Beranda / Fantasi / Bukan Menantu Sampah / Bab. 2. Maaf, Aku Menolak

Share

Bab. 2. Maaf, Aku Menolak

Penulis: Sarangheo
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-18 04:28:03

Aku segera berdiri, memandanginya dengan penuh rasa terluka.

Sungguh diluar dugaanku, bukan hanya karena tak ada kejutan, tapi juga karena pertemuan kali ini membuat kami berdua bertengkar lagi, seharusnya kabar ini adalah sebuah kabar yang membahagiakan, tapi tak kusangka akan menjadi seperti ini.

Aku tak tahu mengapa Jason setega ini menginginkanku menggugurkan anak ini, padahal anak ini adalah buah cinta kami berdua.

"Sayang, aku tahu kau tidak tega menggugurkan anak itu, tapi tunggu nanti saja baru kita melahirkan anak ya?"

Jason menghiburku dengan sabar, maksudnya jelas, ia tak ingin menikah dan melahirkan anak denganku.

"Jason, jujur padaku, apa kau sudah tidak mencintaiku dan tak berniat ingin menikah denganku lagi?" Tanyaku lantang, kurasa, Jason sudah berubah, ia tak lagi mencintaiku, semua kebaikan yang ia lakukan padaku dulu tidak ada lagi.

Apa karena sudah terlalu lama, ia mulai merasa bosan padaku, tapi kenapa sebaliknya aku malah semakin cinta padanya.

"Kenapa kau begini lagi, aku benar-benar capek."

Akhirnya Jasonpun tak tahan lagi, ia berteriak padaku, semua kelembutannya tadi menghilang seketika.

"Aku memang begini, kalau kau tidak suka, kau boleh mencari orang lain lagi, tapi aku tak akan menggugurkan anak ini."

Teriakku sambil menahan air mataku, hatiku sungguh sangat sedih.

Kalau dia mau mengalah dan menerima anak dalam kandunganku, semua masih akan baik-baik saja.

Namun ternyata tidak demikian.

"Kau benar-benar tidak bisa diajak bicara!"

Kata Jason dengan marah, ia berdiri dari kursinya, lalu pergi dari rumahku.

"Kalau kau pergi, jangan pernah temui aku lagi."

Aku tetap marah, aku mengambil sebuah bantal dari kamarku lalu berlari mengejarnya dan melemparkan bantal itu padanya.

Jason sudah pergi, ia bahkan tak membalikkan kepalanya untuk melihatku, ia tak peduli sesedih apa diriku.

Aku pun membanting pintuku, melempar semua piring yang ada di atas meja makan, pecahan-pecahan piring pun berserakan di atas lantai, sama seperti perasaanku saat ini, dan aku pun tak kuasa menahan air mataku.

Di saat seperti ini, aku sangat ingin mencari seseorang untuk membagi kesedihanku, aku mengambil handphoneku, lalu menelepon sahabat terbaikku, Lina, hanya dia yang terpikir olehku.

"Lina, Jason menyuruhku untuk menggugurkan anak ini, aku tidak mau, huhu."

Baru saja telepon itu tersambung, aku langsung menangis dan meronta padanya, setelah beberapa saat, barulah aku bisa mendengar suara Lina dari seberang sana.

"Isabelle, apa kau mengandung anak Jason?"

Sepertinya Lina sangat terkejut mendengar kalau aku mengandung anak Jason.

"Iya, dia tidak mau, dia menyuruhku menggugurkan anak ini, tapi aku tidak mau, kecuali kalau dia membunuhku."

Saat itu, perasaanku sangat tidak stabil, aku sama sekali tidak mengira kalau perkataan "kecuali kalau dia membunuku" ini benar-benar hampir membunuhku.

"Isabelle, belakangan ini kau dan Jason sering bertengkar, kalau tidak, turuti saja permintaannya, gugurkan anak ini."

