayar uang kuliah sedangkan saldo di tabungan Yati pas untuk operasional ruko. Belum lagi Tina lima hari lagi akan gajian.Yati memijit kepalanya yang terasa berat. Akankah dia menutup toko rotinya dan rukonya dijual atau disewakan dan Yati kembali jualan online lagi. Di saat keadaan bingung, gawainya tiba-tiba berbunyi dan terlihat nama Ibrahim yang menelepon. Yati ragu akankah dia menjawab telepon pria tersebut atau diabaikan. Akan tetapi, hati tak bisa dibohongi, jujur di dalam hati Yati merindukan pria tersebut.Rasa rindu di hati Yati kian menggebu dia buru-buru menjawab telepon Ibrahim."Assalamualaikum," jawab Yati cepat"Waalaikumsalam, Yati, tolong jangan tutup telepon. Saya ingin bertemu kamu sekali saja" ucap Ibrahim dengan suara tegas."Ada perlu apa, Ibrahim," tanya Yati heran."Tolong kasih tahu aku, alamat kamu yang baru, atau bisa kita ketemu sore ini di Cafe De Culvi tempat ya

    Last Updated : 2023-06-03
  • Bukan Pembantu Gratisan   Akankah Menikah, lagi?

    “Tapi aku berharap sama kamu agar tetap kuat saat menjadi istriku, Insya Allah aku akan terus melindungi kamu dan menjaga kamu masalah Nadya kita ajak hidup di Malaysia.” Ibrahim berkata sambil menggenggam tangan Yati erat dan dijawab anggukan setuju oleh Yati. ***Yati memeluk Ibrahim, dia tahu mereka belum muhrim, tetapi wanita itu ingin meyakinkan kalau Ibrahimlah yang dia inginkan. Dunia ini terlalu kejam untuk seorang Yati apakah dia harus terus terpuruk meratapi karena trauma masa lalunya?Setiap orang pasti bertemu dengan masalah entah kecil atau besar. Persoalan-persoalan itu membuat semangat, harapan dan cita-cita Yati terkadang surut, pudar dan melemah. Bila bertemu dengan masalah kecil terkadang membuat ingin lari dari kenyataan. Terbukti di saat Yati tahu kenyataan, bahwa Laila adik dari Ibrahim tidak menyukainya, dia mencoba untuk lari dan meninggalkan Ibrahim tanpa membicarakan terlebih dahulu kepada sang kekasih. Setelah tahu kenyataan yang sebenarnya ada perasaan me

    Last Updated : 2023-06-03
  • Bukan Pembantu Gratisan   Hidup Baru?

    "Permisi ... permisi ... Assalamualaikum,” ucap seseorang mengetuk pintu ruko.Siapakah gerangan yang datang?Yati berjalan menuju pintu Ruko dan mengintip siapa yang datang. Ternyata si pemilik nasi uduk datang dan Yati memberi tahu kepada Tina. Saat pintu dibuka wanita itu menangis memohon maaf bersimpuh di kaki Yati sambil menangis.Yati dan Tina saling pandang mengulum senyum karena mereka sudah menduga kalau dialah pelakunya. Sebelum toko roti Yati buka, orang yang mau berangkat kerja hampir rata-rata membeli di warungnya. Akan tetapi, setelah Yati membuka toko, omset mereka turun karena pelanggan sebagian lebih memilih membeli di tempat baru.Yati buru-buru menyuruh wanita paruh baya dan anak gadisnya untuk berdiri. Mereka ketakutan karena Yati sudah melapor ke polisi dan menuntut satu milyar dan mereka memohon jangan diperkarakan dan berjanji tidak akan mengulang lagi.Yati hanya tersenyum di dalam Hati padahal dia cuma menggertak mereka. Ternyata aktingnya dan Bripda Anton lu

