Beranda / Fantasi / Bukan Menantu Sampah / Bab. 8. Sang Raja

Share

Bab. 8. Sang Raja

Penulis: Sarangheo
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-04 07:09:37

“Tidak perlu mengurusi mereka, kita makan saja.”

Ucap Austin Ye datar sambil mengambiliku semangkuk sayur.

“Kamu terlihat cukup cantik berdandan seperti ini.”

Lalu dia lagi-lagi berkata seperti itu sambil memandangku, bibirnya memperlihatkan sebuat senyuman yang memikat orang, bagaikan matahari yang bersinar terang, seperti seorang anak lelaki yang dewasa, menurutku dia seharusnya lebih kecil dariku beberapa tahun.

Keringat, wajahku lagi-lagi tiba-tiba memanas, lupakan mengenai pujian itu, tetapi bisa tidak jangan menoleh ke arahku ketika memuji? Dia menangkap aku yang membuang pandanganku dan tidak ada sedikitpun maksud untuk mengembalikan pandanganku.

“Sebenarnya, disini bisa sedikit lebih terbuka lagi.”

Ucapnya sambil menunjuk ke bagian dari diriku yang penuh itu, tawanya berubah nakal.

“Hei, anak kecil tidak boleh asal berbicara.”

Tidak peduli seberapa kaya dan tampan dirinya, singkatnya, aku hanya bisa menganggapnya sebagai seorang anak kecil, dengan begitu aku lebih mudah untuk menerima pikiranku sendiri.

“Anak kecil?“

Dirinya adalah seorang yang berumur ribuan tahun, tidak, adalah seekor ular berumur ribuan tahun, masih dianggap anak kecil oleh seorang wanita yang umurnya belum sampai tiga puluh tahun? Bercanda.

“Kenapa? Kalau dilihat dirimu paling berumur dua satu, dua dua, apa jangan-jangan aku salah?”

Ucapku sambil makan, kemudian menjepit sepotong daging dan memasukkannya ke dalam mulutku, rasanya benar-benar tidak buruk, hanya seorang anak kecil baru bisa bersinar seperti matahari seperti dirinya dan terlihat sangat tampan.

“Kalau aku beritahu kamu tahun ini aku sudah berumur empat ribu tahun, apa kamu percaya?”

Austin Ye tidak makan sama sekali, dia hanya melihatku makan, kemudian berkata seperti itu, mengenai berpenampilan seperti itu sudah menjadi bawaannya dari lahir, berapa banyak wanita yang sudah dipikatnya sampai putus asa, tidak ada yang bisa dia lakukan.

“Pft……”

Ucapan Austin Ye itu membuatku tertawa, dan tidak bisa menahan diri, kemudian menyembur ke arahnya sampai wajahnya dipenuhi dengan butiran nasi.

Melihat wajahnya yang seketika berubah suram, aku tidak berani untuk tertawa lagi, tidak tahu kenapa, aku sangat takut dirinya marah.

“Maaf, maaf, aku akan membantumu membersihkannya.”

Aku dengan cepat menarik secarik kertas tisu dan menjulurkan tanganku untuk membantunya menyeka bersih butiran nasi di atas wajahnya itu.

Pandangan mata dinginnya perlahan berubah lembut, hatiku juga ikut meleleh.

Tiba-tiba dirinya mencengkram tanganku, sentuhan seperti itu membuat jantungku bertedak dengan cepat, wajahku memerah, dengan jarak yang begitu dekat antara aku dan dirinya, maafkan diriku karena tanpa malu sedikitpun menelan air ludahku, berhadapan dengan seorang lelaki yang lebih cantik daripada seorang wanita cantik, siapa yang bisa tenang? Reaksiku ini juga adalah reaksi orang yang normal.

Sudut bibir lelaki cantik itu perlahan naik ke atas, tangan yang mencengkramku itu perlahan bergerak ke ujung jariku, kemudian perlahan menarik kertas tisu di dalam tanganku itu, lalu dengan anggunnya menyeka butiran nasi di atas mukanya itu sampai bersih.

Mengingat kembali reaksiku barusan itu benar-benar memalukan, aku menarik kembali tanganku dan tiba-tiba merasa malu, sama seperti seorang anak kecil yang baru pertama kali jatuh cinta, aku menundukkan kepalaku, tidak berani melihat mata seseorang.

“Sudah kenyang?”