Aku tidak menyangka Lina akan berkata seperti itu, seharusnya aku menyadarinya dari awal, apa untungnya baginya kalau aku menggugurkan anak ini.

"Tidak mungkin, aku matikan dulu teleponnya."

Hatiku bertambah sedih, kenapa sahabatku sendiri juga berkata seperti itu, apa aku benar-benar tidak boleh melahirkan bayi ini.

'Anakku, aku mencintaimu, aku pasti akan menjagamu baik-baik,' kataku dalam hati sambil mengelus-elus perutku.

Apapun yang terjadi, aku akan melahirkan anak ini.

Setelah pertengkaran itu, aku dan Jason pun perang dingin, dia memang mengirimkan beberapa pesan padaku, tapi semua isinya kurang lebih menyuruhku ke rumah sakit untuk menggugurkan kandungan.

Aku tidak membalas pesannya, kali ini, aku tidak akan menurutinya, meskipun dia benar-benar sudah tak menginginkanku dan anak ini lagi.

Perasaanku tidak senang, ditambah dengan kehamilanku, kondisiku sangat tidak baik, oleh karena itu aku mengambil cuti satu minggu.

Setiap hari aku sendirian di rumah, makan tak enak, tidur tak enak, tak ingin pergi ke manapun, alasan utamanya ya karena aku dan Jason sedang bertengkar.

Jika dari dulu aku tahu dia orang yang seperti ini, aku tak akan sudi bersamanya, wanita akan selalu menyesal di saat seperti ini.

Di akhir pekan, tiba-tiba aku menerima telepon dari Lina.

"Isabelle, bersiap-siaplah, aku ingin mengajakmu mendaki gunung, aku juga sudah mengajak Jason, aku bilang kau yang mengajaknya, kau bisa menggunakan kesempatan ini untuk bicara baik-baik dengannya, tak usah berterimakasih padaku, sampai jumpa nanti."

Belum sempat aku menjawab, Lina sudah mematikan teleponnya, lalu tak lama, aku pun menerima pesan darinya lagi, isinya adalah lokasi tempat pertemuan kita nanti.

Baru saja memikirkan akan pergi atau tidak, Jason pun mengirimkan sebuah pesan padaku, isinya ia meminta maaf padaku, tak seharusnya ia menyuruhku ke rumah sakit untuk menggugurkan anak ini.

Pesan itu membuat hatiku riang seketika, aku pun segera bersiap-siap dan menuju ke lokasi yang tadi sudah dikirimkan Lina, siapa yang tahu kalau ternyata ini semua hanyalah rencana yang akan mengirimkanku ke alam baka.

Sesampainya di tempat itu, aku segera turun dari mobil, Jason dan Lina sudah menungguku dari tadi di sana, Lina memberitahuku dengan tersenyum kalau dia dan Jason kebetulan bertemu, lalu datang kemari dalam satu mobil.

Memang benar-benar kebetulan sekali, tapi aku sama sekali tidak curiga, sampai mati pun aku tetap tidak percaya kalau kedua orang ini bisa jadian.

Lina membawaku dan Jason mendaki gunung sambil melihat peta, dan akhirnya kita pun sampai ke puncak gunung, aku benar-benar capek.

"Lina, kenapa kau berpikir untuk membawa kita mendaki gunung di sini?" Tanyaku.

Tempat ini sangat terpencil, daerah sekitar semuanya adalah pegunungan, cukup jauh juga dari tengah kota. Aku benar-benar tidak tahu kalau tempat ini adalah tempat yang sangat bagus untuk membunuh seseorang.

"Aku menemukannya di peta, bukankah kita sangat cocok untuk mendaki gunung di sini?" Kata Lina sambil menatap ke arah Jason dalam-dalam sejenak.

"Lihat, di sini ada jurang, tinggi sekali."

Kata Lina sambil berjalan ke pinggiran sebuah jurang.

"Ayo kita lihat."

Jason menggandeng tanganku, berjalan selangkah demi selangkah ke pinggiran jurang itu.