    Last Updated : 2023-06-03
  • Bukan Pembantu Gratisan   Romantis

    Matahari sudah mulai terbit, Ibrahim mengecup kening wanita yang baru sah menjadi istrinya 21 jam yang lalu.Yati mengerjap-ngerjapkan matanya lalu sedikit memicingkan mata karena sinar matahari masuk melalui celah-celah gorden."Morning, Honey." Ibrahim menyapa dengan lembut. "Morning.” Yati segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diriSaat keluar kamar Ibrahim mendekap Yati dari belakang." Honeyy, tadi malam kamu hebat sekali,” bisik Ibrahim.Yati hanya tersenyum tersipu malu mengingat tadi malam bagaimana dia melepaskan hasratnya begitu menggebu kepada Ibrahim."Hei, jangan malu, Honey, aku sangat menyukainya," ucap Ibrahim, wajah Yati makin memerah bagaikan tomat karena malu.Setelah mandi dan bergantian pakaian, mereka berdua menikmati sarapan di hotel."Honey, kita pulang hari ini atau besok?” tanya Ibrahim menanyakan apakah mereka pulang ke rumah hari ini atau besok, karena Ibrahim ingin senyaman Yati saja. Yati meminta pulang hari ini mengingat Daddynya Ibrahim k

    Last Updated : 2023-06-03
  • Bukan Pembantu Gratisan   Manusia Tegas

    "Nadya, tolong kamu sopan sedikit berbicara dengan Mommy saya, ya," ucap Laila tak senang dengan perkataan Nadya yang berani menjawab ucapan Nyonya Rukmana. "Baik, Laila, tapi saya akan sopan jika yang berbicara sama saya juga sopan," ucap Nadya tegas."Oke, besok segera mengurus administrasinya, ya, biar besok diantar sopir," ucap Daddy cepat agar Laila tidak berbicara hal yang menyakitkan lagi."Besok Yati dan Ibrahim yang mengantarkan Nadya, Dad," ucap Ibrahim memutuskan perbincangan malam ini.Laila semakin panas hatinya karena Nadya diperlakukan seperti adik yang spesi oleh Ibrahim***Setelah selesai makan malam Nadya langsung masuk ke kamarnya mempersiapkan berkas untuk mendaftar di kampus pilihannya. Yati masuk ke kamarnya membawakan susu hangat."Nadya, diminum, Dek, susunya.”"Kakak jangan repot-repot gitu, ih, Nadya bisa buat sendiri, sungkan tahu, Istri CEO membawakan Nadya susu," goda Nadya dengan mengerlingkan mata genitnya."Ya, nggak apa-apa, kali, untuk adik kesayan

    Last Updated : 2023-06-03
  • Bukan Pembantu Gratisan   Ingin Menghancurkan

    Yati mengetuk pintu kamar Nyonya Rukmana, tidak menunggu lama, pintu kamar pun terbuka."Boleh saya ngobrol sebentar dengan Mommy?" ucap Yati.Nyonya Rukmana seperti acuh tak acuh dan berlalu masuk kamar lagi. Yati yang sudah geram dengan kelakuan Nyonya Rukmana saat mendorong paksa Daddy, menarik tangan Nyonya Rukmana. Sehingga wanita sombong itu, urung meninggalkan dirinya."Hei, kurang ajar sekali kamu!” ujarnya sambil menunjuk wajah Yati."Lebih kurang ajar kamu, Pelakor?!” ucap Nadya tajam, yang membuat Nyonya Rukmana kaget."Apa perlu kamu kubuat gembel bersama anakmu itu? Jangan berani-beraninya kurang ajar dengan saya, istri dari pemilik rumah ini!" ucap Yati."Hei! Sombong betul kamu, ya!” ucap Nyonya Rukmana tertawa meremehkan."Kalau untuk orang seperti kamu saya harus sombong, karena dibaikin malah ngelunjak, kamu pikir, saya takut?" Mata Yati mendelik melihat Nyonya Rukmana seolah menunjukkan sisi monster seorang Yati. Nyonya Rukmana terlihat bergidik melihat Yati seper