Tanyanya dengan suara yang enak di dengar itu, sudah berapa besar, tetapi masih malu seperti anak kecil saja, namun pria itu justru lumayan menyukai penampilan malu-malunya yang seperti itu.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dengan keras, baru makan sedikit seperti ini, bagaimana mungkin kenyang? Porsi makanku besar tahu, dan lagi sedikit yang baru aku makan tadi sudah tersembur ke atas wajahnya semua.

Satu meja penuh dengan hidangan lezat itu akan benar-benar sayang kalau tidak dimakan, tanpa mempedulikan apapun yang terjadi, aku mengangkat mangkuk dan sumpitku kemudian mulai makan dengan lahap, tidak lama kemudian, sebagian besar hidangan di atas meja itu sudah sebagian besar aku habiskan, semua gambaran yang aku miliki sebagai wanita cantik, sudah habis tidak bersisa disini.

“Ugrh……” Sendawaku setelah makan.

Aku menyeka minyak yang membekas di mulutku, ini adalah makanan terbaik yang pernah aku santap seumur hidupku, kehidupan orang yang memiliki uang memang tidak sama, makan makanan yang enak, tinggal di kediaman yang megah, aku diam-diam mengela napas di dalam hatiku, perutku kenyang sampai melendung seperti balon.

“Sudah kenyang?“

Aku yang terlalu gembira makan tadi, benar-benar melupakan kehadiran sosok di sebelahku itu, penampilanku yang seperti renkarnasi dari hantu yang mati kelaparan itu sudah terbongkar semua dihadapan lelaki cantik itu.

“Kenyang sekali.”

Ucapku sambil mengelus-elus perutku yang bulat itu dengan tidak enak, benar-benar memalukan.

“Itu, kamu kenapa tidak makan?”

Ucapku sambil menunjuk sayur di atas meja sisaku makan tadi, apa dia bisa kenyang hanya dengan melihatku makan?

“Aku tidak lapar.”

Ucap Austin Ye sambil menopang dagunya dengan satu tangan, kenyang hanya dengan melihat orang disampingnya itu makan.

Setelah kenyang, aku teringat kembali dengan masalah kepulanganku.

“Terima kasih sudah menyelamatkanku, apa kamu bisa mengantarku pulang?”

Tanyaku sambil menatapnya, aku sudah memikirkan hal pertama yang akan aku lakukan ketika pergi dari sini yaitu aku akan mengekspos pria dan wanita kurang ajar yang menyakitiku itu, membiarkan mereka mendapatkan hukuman yang sepantasnya, mereka ingin membunuhku, aku juga tidak mungkin membiarkan mereka hidup enak.

“Aku sedang menugaskan orang untuk mencari jalan keluar, mungkin masih perlu menunggu beberapa hari, kamu menetap saja dulu dengan tenang, kalau ada yang kamu butuhkan, katakan saja kepada Petugas Bai, atau juga bisa langsung mencari dan mengatakannya kepadaku.”

Ucap Austin Ye, pandangan matanya yang gelap dan tenang itu seperti bisa menembus pikiran orang, seluruh kebencian dan dendam perlahan diluluhkan oleh perkataan penuh perhatian darinya itu.

“Baiklah, kalau begitu maaf sudah merepotkan.”

Aku berkata dengan penuh terima kasih, tidak mati kedinginan atau mati kelaparan di dalam gunung, ada orang yang menyelamatkanku, dan masih menanggung makan serta tempat untukku tinggal, memberikanku perlakuan yang baik, takutnya itu semua adalah seluruh keberuntungan yang telah aku kumpulkan dari beberapa renkarnasi hidupku.

“Pasti lelah kan? Aku akan menyuruh beberapa pendamping wanita untuk membawamu pergi istirahat, jangan terlalu banyak berpikir.”

Ucapnya dengan datar, pada mulanya dirinya ingin memberikan lebih banyak hukuman lagi kepada wanita itu, tetapi wanita yang sudah menerima luka itu membuat dirinya tidak tahan terluka.

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku, kemudian dengan mengikuti beberapa pendamping wanita cantik yang dipanggil masuk itu pergi meninggalkan tempat itu, mengitari sebuah taman dan kembali ke ruangan itu lagi.

Ucapan itu “jangan berpikir terlalu banyak”, seperti menandakan semua yang diketahuinya tentang diriku.