Aku merasa sedikit pusing, tak berani berjalan terlalu ke pinggir, jurang ini terlalu tinggi, dasarnya sama sekali tak terlihat.

"Isabelle, ada yang ingin kukatakan padamu."

Ada perkataan apa yang ingin dikatakan di pinggiran jurang seperti ini, kakiku terasa sedikit gatal, aku hanya ingin memundurkan langkahku, tapi Jason memegangi tanganku dengan erat dan tak mau melepaskannya.

"Kenapa Jason? Jurang itu terlalu tinggi, aku takut, kita mundur sedikit saja ya, kita bicara di situ ya?"

"Tidak, Jason ingin berkata kalau dia tak mencintaimu lagi, orang yang dicintainya sekarang adalah aku."

Tak kusangka Lina yang berdiri di belakangku itu akan berkata seperti itu, aku memandangi Jason dengan penuh rasa ketidakpercayaan, apa mereka mengajakku keluar untuk memberitahuku hal ini.

Awalnya aku masih sedikit tidak percaya, sampai akhirnya Jason melepaskan tanganku dan mencoba mendorongku ke jurang, aku pun tersadar, namun agak sedikit terlambat.

Akhirnya aku pun mengerti kenapa Jason bersikap semakin dingin kepadaku, aku juga mengerti mengapa Lina membujukku untuk menggugurkan anak ini, ternyata, mereka berdua diam-diam jadian di belakangku.

Aku tidak terima, yang satu sahabatku, yang satu pacarku, aku tak pernah membayangkan kalau mereka akan mengkhianatiku, juga tak pernah mengira kalau mereka akan mencari cara untuk membunuhku.

"Jadi setanpun aku tak akan memaafkan kalian."

Aku terjatuh ke dalam jurang seperti sebuah kelopak bunga yang gugur dari pohonnya, dengan membawa kebencian, kemarahan, kesakitan, dan kekecewaan.

Namun beruntung, ternyata aku tidak mati, aku tidak dibunuh oleh pacar dan sahabatku sendiri, walaupun mungkin aku benar-benar tidak mati, tapi ada hal yang lebih menakutkan terjadi kepadaku.

Bab terkait

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 3. Ular

    Tak tahu sudah tertidur berapa lama, aku merasa sedikit kedinginan, udara di sekitarku sungguh dingin, aku ingin menarik selimut untuk menutupi tubuhku, kedua tanganku terus meraba-raba untuk mencari letak selimutku, namun aku tak menemukan apa-apa, mungkinkah aku bukan tidur di atas ranjangku? Aku segera membuka kedua mataku, tempat ini sedikit gelap, tapi aku masih bisa melihat keadaan sekitar dengan jelas, aku berbaring di atas batu hitam yang cukup besar, disekelilingku dipenuhi oleh pohon-pohon yang rimbun, daun-daun pohon itu tampak menutupi cahaya matahari yang masuk ke tempat itu sehingga tempat itu terlihat sangat gelap.Di mana aku? Karena baru sadar, otakku terasa sedikit oleng, aku mencoba mengingat kejadian yang terjadi sebelumnya.Aku didorong oleh pacar dan sahabatku ke jurang!Seketika, kejadian-kejadian tadi pun terbesit dalam otakku seperti film di dalam bioskop.Aku sangat kesal, jika sekarang ini aku sudah menjadi hantu, aku pasti akan membalas perbuatan mereka, ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-18
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 4. Apa yang Terjadi?