    Last Updated : 2023-06-03

Latest chapter

  • Bukan Pembantu Gratisan   Ending

    Sepanjang perjalanan ke kantor, Nadya tidak hentinya mengulum senyum, rencana yang telah dia buat sepertinya berhasil, dia sengaja mengcopy sepenggal bait puisi milik sang pujangga yang ternama, lalu di akhir puisi Nadya sengaja memberi inisial nama I M, agar Atun mengira itu Ibrahim, dan sengaja juga dia menyuruh Atun ke kamarnya untuk mengambil flashdisk agar Atun melihat puisi tersebut seolah-olah tanpa sengaja, semua sudah Nadya atur sedemikian rupa. Sudah berulang kali Nadya menangkap basah Atun sedang menatap dalam pada Ibrahim, awalnya dia merasakan ada yang aneh pada diri Atun, perasaan Nadya tidak enak jika melihat gelagat Atun, sampai pada akhirnya Nadya melihat sendiri Atun memandang Ibrahim cukup lama, sengaja dia tidak menegur karena belum memiliki bukti yang cukup kuat. Pernah suatu malam, Atun sengaja membuatkan Ibrahim teh dan hendak mengantarkan ke ruangan kerja Ibrahim, tapi karena kemunculan Yati secara tiba-tiba, Atun berkilah jika ingin membuatkan Yati teh, deng

  • Bukan Pembantu Gratisan   Rahasia Nadya

    Pak Long berjalan pilu meninggalkan ruang keluarga, begitu juga dengan Ibrahim masuk ke dalam kamarnya setelah Pak Long pergi. Tinggallah Yati dan Atun di ruangan keluarga ini, Yati masih menatap tidak percaya dengan segala ucapan Atun yang menurutnya begitu pedas. "Yati, maafkan aku, aku juga punya perasaan, aku juga punya hati, semua diluar kendaliku, maafkan aku, tidak bermaksud membuat kamu kecewa dengan semua ucapanku," Atun memeluk Yati, berharap sahabatnya itu mengerti. "Minta maaflah sama Pak Long, Atun. Ucapanmu sungguh membuatnya sangat terluka, kamu boleh menolak, tapi tidak menghina seperti itu, ingat Atun, sebelum dihargai orang, belajarlah menghargai orang lain.""Baik Yati, aku akan minta maaf, lagian pria tua itu sungguh tidak tau diri, kalau suka sama orang ya lihat dulu siapa orangnya, kalau Juli, Rima atau Leni sih wajar, sederajat mereka." "Apa maksudmu, Atun?" Yati semakin tidak mengerti dengan sikap sahabatnya ini, semakin tinggi hati saja. "Aku kan teman se

  • Bukan Pembantu Gratisan   Perkataan Setajam Silet

    Saat Atun lagi bersantai dan memainkan ponselnya di atas kasur, sebuah pesan masuk melalui benda pipih yang sedang Atun mainkan, dengan tidak sabaran wanita itu melihat isi pesan yang masuk. "Atun sayang, coba kirimkan foto Yati, dan besok jam tiga sore kamu saya tunggu di cafe kemarin, kamu ceritakan jadwal dan kegiatan Yati, biar saya bisa atur rencana untuk membunuhnya, setelah itu, besok saya ingin lagi kita melakukan seperti tadi, siapkan stamina." Antara senang dan benci Atun menerima pesan dari Nazil, senang karena ada yang ingin membantunya melenyapkan Yati, dan benci karena pria itu ingin kembali mencicipi tubuhnya. Bukankah untuk mencapai sesuatu, harus ada perjuangan dan pengorbanan. Atun kembali tersenyum, karena dia merasa ini bagian dari tugas, biar saja pria bejat itu mencicipi tubuhnya sesuka hatinya, yang penting tujuannya tercapai, setelah berhasil menjadi istri Ibrahim, cukup mudah bagi Atun melenyapkan Nazil, karena telah mempunyai uang yang banyak, Atun memili