Dalam ruangan itu, pendamping wanita itu sudah lama merapikan tempat tidur itu, Penjaga Bai sudah memerintahkan, ratu dunia ular dimasa depan harus dilayani dengan sangat baik, karena itu tidak ada satupun pendamping wanita yang berani lalai.

“Selamat malam, benar-benar sudah merepotkan kalian, tolong bantu aku untuk menutup pintu itu ketika kalian keluar, terima kasih.”

Aku dengan penuh sopan santun mengucapkan terima kasih kepada beberapa pendamping cantik yang telah membantuku menyiapkan tempat tidur itu.

“Kami semua berada di depan, kalau ada perintah apapun, Nona langsung panggil saja.”

Pendamping wanita itu hanya keluar dengan hormat tetapi tidak meninggalkan tempat itu.

Aku hanya ingin berkata hanya tidur, tidak perlu serepot itu, juga membiarkan mereka kembali untuk tidur, bekerja di jam malam benar-benar melelahkan, hanya saja belum sempat diriku membuka mulut, mereka sudah keluar duluan dan menutup pintu itu dengan pelan.

Karena masih belum menemukan jalan keluar, aku hanya bisa menetap dengan tenang disini, aku memang selalu merasa istana megah ini sedikit aneh, tetapi karena sudah diselamatkan kesini, aku hanya bisa tinggal dengan tenang, tidak mati dalam situasi parah seperti itu dan masih diselamatkan oleh orang, itu semua adalah berkah terbesar yang diberikan Tuhan kepadaku.

Dengan sedikit perasaan lelah, aku melirik sekali lewat ke arah luar jendela, pasti ada sekumpulan wanita yang berjaga diluar, kemudian aku melepaskan gaun panjang itu dan masuk kedalam selimut dengan hanya mengenakan pakaian tidur yang tipis, bagian perutku terasa sedikit nyeri, mengingat anak yang gugur dari kandunganku itu, bagaimana bisa aku tidak memikirkannya, satu tanganku mengelus bagian perutku dan menutup mata yang akhirnya terasa lembab.

Disisi lainnya, di dalam sebuah ruangan yang paling besar dan paling megah di dalam istana itu, Austin Ye duduk di atas singgasananya, tangannya mengangkat secangkir arak, dirinya sedang meminum arak dengan perasaan tidak bahagia.

Penjaga Bai yang berdiri disamping dan melihat Raja Ular sedang minum arak untuk menenangkan amarahnya, tidak berani mengatakan apapun.

Minum arak seorang diri benar-benar tidak ada artinya, pandangan mata dingin dan tajamnya itu kemudian terarah ke satu-satunya orang disampingnya itu, Penjaga Bai merasakan semacam serangan dingin sedang dijatuhkan ke tubuhnya.

“Andrew Bai, duduk kemari, temani aku minum.”

Austin Ye menuangkan secangkir arak untuk Penjaga Bai.

Karena itu adalah keinginan Raja Ular, Penjaga Bai juga tidak berani menolaknya, dirinya hanya bisa menerima cangkir arak itu dengan hormat dan duduk di tempat itu.

“Kalau tebakan hamba benar, Raja sedang khawatir untuk memilih selir lagi tahun ini.”

Penjaga Bai meminum satu teguk arak itu sambil bertanya dengan penuh hati-hati, aroma harum arak itu menyeruak di dalam mulutnya, selain orang terdekat disisi Raja Ular, tidak banyak orang yang bisa meminum arak dengan kualitas tinggi seperti itu, tetapi pikiran Penjaga Bai tidak terletak di arak itu, dengan statusnya sebagai pendamping raja, kalau ingin mendapatkan kepercayaan hari raja, pertama-tama dirinya harus belajar cara untuk menyelesaikan masalah untuk raja.

“Memang hanya kamu yang paling mengerti diriku, tuang arak lagi.”

Mendengar ucapan itu, Penjaga Bai langsung mengisi penuh cangkir arak Raja Ular, juga menuangkan arak itu sampai penuh di cangkirnya.

Benar-benar tidak salah pria itu mengikuti dirinya selama ribuan tahun, apa yang hatinya pikirkan, takutnya juga hanya ada Penjaga Bai yang paling mengerti, Penjaga Bai memiliki kemampuan tinggi untuk menangani masalah, dan bisa mengatakan beberapa kata-kata tulus kepada dirinya, karena itu dia yang memiliki status sebagai Raja Ular barulah bisa menganggap penting pria itu, dan membiarkan pria itu tinggal disisinya.