    Akupun mengusap air mataku, mengumpat dalam hati, 'Isabelle, Isabelle, apa gunanya kau menangis, lebih baik kau segera pikirkan cara untuk lari dari sini, kau tak boleh mati begini saja, kau tak boleh membiarkan pria dan wanita bajingan itu hidup dengan tenang.'Awalnya aku ingin meminta pertolongan dengan teleponku, tapi sepertinya handphoneku terjatuh saat aku terjatuh dari jurang tadi, pokoknya aku tak punya handphone sekarang, bagaimana lagi, aku terpaksa bangkit berdiri, menebas-nebaskan debu yang ada di sekujur tubuhku, lalu berjalan menuju ke dalam hutan yang gelap.Kalau ingin hidup, aku hanya bisa mengandalkan diriku sendiri.Hutan ini sangat dalam dan gelap, aku berjalan dengan meraba-raba di dalam kegelapan, di dalam hutan yang dalam seperti ini, aku sangat takut kalau ada hewan buas yang bersembunyi di dalam kegelapan, lalu menjadi santapan mereka saat aku tidak sadar, dan ular python raksasa tadi itu, ya Tuhan, sudah hidup berapa lama dia sampai tumbuh sebesar dan sepanjan

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-18
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 5. Awal

    "Apa? Maksud Kakak Ular Putih, Raja Ular suka pada wanita itu, mana mungkin, wanita itu begitu jelek, mana bisa dibandingkan dengan kita, mana mungkin Raja Ular bisa suka padanya.""Iya, iya, mana mungkin Raja Ular bisa suka pada manusia yang rendah itu."Kata para ular itu, mereka tidak percaya Raja Ular bisa suka pada seorang manusia."Kurasa Ular Putih ada benarnya juga, kita semua tahu bagaimana sifat Raja Ular, kalau dia tidak suka pada wanita itu, bagaimana mungkin dia tidak membunuhnya, malah membawanya pergi."Kata Ular Belang menyetujui ucapan Ular Putih, pandangan matanya sangat dingin, ia menatap ke arah ular-ular betina lainnya, sekelompok ular-ular betina yang bodoh, wanita tidak cukup kalau hanya punya wajah yang cantik saja, yang paling penting harus punya otak."Kalau Raja Ular suka pada wanita itu, bukankah itu berarti kita sudah tak ada harapan lagi."Yang mengatakan itu adalah seekor ular hijau, dia sama seperti ular-ular betina lainnya, ingin menjadi permaisuri Raja

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-18
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 6. Apa Yang Kau Sembunyikan

    Aku mengelap-elapkan tangan kotor ku di bajuku dengan sekuat tenaga, barulah aku mengulurkan tanganku dan bersalaman dengan tangan putih itu dengan hormat.Saat menyentuh tangannya, rasanya seperti tersetrum aliran listrik, aku pun segera menarik tanganku kembali, wajahku memerah seketika.'Isabelle, Isabelle, pantas saja kau dibohongi oleh laki-laki, kau sama sekali tidak tegar, benar-benar payah.'"Namaku Isabelle, itu, kalau kuceritakan kau juga pasti tak akan percaya, aku terjatuh dari jurang, lalu aku terjatuh ke atas tubuh seekor ular python hitam raksasa, kau tak tahu ular itu sebesar dan sepanjang apa, dia juga membuka mulutnya lebar-lebar dan akan memakanku."Untuk menutupi wajah merahku, aku menceritakan semua yang kualami padanya, aku mengatakannya sambil menggambarkannya dengan tanganku, aku takut dia tidak tahu ular itu sebesar apa.Lalu, aku meliriknya sejenak, pria itu hanya tersenyum saja."Itu semua benar, kau jangan tak percaya padaku."Aku tak mengerti apa arti senyu

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-18
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 7. Rumah Mewah