  • Bukan Pembantu Gratisan   Sebuah Rencana

    "Sebelumnya kenalan dulu, nama saya Nazil." "Kalau saya, Rahman." Kedua pria asing itu memperkenalkan diri pada Atun, begitu juga dengan Atun, walaupun merasa sedikit jijik, Atun menyambut uluran tangan kedua pria itu. "Sepertinya anda punya masalah," ucap Nazil, sorot matanya masih tajam memandang Atun, kadang pandangan itu berhenti di bagian aset Atun di bagian depan, rasa tidak nyaman menghampiri, tapi karena saat ini dia butuh partner untuk membantunya melenyapkan Yati, dia berusaha setenang mungkin. "Jika kalian berhasil melenyapkan wanita ini, imbalan begitu besar, dia istri dari pengusaha sukses, aku ingin kalian melenyapkan nyawa wanita itu." "Perkara yang mudah bagi kami untuk melenyapkan nyawa orang, tapi, semua itu tidak gratis dan butuh strategi yang matang, agar kita semua bisa lolos dari hukum." ucap Nazil, sepertinya pria berkulit tambun itu yang lebih dominan dari pada Rahman."Saya sudah bilang, akan ada imbalan yang gede, 50 juta ringgit? 100 juta ringgit? Semua

  • Bukan Pembantu Gratisan   Niat Jahat

    "Hari yang cerah, sedap betul jika berenang," ucap Atun sambil berjalan ke arah Yati dan Nadya."Yati, mari kita berenang, masih ingat tidak saat di kampung dulu, waktu kita masih sekolah dasar, berenang di empang milik Pak Salman, orang tua kita pasti marah saat itu," ucap Atun lagi mengenal masa kecil mereka. Nadya masih merasa kesal dengan sikap Atun yang suka seenaknya sendiri, sekarang malah santai, seolah tidak merasa bersalah. QAtun ini sedikit mengerti watak Yati, jika dia melakukan hal yang semena-mena, dia pasti mengingatkan kembali kisah mereka saat masih di kampung dulu, Yati orangnya tidak enakan, jadi, pasti mengurungkan niatnya untuk menegur Atun, sedangkan Nadya sudah sedikit muak melihat kelakuan Atun. Nadya merasa ada hal yang aneh pada diri Atun, tapi dia tidak tahu, tapi yang Pasti beberapa waktu terakhir ini, Nadya sudah merasakan kejanggalan pada sahabat kakaknya tersebut. "Kak Atun, tadi kamu kenapa membentak Leni? Padahal kamu yang salah, jangan seperti it

  • Bukan Pembantu Gratisan   Sifat Buruk

    "Tuan!""Tuan!"Atun berusaha mengejar Ibrahim sambil berusaha memanggilnya, tapi karena Ibrahim memakai headset tidak mendengar panggilan Atun. Atun berusaha berlari beriringan dengan Ibrahim, dengan begini saja dia sudah merasa bahagia, karena merasa seperti pasangan suami istri yang sedang berlari bersama. "Dik Atun, Abang datang," ucap Pa Long, Atun menoleh, sudah ada Pak Long yang berlari beriringan juga dengannya."Pak Long, ngapain kesini!" Atun memperlambat langkah kakinya. "Abang hendak menemani Dik Atun olahraga biar kita sama-sama sehat." Dasar lelaki tua yang genit, sok-sokan menyebut dirinya Abang. "Pak Long, tadi Tuan Ibrahim berpesan kalau Pak Long harus mencuci mobil kerjanya." "Oh, tenang Dik, semua mobil sudah bersih termasuk mobil Nyonya Yati, jadi, kita bisa lari bersama mencoba merajut kasih." Mata Pak Long berkedip sebelah ke arah Atun, kumisnya yang tebal membentuk sebuah lengkungan. Semakin sebal dan merasa jijik saja Atun melihat Pak Long ini. "Ya udah