Semakin tinggi kedudukkan seseorang, akan semakin sedikit memiliki orang disekitar yang bisa dipercaya.

Bab terkait

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 9. Pemilihan

    “Pilih selir apa, tidak ada yang menarik sama sekali.”Nada bicara Austin Ye datar dengan sedikit sindiran.Dunia ular akan mengadakan pemilihan selir setiap lima ratus tahun sekali, dengan statusnya sebagai raja, dirinya harus memilih dari antara ular-ular cantik yang sudah disediakan itu, melihat pemilihan selir yang akan segera datang, itu jugalah yang membuat Austin Ye menjadi pusing.“Raja tidak suka memilih selir karena ingin memilih orang yang diri sendiri cintai.”Penjaga Bai mengerti kepahitan dengan menyandang status sebagai raja, dirinya mengerti bahwa Raja Ular sama sekali tidak menyukai wanita ular cantik yang telah dipilih itu.“Peraturan untuk memilih selir seperti ini, cepat atau lambat pasti akan ditentang.”Ucap pria cantik itu sambil berjalan ke depan jendela, satu tangannya mengangkat cangkir arak yang cantik itu, dan tangan yang lainnya memegangi bingkai jendela itu, wajah tampan dan cantik itu seperti pemandangan malam saat itu, dingin, dia menatap langit malam, s

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 10. Pulang

    "Aku hendak membunuhmu, Siluman Ular, membalaskan dendam Austin."Lalu, aku sudah dililit oleh piton besar ini, seekor piton besar ini sedang memandangku dengan lembut.Pandangan ini sangat familiar."Bukankah aku sudah hidup dengan baik begini."Si ular besar akhirnya angkat bicara, suaranya persis seperti Austin.Mulai mempertanyakan apakah Austin adalah Siluman Ular yang dapat berubah? Bagaimanapun aku tidak berani mempertanyakan dan hanya menebak saja."Benar, ini aku."Ular itu kembali bicara, Tuhanku, lelaki tampan itu dan piton besar ini adalah satu sosok yang sama, aku pingsan seketika."Bertemu dengan Raja Ular."Dia berlutut, suaranya menggetarkan telinga."Berdirilah."Lelaki tampan itu memelukku, suaranya dingin. Selesai bicara, ia meninggalkan ruangan sambil menggendong dengan dinginnya, kembali ke ruangannya."Penjaga Andrew Bai, kelihatan jelas bahwa Raja Ular peduli dengan gadis itu, dia siapanya Raja Ular? "Raja Ular baru saja pergi, beberapa dayang wanita mulai menan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-08
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 11. Masih bisa selamat

    Menyesal sekarang apa gunanya, lebih baik aku di hutan dan terus berjalan.Daun berwarna kuning keemasan gugur ke pundakku, sehelai.. dua helai.. tiga empat helai...Selain suara langkah kakiku sendiri dan suara daun berguguran, aku mendengar suara lain yang membuatku tidak aman, menakutkan."Siapa?"Statis di hutan ini makin lama makin besar, jantungku dibuat berdegup makin kencang, seolah-olah aku merasa ada yang sedang mengepungku dari semua arah.Aku menyapu pandangan ke semua sudut, selain pohon yang tebal, tidak ada lagi yang terlihat.Aku menepuk-nepuk dada, menghela nafas dan melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba, muncul kepala ular di antara dedaunan, mengagetkanku hingga aku tidak berani melanjutkan langkah. Jantungku seolah hendak melompat keluar dari mulutku.Macam-macam ular muncul menengadahkan kepalanya, dari mulutnya memuntahkan suara. Mereka mengerjapkan mata sambil memandangku, pandangan yang dingin itu menusuk ke hatiku. Memang hewan berdarah dingin, membuat siapapun yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-08
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 12. Heran