    “Raja.”Beberapa wanita cantik menunggu dengan hormat di dalam kamar, memberikan salam kepada Austin Ye.“Kakinya terluka, oleskan obat untuknya, lalu bantu dia mandi dan gantikan pakaiannya, layani dia dengan baik.”Austin Ye akhirnya menurunkanku, dan membiarkanku duduk di atas sebuah kursi sandar yang nyaman, kemudian memberikan perintah kepada beberapa pendamping wanita cantik itu, nada bicaranya terdengar sedikit dingin.“Baiklah, raja.”Beberapa pendamping wanita cantik itu menjawab dengan penuh hormat, meskipun mereka tidak tahu mengapa seorang raja setan bisa membawa pulang seorang wanita seperti ini, dan masih memperlakukannya sebaik itu, para pendamping wanita itu hanya berani mematuhinya, tidak ada satupun yang berani bertanya.“Aku akan menemuimu sebentar lagi, kamu istirahat dulu sebentar dengan baik.”Austin Ye berbicara kepadaku dengan nada bicara yang berbeda, perkataannya menjadi lembut, wajahnya menampakkan sedikit seyum tipis, senyum yang akan menjadikan wanita manap

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 8. Sang Raja

    “Tidak perlu mengurusi mereka, kita makan saja.”Ucap Austin Ye datar sambil mengambiliku semangkuk sayur.“Kamu terlihat cukup cantik berdandan seperti ini.”Lalu dia lagi-lagi berkata seperti itu sambil memandangku, bibirnya memperlihatkan sebuat senyuman yang memikat orang, bagaikan matahari yang bersinar terang, seperti seorang anak lelaki yang dewasa, menurutku dia seharusnya lebih kecil dariku beberapa tahun.Keringat, wajahku lagi-lagi tiba-tiba memanas, lupakan mengenai pujian itu, tetapi bisa tidak jangan menoleh ke arahku ketika memuji? Dia menangkap aku yang membuang pandanganku dan tidak ada sedikitpun maksud untuk mengembalikan pandanganku.“Sebenarnya, disini bisa sedikit lebih terbuka lagi.”Ucapnya sambil menunjuk ke bagian dari diriku yang penuh itu, tawanya berubah nakal.“Hei, anak kecil tidak boleh asal berbicara.”Tidak peduli seberapa kaya dan tampan dirinya, singkatnya, aku hanya bisa menganggapnya sebagai seorang anak kecil, dengan begitu aku lebih mudah untuk m

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-04
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 9. Pemilihan

    “Pilih selir apa, tidak ada yang menarik sama sekali.”Nada bicara Austin Ye datar dengan sedikit sindiran.Dunia ular akan mengadakan pemilihan selir setiap lima ratus tahun sekali, dengan statusnya sebagai raja, dirinya harus memilih dari antara ular-ular cantik yang sudah disediakan itu, melihat pemilihan selir yang akan segera datang, itu jugalah yang membuat Austin Ye menjadi pusing.“Raja tidak suka memilih selir karena ingin memilih orang yang diri sendiri cintai.”Penjaga Bai mengerti kepahitan dengan menyandang status sebagai raja, dirinya mengerti bahwa Raja Ular sama sekali tidak menyukai wanita ular cantik yang telah dipilih itu.“Peraturan untuk memilih selir seperti ini, cepat atau lambat pasti akan ditentang.”Ucap pria cantik itu sambil berjalan ke depan jendela, satu tangannya mengangkat cangkir arak yang cantik itu, dan tangan yang lainnya memegangi bingkai jendela itu, wajah tampan dan cantik itu seperti pemandangan malam saat itu, dingin, dia menatap langit malam, s

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 10. Pulang

    "Aku hendak membunuhmu, Siluman Ular, membalaskan dendam Austin."Lalu, aku sudah dililit oleh piton besar ini, seekor piton besar ini sedang memandangku dengan lembut.Pandangan ini sangat familiar."Bukankah aku sudah hidup dengan baik begini."Si ular besar akhirnya angkat bicara, suaranya persis seperti Austin.Mulai mempertanyakan apakah Austin adalah Siluman Ular yang dapat berubah? Bagaimanapun aku tidak berani mempertanyakan dan hanya menebak saja."Benar, ini aku."Ular itu kembali bicara, Tuhanku, lelaki tampan itu dan piton besar ini adalah satu sosok yang sama, aku pingsan seketika."Bertemu dengan Raja Ular."Dia berlutut, suaranya menggetarkan telinga."Berdirilah."Lelaki tampan itu memelukku, suaranya dingin. Selesai bicara, ia meninggalkan ruangan sambil menggendong dengan dinginnya, kembali ke ruangannya."Penjaga Andrew Bai, kelihatan jelas bahwa Raja Ular peduli dengan gadis itu, dia siapanya Raja Ular? "Raja Ular baru saja pergi, beberapa dayang wanita mulai menan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-08