  • Bukan Pembantu Gratisan   Mencoba Merayu

    "Yati, mana mungkin Pak Long yang mengangkat tubuh saya, mana kuat dia, sudah tua," ucap Atun sambil matanya mendelik ke arah Pak Long, saat pria jelita (jelang lima puluh tahun) itu berjalan ke arah Atun. "Kuat, mana mungkin tidak kuat." Pak Long dengan entengnya mengangkat tubuh Atun. "Kamarnya sebelah sana, Pak!" ucal Juli menunjukkan kamar Atun. "Cieee Kakek Long sama Bu Atun, cieee ... cieee," sorak Zayn dan Zahra. "Sssttt Zayn, Zahra, tidak boleh seperti itu." Yati menegur kedua buah hatinya, sedangkan Atun wajahnya merah padam. Juli, Rima dan Leni senyum-senyum tidak jelas lebih ke arah mengejek. Heh, awas ya kalian pembantu, setelah aku jadi Nyonya, akan ku usir kalian. "Sudah, sudah Pak. Turunkan saya, saya masih sanggup berjalan," ucap Atun seraya berontak agar terlepas dari gendongan Pak Long. "Tadi katanya ga sanggup jalan, padahal sudah serasi Pak Long dan Atun," ledek Juli."Ah, Atun ini shy shy cat," ucap Pak Long tersenyum genit ke arah Atun.Setelah itu Atun ja

  • Bukan Pembantu Gratisan   Tindakan Ibrahim

    Ibrahim masih berada di kantor, ia segera menyelesaikan pekerjaannya agar bisa segera pulang. Semenjak memiliki si kembar Zayn dan Zahra, Ibrahim pasti menyempatkan waktu bersama kedua buah hatinya, salah satunya dengan pulang lebih cepat agat bisa bermain bersama mereka. Saat Ibrahim sedang menganalisa laporan, ponselnya nya berbunyi, sebuah video masuk, hatinya bertanya, video apakah ini, jarang-jarang, ada yang mengirim video seperti ini. Jantung Ibrahim berdebar saat melihat video yang terkirim ke ponselnya wanita yang sangat dicintainya sedang dipeluk oleh pria, hati pria keturunan Pakistan Melayu ini merasa panas, tapi, dia mengenal betul istrinya, tidak mungkin Yati berbuat serendah itu, pasti ada fitnah di balik video ini. Ibrahim segera membereskan pekerjaannya dan pergi ke toko roti milik Yati. Saat Ibrahim sampai, ternyata sudah tutup, seperti dugaan Ibrahim tadi, tapi itu lebih baik, karena Ibrahim ingin mengecek cctv toko roti ini, Ibrahim mengambil kunci duplikat mil

  • Bukan Pembantu Gratisan   Rekaman Atun

    "Lepaskan, Raka!" Yati mendorong pria bertubuh atletis itu dengan sekuat tenaga, Raka terjatuh, wajahnya kaget melihat sikap Yati yang begitu kasar. "Maaf Yati, aku tidak bermaksud jelek sama kamu, tidak ada niat jahat, aku cuma ingin menenangkan kamu," ucap Raka lembut. "Raka, sebaiknya pergi dari sini, engkau telah menyampaikan semua pesan kamu, itu sudah cukup, sekarang pergilah, aku sudah bersuami, pantang bagiku disentuh oleh pria lain, apalagi pria asing seperti kamu, pergilah Raka," ucap Yati tegas. "Baik, tapi boleh kita berjum--" "Tidak, tidak, tidak! Jangan lagi menampakkan diri di hadapan saya!" teriak Yati memotong ucapan Arjuna. "Cik Yati, ada masalah?" ucap Eva salah satu pegawai Yati, yang berlari keluar setelah melihat Yati bertikai dengan seorang pria. "Tidak ada masalah Eva, sebaiknya kita mulai kerja, sebentar lagi pasti banyak pelanggan yang ingin membeli cake kita." ujar Yati pada pegawainya tersebut. Raka menatap Yati dengan pandangan yang sulit diartikan

DMCA.com Protection Status