    Penjaga Andrew Bai seperti tidak menyangka aku bisa bertanya seperti ini kepadanya. Dalam sekejap dia tidak tahu harus bagaimana menjawab. Dia hanya bisa menatap Raja Ular.“Mereka pantas mati.”Austin menjawab dengan dingin. Pantas untuk mati jika tidak melakukan sesuatu dengan baik. Dia selalu seperti ini menyelesaikan masalah.“Apa karena aku kabur, makanya kamu membunuh mereka?”Perasaanku tiba-tiba merasa berat. Bagaimanapun juga, beberapa orang itu kehilangan nyawa karenaku.“Benar.”Dia menjawab tanpa ragu. Tidak ada perubahan perasaan karena sudah membunuh beberapa pelayan wanita.“Itu bukan salah mereka. Bagaimana bisa kamu membunuh mereka sesukamu.”Melihat sikpanya yang dingin, ada gejolak besar di dalam perasaanku. Dia membunuh orang dengan sesuka hati. Ini membuatku sangat marah. Terlebih, aku merasakan kesalahan yang mendalam terhadap beberapa pelayan wanita yang meninggal itu.Kalau bukan karena aku, mereka juga tidak akan meninggal.“Mereka pantas mati.”Dia masih menja

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-08
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 13. Iri

    Sejak setelah kabur yang gagal, tidak pernah terpikirakan olehku untuk kabur. Pokoknya juga tidak bisa kabur, atau mungkin bisa melibatkan banyak orang lagi. Lagipula, sebutan Nona Kura-Kura yang bagus ini tidak cocok denganku, jadi aku memutuskan untuk tidak kabur lagi.Pemikiran untuk kabur tidak ada lagi, tapi bagaimana mungkin kebencianku terhadap Jason dan Lina hilang.Satunya pacar, satunya sahabat, yang dengan kejam ingin mencelakaiku agar meninggal. Siapa yang tidak akan benci. Tidak hanya aku yang mereka celakai, tapi janin yang tidak bersalah juga meninggal.“Nona Isabelle.”Saat aku sedang bersandar di meja melamun sendirian dan merasa bosan, suara berat seorang pria membuyarkan semua pikiranku.“Penjaga Andrew Bai, apa ada masalah?”Dengan segera aku menegakkan badan dari meja. Melihat orang yang merupakan penjaga di sisi Austin, aku bertanya kepadanya.Hari-hari dimana aku tinggal di istana ular, penjaga Andrew Bai hampir selalu menjagaku dengan baik. Dia mengatakan ini ad

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-09
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 14. Memohon Ampun

    “Ini adalah tempat untuk menguburmu.” Kata pelayan berpakian kuning kepadaku dengan jahat.“Ternyata kalian membohongiku. Penjaga Andrew Bai sama sekali tidak menyuruh kalian membawaku pergi, iya kan.”Aku sudah bisa menebaknya. Kedua pelayan wanita ini membohongiku karena ingin mencelakaiku.“Apa yang kamu katakan itu benar. Hanya saja kamu terlambat mengetahuinya.”Kata kedua pelayan wanita itu dengan kebencian. Susah payah mencari kesempatan seperti ini, mereka tidak akan melepaskannya.“Aku juga tidak berbuat salah pada kalian. Kenapa kalian ingin berbuat seperti ini?”Aku benar-benar tidak mengerti. Ini aneh. Kenapa mereka ingin mencelakaiku, sambil aku memikirkan bagaimana kabur dan terlepas dari mereka.“Kenapa? Orang rendahan sepertimu, kenapa bisa menjadi kesayangan Raja Ular. Kamu tidak cocok. Kamu pantas untuk mati.”Kata pelayan wanita berpakaian biru dengan kebencian. Hanya dengan membunuh orang seperti ini, mereka baru memiliki kesempatan.Ternyata karena alasan ini merek

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-10
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 15. kekhawatiran

    Penjaga Andrew Bai tidak peduli kedua pelayan memohon ampun.“Jika dari awal tahu akan seperti ini, Raja ular tidak akan melepaskan kalian, Silahkan kalian memutuskan sendiri."Penjaga Andrew Bai melempar pisau di depan kedua pelayan wanita.“Nona Isabelle, tolong ampuni kami, kami tidak berani, sungguh tidak akan berani lagi.”Kedua pelayan terus meminta maaf, mereka tahu bahwa mereka bersalah, mereka tidak ingin mati.“Nona Isabelle, kami memang sudah melakukan kesalahan, mohon nona Isabelle memaafkan kami, kami pasti akan menuruti dan bekerja keras untuk nona Isabelle.”“Mohon nona Isabelle lepaskanlah kami, kami tidak akan berani lagi.”Kedua pelayan tahu bahwa penjaga Andrew Bai tidak peduli, jadi hanya bisa memohon kepadaku, karena mereka takut dihukum, suara mereka bergetar, tidak sekeras sebelumnya.Mereka ingin membunuhku, lalu memohon ampun kepadaku, aku juga tidak tahu harus berbuat apa, meskipun marah kepada mereka, tetapi mereka sudah tahu bersalah, aku juga tidak ingin me