Bab terbaru

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 114. Aku Akan Selalu Menunggu

    "Bayi-bayi, dengarkan kata-kata ibu ya, mengerti?"Suara pria itu lembut berpesan kepada bayi-bayi itu."Baik ayah, kami akan menurut pada ibu dan mendengarkan kata-kata ibu."Ketujuh bayi itu menjawab dengan penuh pengertian. Ketika melihat bahwa Ketujuh bayi itu tampak pengertian, Raja ular merasa lega.Dan sudah waktunya kami berpamitan pergi."Isabelle.""Suamiku."Tangannya yang menggenggam erat seakan tidak rela untuk melepaskan tanganku, tetapi secara paksa tanganku ditarik oleh Tentara surga."Raja Ular, Selir Ular, mohon pengertiannya."Tentara surga memberi hormat, mereka juga tidak ingin melakukan hal-hal buruk, memisahkan Raja ular dan Selir Ular, tetapi karena itu adalah tugas mereka, jadi mereka terpaksa melakukannya."Suamiku, aku pasti akan menunggumu.""Isabelle... Isabelle Yao."Hal yang paling menyakitkan bukanlah kematian, tetapi hidup terpisah dengan orang yang paling kita cintai. Pada saat berpisah dari suamiku, hatiku sangat sangat sakit, aku tidak tahu kapan, ka

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 113. Betapa Rindunya

    Ketulusanku kepada Raja Ular, akhirnya membuat Bunda Mo menerimaku.Melihatku begitu bertekad, dia menganggukan kepala."Ini semua salahku, Raja Ular dihukum, aku memang membawa bencana bagi dunia ular, Bunda Mo jangan marah."Aku menyalahkan diriku sendiri, jika bukan karena aku, semua ini tidak akan terjadi."Ini semua sudah takdir, aku tidak akan menyalahkanmu lagi."Bunda Mo menghela nafas, dia sudah berfikir dengan jernih, biar bagaimana pun jika semua sudah di takdirkan, maka jalan satu-satunya adalah menjalaninya, bukan menolak ataupun mengeluh. Perubahan Bunda Mo membuatku merasa lega."Apakah bayimu sudah lahir?"Bunda Mo melihat bentuk tubuhku yang sudah seperti semula, dan bertanya padaku, ketika aku diusir karena amarahnya, dia sedikit menyesalinya, lagi pula, yang aku kandung adalah darah daging dunia ular."Sudah Lahir, aku meninggalkan mereka kepada seseorang untuk dijaga."Aku menjawab, seperti nya Bunda Mo sudah menerimaku sebagai ibu dari anakku dan menantunya."Bisak

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 112. Kesetiaan

    "Ahhhh ... Apa yang terjadi?"Terkejut, Yoyo bergegas ke dalam istana, mengambil cermin dan menatap dirinya sendiri, Yoyo tertegun, wanita di cermin itu penuh dengan rambut putih dan kerutan, seperti nenek tua yang keriput, sangat jelek.Pemandangan ini membuat Yoyo yang awalnya cantik seperti bunga, menjadi marah dan tidak terima akan perubahan seperti ini, ini adalah pukulan besar untuknya."Tidak, ini tidak mungkin! Aku sangat cantik, aku sangat cantik!"Yoyo memegangi kepalanya dan berteriak, saat itu dia tidak bisa memikirkan apapun, sekali pun jika ada musuh di hadapan nya, dia sama sekali tidak memperdulikannya, yang hanya dia perdulikan adalah penampilannya.Penampilannya yang sangat jelek seperti ini, bagaimana mungkin dia akan bisa bertemu orang di masa depan? Yoyo mendongak, melihat ketujuh bayi itu berdiri di depannya tanpa cedera. Ketujuh bayi imut itu, pada saat ini, menatapnya tanpa perasaan.Yoyo yang berambut putih itu adalah keinginannya sendiri, karena dia telah bera

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 111. Apa Yang Terjadi?

    "Diam kamu, jika tidak ada pelacur sepertimu, Austin hanya akan menyukaiku, aku sangat membencimu!"Yoyo menggeram dan menunjuk ke arahku, suasana hatinya sangat buruk."Yoyo.""Diam kamu, aku memintamu tutup mulut, apakah kamu sudah tuli?"Yoyo tiba-tiba menghilang dan muncul di belakangku, lalu sebelah tangannya mencekik leherku, sehingga membuatku terengah-engah."Yoyo, lepaskan kakak!"Karen berteriak sambil berusaha menyelamatkanku, tetapi Mutiara Ular di tangannya terhisap dan ditelan Yoyo lebih dulu."Karen, kamu sungguh bodoh, hahah... Kamu juga sudah bosan hidup rupanya."Yoyo menoleh karen, lalu tangan kirinya mengeluarkan asap putih dan mendorongnya kearah karen, sementara itu Karen sudah tidak memiliki kemampuan apa-apa untuk menyerang balik. Karen terlempar jauh keatas dinding, darah segar pun menyembur dari sudut bibirnya. Sedetik kemudian Karen pingsan.Dan aku, leherku semakin dicekik kuat olehnya, rasanya sudah di ambang kematian, aku lemas, nafasku benar-benar serasa

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 110. Rasa Kecewa

    Di PaviliunPada tempat tertinggi, seorang wanita berbaju merah duduk di atas kursi naga, hanya terlihat jubah merah, yang menutupi tubuhnya."Nona Yoyo, ada dua orang wanita di luar sana untuk membuat masalah, salah satu wanita itu mengatakan dia adalah Selir Ular, dan mereka memiliki mutiara ular yang kuat di tangan mereka."Penjaga melaporkan situasinya kepada Yoyo dengan hormat."Jalang, aku masih berencana untuk mencari mereka, tetapi mereka akhirnya datang sendiri mencari mati."Suara perempuan itu terdengar dingin, dia menghempaskan lengan baju panjangnya, berdiri dan pergi.Berkat mutiara ular sakti itu, aku dan karen berhasil menerobos masuk hingga kedalam, akan tetapi keadaan di istana ini benar-benar berubah seratus persen. Sepi dan sunyi, tak ada tanda-tanda kehidupan, para pelayan dan penjaga yang biasanya berseliweran kesana kemari tak tampak lagi.Saat, hatiku bertanya-tanya, terdengar suara erangan ke telingaku, aku mendengarkan nya dengan seksama, suara itu datang dari

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 109. Penipu

    Beberapa hari ini, aku selalu merasa tidak enak, selalu merasa bahwa sesuatu akan terjadi dan semua itu mengingatkanku pada kesulitan di istana ular."Karen, bagaimana jika kita kembali ke istana ular."Di dalam kamar mewah, aku dan karen duduk di depan meja sambil mengasuh ketujuh anakku yang sedang bermain."Kakak. Ada apa?"Mendengar apa yang kukatakan, karen dengan tidak mengerti bertanya, aku mengerti, dia mungkin takut bahwa aku akan terluka lagi."Belakangan ini aku merasa sedikit buruk, tidak tahu, seakan ada sesuatu yang terjadi di istana ular, aku ingin pergi melihatnya, Aku tahu Bunda Mo tidak menyukaiku, tapi biar bagaimana pun dia adalah ibu dari raja ular suamiku, jika benar telah terjadi sesuatu, bagaimana bisa aku hanya duduk diam dan menontonnya." Kataku pada Karen."Baiklah kak, aku akan ikut kembali bersama kakak, sebisaku, aku berjanji akan melindungi kakak.""Terima kasih, Karen."Aku tersenyum tipis dan berterima kasih pada Karen."Sudahlah tidak apa-apa jangan be