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-10
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 16. Sikap Yang Membingungkan

    "Terima kasih nona Isabelle."Penjaga Andrew Bai berterima kasih sambil memberi hormat."Hal kecil, tidak perlu berterima kasih."Aku terlalu dini untuk percaya diri, lelaki itu tentu tidaklah mudah untuk dibohongi.Aku dan Penjaga Andrew Bai memasuki istana seperti biasa, dengan wajah yang tenang, seperti tidak pernah terjadi sesuatu.Di istana yang mewah dan luas, diatas meja penuh dengan makanan, pria cantik itu telah duduk di depan meja, menungguku makan."Raja ular, hamba sudah membawa nona Isabelle kemari.”Aku memberi hormat kepada Raja Ular.“Mengapa hari ini pulang terlalu malam, Penjaga Andrew Bai, apa ada masalah?"Pria cantik itu bertanya dengan dingin, wajahnya acuh tak acuh, menatap Penjaga Andrew Bai."Karena malam ini, malam ini..."Aku segera mendekati Penjaga Andrew Bai, dengan lembut menarik pakaiannya, mendengar dia berbicara dengan gugup, tahu bahwa dia tidak bisa berbohong. Aku memberi tahunya agar tenang, cukup memberikan alasan."Ehm? Apa yang terjadi malam ini?

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-10

Bab terbaru

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 114. Aku Akan Selalu Menunggu

    "Bayi-bayi, dengarkan kata-kata ibu ya, mengerti?"Suara pria itu lembut berpesan kepada bayi-bayi itu."Baik ayah, kami akan menurut pada ibu dan mendengarkan kata-kata ibu."Ketujuh bayi itu menjawab dengan penuh pengertian. Ketika melihat bahwa Ketujuh bayi itu tampak pengertian, Raja ular merasa lega.Dan sudah waktunya kami berpamitan pergi."Isabelle.""Suamiku."Tangannya yang menggenggam erat seakan tidak rela untuk melepaskan tanganku, tetapi secara paksa tanganku ditarik oleh Tentara surga."Raja Ular, Selir Ular, mohon pengertiannya."Tentara surga memberi hormat, mereka juga tidak ingin melakukan hal-hal buruk, memisahkan Raja ular dan Selir Ular, tetapi karena itu adalah tugas mereka, jadi mereka terpaksa melakukannya."Suamiku, aku pasti akan menunggumu.""Isabelle... Isabelle Yao."Hal yang paling menyakitkan bukanlah kematian, tetapi hidup terpisah dengan orang yang paling kita cintai. Pada saat berpisah dari suamiku, hatiku sangat sangat sakit, aku tidak tahu kapan, ka

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 113. Betapa Rindunya

    Ketulusanku kepada Raja Ular, akhirnya membuat Bunda Mo menerimaku.Melihatku begitu bertekad, dia menganggukan kepala."Ini semua salahku, Raja Ular dihukum, aku memang membawa bencana bagi dunia ular, Bunda Mo jangan marah."Aku menyalahkan diriku sendiri, jika bukan karena aku, semua ini tidak akan terjadi."Ini semua sudah takdir, aku tidak akan menyalahkanmu lagi."Bunda Mo menghela nafas, dia sudah berfikir dengan jernih, biar bagaimana pun jika semua sudah di takdirkan, maka jalan satu-satunya adalah menjalaninya, bukan menolak ataupun mengeluh. Perubahan Bunda Mo membuatku merasa lega."Apakah bayimu sudah lahir?"Bunda Mo melihat bentuk tubuhku yang sudah seperti semula, dan bertanya padaku, ketika aku diusir karena amarahnya, dia sedikit menyesalinya, lagi pula, yang aku kandung adalah darah daging dunia ular."Sudah Lahir, aku meninggalkan mereka kepada seseorang untuk dijaga."Aku menjawab, seperti nya Bunda Mo sudah menerimaku sebagai ibu dari anakku dan menantunya."Bisak