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 108. Perubahan

    Ketika melihat mereka saling berebut ingin segera mengejar kupu-kupu yang terbang, karen bermaksud hendak membantu mereka untuk menangkap kupu-kupu."Bibi Karen, aku menginginkan itu.""Aku juga menginginkan itu bibi karen."Anak-anak mengedipkan mata dan memandangi kupu-kupu yang berterbangan di sekitar. Mereka mengatakan bahwa penampilan kupu-kupu imut itu sangat memesona."Baiklah, bibi Karen akan menangkap satu untuk setiap anak-anak."Karen segera menggendong anak-anak dari lengan Dewa bumi dan meletakkan mereka di sebuah bangku batu yang bersih untuk duduk dan menunggunya, sementara dia pergi menangkap kupu-kupu itu.Ketujuh anakku melihat Karen tengah berlarian menangkap kupu-kupu, tentu saja mereka sangat senang, merekapun tersenyum sambil melambaikan tangan mereka."Mereka sungguh imut."Dewa bumi memandangi ketujuh anakku, Aku bisa melihat bahwa dia sangat menyukai anak-anakku dan memperlakukan mereka dengan baik."Ya."Aku mengangguk dan menatap ketujuh anak-anak itu dengan

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 107. kupu-kupu

    "Kakak, anak-anakmu sangat imut."Karen menyeka air matanya.Aku mengangguk, memang, ketujuh anakku begitu baik serta imut, dan aku merasa sedang bermimpi saat ini."Ngomong-ngomong, apakah kakak terluka?" Karen bertanya padaku."Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu, Karen?""Aku juga baik-baik saja kak."Saat kami sedang asyik berbincang-bincang, tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan menampakkan sesosok Pria Cantik Berbaju Putih masuk kedalam."Kalian sudah bangun?"Dewa Bumi berjalan mendekati ranjang dan bertanya padaku, dan dua pengawalnya berdiri di luar pintu."Yah, terima kasih sudah menyelamatkanku, Karen serta anak-anakku."Aku berterima kasih kepada Pria Cantik Berbaju Putih itu."Sama-sama, anak-anak sudah tidur ya."Mata Pria Cantik Berbaju Putih jatuh pada ketujuh anak-anak yang lucu. Anak-anak semua tertidur, dan mulut kecil mereka mengecap, itu terlihat sangat lucu."Umm."Aku mengangguk dan menatap ketujuh anak yang imut di sampingku dengan penuh kasih sayang."Istiraha

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 106. Sayang

    "Kakak, kakak."Ketika Karen melihatku jatuh berguling-guling di lereng bukit, dia sangat cemas dan ingin segera menyelamatkanku, akan tetapi tanpa sengaja kakinya pun ikut tergelincir.Aku pun jatuh terguling, kepalaku mengenai batu, lalu pingsan."Kakak, kakak."Karen merangkak menuju ke arahku dan memanggil namaku berkali-kali, kepalanya pun ikut menabrak batu sedetik kemudian karen pingsan.Sementara itu di dalam istana Dewa Bumi para bayi tampak riang bermain-main."Kakak-kakakku, adik sudah bersembunyi, datang dan carilah."Seorang bayi perempuan berkata bahwa dia bersembunyi dan meminta keenam kakaknya untuk mencarinya.Keenam bayi lelaki itu saling memandang dengan senyum menawan di wajah mereka.Keenam anak turun dari tempat tidur dan mulai mencari adik perempuannya secara terpisah.Ada yang mencari ke bawah tempat tidur, lemari, atau salah satu dari mereka pergi ke meja dan menemukan adik mereka.Setelah bermain, beberapa bayi merangkak ke tempat tidur."Kakak, aku merindukan

DMCA.com Protection Status