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 112. Kesetiaan

    "Ahhhh ... Apa yang terjadi?"Terkejut, Yoyo bergegas ke dalam istana, mengambil cermin dan menatap dirinya sendiri, Yoyo tertegun, wanita di cermin itu penuh dengan rambut putih dan kerutan, seperti nenek tua yang keriput, sangat jelek.Pemandangan ini membuat Yoyo yang awalnya cantik seperti bunga, menjadi marah dan tidak terima akan perubahan seperti ini, ini adalah pukulan besar untuknya."Tidak, ini tidak mungkin! Aku sangat cantik, aku sangat cantik!"Yoyo memegangi kepalanya dan berteriak, saat itu dia tidak bisa memikirkan apapun, sekali pun jika ada musuh di hadapan nya, dia sama sekali tidak memperdulikannya, yang hanya dia perdulikan adalah penampilannya.Penampilannya yang sangat jelek seperti ini, bagaimana mungkin dia akan bisa bertemu orang di masa depan? Yoyo mendongak, melihat ketujuh bayi itu berdiri di depannya tanpa cedera. Ketujuh bayi imut itu, pada saat ini, menatapnya tanpa perasaan.Yoyo yang berambut putih itu adalah keinginannya sendiri, karena dia telah bera

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 111. Apa Yang Terjadi?

    "Diam kamu, jika tidak ada pelacur sepertimu, Austin hanya akan menyukaiku, aku sangat membencimu!"Yoyo menggeram dan menunjuk ke arahku, suasana hatinya sangat buruk."Yoyo.""Diam kamu, aku memintamu tutup mulut, apakah kamu sudah tuli?"Yoyo tiba-tiba menghilang dan muncul di belakangku, lalu sebelah tangannya mencekik leherku, sehingga membuatku terengah-engah."Yoyo, lepaskan kakak!"Karen berteriak sambil berusaha menyelamatkanku, tetapi Mutiara Ular di tangannya terhisap dan ditelan Yoyo lebih dulu."Karen, kamu sungguh bodoh, hahah... Kamu juga sudah bosan hidup rupanya."Yoyo menoleh karen, lalu tangan kirinya mengeluarkan asap putih dan mendorongnya kearah karen, sementara itu Karen sudah tidak memiliki kemampuan apa-apa untuk menyerang balik. Karen terlempar jauh keatas dinding, darah segar pun menyembur dari sudut bibirnya. Sedetik kemudian Karen pingsan.Dan aku, leherku semakin dicekik kuat olehnya, rasanya sudah di ambang kematian, aku lemas, nafasku benar-benar serasa

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 110. Rasa Kecewa

    Di PaviliunPada tempat tertinggi, seorang wanita berbaju merah duduk di atas kursi naga, hanya terlihat jubah merah, yang menutupi tubuhnya."Nona Yoyo, ada dua orang wanita di luar sana untuk membuat masalah, salah satu wanita itu mengatakan dia adalah Selir Ular, dan mereka memiliki mutiara ular yang kuat di tangan mereka."Penjaga melaporkan situasinya kepada Yoyo dengan hormat."Jalang, aku masih berencana untuk mencari mereka, tetapi mereka akhirnya datang sendiri mencari mati."Suara perempuan itu terdengar dingin, dia menghempaskan lengan baju panjangnya, berdiri dan pergi.Berkat mutiara ular sakti itu, aku dan karen berhasil menerobos masuk hingga kedalam, akan tetapi keadaan di istana ini benar-benar berubah seratus persen. Sepi dan sunyi, tak ada tanda-tanda kehidupan, para pelayan dan penjaga yang biasanya berseliweran kesana kemari tak tampak lagi.Saat, hatiku bertanya-tanya, terdengar suara erangan ke telingaku, aku mendengarkan nya dengan seksama, suara itu datang dari

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 109. Penipu

    Beberapa hari ini, aku selalu merasa tidak enak, selalu merasa bahwa sesuatu akan terjadi dan semua itu mengingatkanku pada kesulitan di istana ular."Karen, bagaimana jika kita kembali ke istana ular."Di dalam kamar mewah, aku dan karen duduk di depan meja sambil mengasuh ketujuh anakku yang sedang bermain."Kakak. Ada apa?"Mendengar apa yang kukatakan, karen dengan tidak mengerti bertanya, aku mengerti, dia mungkin takut bahwa aku akan terluka lagi."Belakangan ini aku merasa sedikit buruk, tidak tahu, seakan ada sesuatu yang terjadi di istana ular, aku ingin pergi melihatnya, Aku tahu Bunda Mo tidak menyukaiku, tapi biar bagaimana pun dia adalah ibu dari raja ular suamiku, jika benar telah terjadi sesuatu, bagaimana bisa aku hanya duduk diam dan menontonnya." Kataku pada Karen."Baiklah kak, aku akan ikut kembali bersama kakak, sebisaku, aku berjanji akan melindungi kakak.""Terima kasih, Karen."Aku tersenyum tipis dan berterima kasih pada Karen."Sudahlah tidak apa-apa jangan be

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 108. Perubahan

    Ketika melihat mereka saling berebut ingin segera mengejar kupu-kupu yang terbang, karen bermaksud hendak membantu mereka untuk menangkap kupu-kupu."Bibi Karen, aku menginginkan itu.""Aku juga menginginkan itu bibi karen."Anak-anak mengedipkan mata dan memandangi kupu-kupu yang berterbangan di sekitar. Mereka mengatakan bahwa penampilan kupu-kupu imut itu sangat memesona."Baiklah, bibi Karen akan menangkap satu untuk setiap anak-anak."Karen segera menggendong anak-anak dari lengan Dewa bumi dan meletakkan mereka di sebuah bangku batu yang bersih untuk duduk dan menunggunya, sementara dia pergi menangkap kupu-kupu itu.Ketujuh anakku melihat Karen tengah berlarian menangkap kupu-kupu, tentu saja mereka sangat senang, merekapun tersenyum sambil melambaikan tangan mereka."Mereka sungguh imut."Dewa bumi memandangi ketujuh anakku, Aku bisa melihat bahwa dia sangat menyukai anak-anakku dan memperlakukan mereka dengan baik."Ya."Aku mengangguk dan menatap ketujuh anak-anak itu dengan

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 107. kupu-kupu

    "Kakak, anak-anakmu sangat imut."Karen menyeka air matanya.Aku mengangguk, memang, ketujuh anakku begitu baik serta imut, dan aku merasa sedang bermimpi saat ini."Ngomong-ngomong, apakah kakak terluka?" Karen bertanya padaku."Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu, Karen?""Aku juga baik-baik saja kak."Saat kami sedang asyik berbincang-bincang, tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan menampakkan sesosok Pria Cantik Berbaju Putih masuk kedalam."Kalian sudah bangun?"Dewa Bumi berjalan mendekati ranjang dan bertanya padaku, dan dua pengawalnya berdiri di luar pintu."Yah, terima kasih sudah menyelamatkanku, Karen serta anak-anakku."Aku berterima kasih kepada Pria Cantik Berbaju Putih itu."Sama-sama, anak-anak sudah tidur ya."Mata Pria Cantik Berbaju Putih jatuh pada ketujuh anak-anak yang lucu. Anak-anak semua tertidur, dan mulut kecil mereka mengecap, itu terlihat sangat lucu."Umm."Aku mengangguk dan menatap ketujuh anak yang imut di sampingku dengan penuh kasih sayang."Istiraha

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 106. Sayang

    "Kakak, kakak."Ketika Karen melihatku jatuh berguling-guling di lereng bukit, dia sangat cemas dan ingin segera menyelamatkanku, akan tetapi tanpa sengaja kakinya pun ikut tergelincir.Aku pun jatuh terguling, kepalaku mengenai batu, lalu pingsan."Kakak, kakak."Karen merangkak menuju ke arahku dan memanggil namaku berkali-kali, kepalanya pun ikut menabrak batu sedetik kemudian karen pingsan.Sementara itu di dalam istana Dewa Bumi para bayi tampak riang bermain-main."Kakak-kakakku, adik sudah bersembunyi, datang dan carilah."Seorang bayi perempuan berkata bahwa dia bersembunyi dan meminta keenam kakaknya untuk mencarinya.Keenam bayi lelaki itu saling memandang dengan senyum menawan di wajah mereka.Keenam anak turun dari tempat tidur dan mulai mencari adik perempuannya secara terpisah.Ada yang mencari ke bawah tempat tidur, lemari, atau salah satu dari mereka pergi ke meja dan menemukan adik mereka.Setelah bermain, beberapa bayi merangkak ke tempat tidur."Kakak, aku merindukan

DMCA.com Protection Status