Home / Fantasi / Bukan Menantu Sampah / Bab. 11. Masih bisa selamat

Share

Bab. 11. Masih bisa selamat

Author: Sarangheo
last update Last Updated: 2023-08-08 15:49:04
Menyesal sekarang apa gunanya, lebih baik aku di hutan dan terus berjalan.

Daun berwarna kuning keemasan gugur ke pundakku, sehelai.. dua helai.. tiga empat helai...

Selain suara langkah kakiku sendiri dan suara daun berguguran, aku mendengar suara lain yang membuatku tidak aman, menakutkan.

"Siapa?"

Statis di hutan ini makin lama makin besar, jantungku dibuat berdegup makin kencang, seolah-olah aku merasa ada yang sedang mengepungku dari semua arah.

Aku menyapu pandangan ke semua sudut, selain pohon yang tebal, tidak ada lagi yang terlihat.

Aku menepuk-nepuk dada, menghela nafas dan melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba, muncul kepala ular di antara dedaunan, mengagetkanku hingga aku tidak berani melanjutkan langkah. Jantungku seolah hendak melompat keluar dari mulutku.

Macam-macam ular muncul menengadahkan kepalanya, dari mulutnya memuntahkan suara. Mereka mengerjapkan mata sambil memandangku, pandangan yang dingin itu menusuk ke hatiku. Memang hewan berdarah dingin, membuat siapapun yan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 12. Heran

    Penjaga Andrew Bai seperti tidak menyangka aku bisa bertanya seperti ini kepadanya. Dalam sekejap dia tidak tahu harus bagaimana menjawab. Dia hanya bisa menatap Raja Ular.“Mereka pantas mati.”Austin menjawab dengan dingin. Pantas untuk mati jika tidak melakukan sesuatu dengan baik. Dia selalu seperti ini menyelesaikan masalah.“Apa karena aku kabur, makanya kamu membunuh mereka?”Perasaanku tiba-tiba merasa berat. Bagaimanapun juga, beberapa orang itu kehilangan nyawa karenaku.“Benar.”Dia menjawab tanpa ragu. Tidak ada perubahan perasaan karena sudah membunuh beberapa pelayan wanita.“Itu bukan salah mereka. Bagaimana bisa kamu membunuh mereka sesukamu.”Melihat sikpanya yang dingin, ada gejolak besar di dalam perasaanku. Dia membunuh orang dengan sesuka hati. Ini membuatku sangat marah. Terlebih, aku merasakan kesalahan yang mendalam terhadap beberapa pelayan wanita yang meninggal itu.Kalau bukan karena aku, mereka juga tidak akan meninggal.“Mereka pantas mati.”Dia masih menja

    Last Updated : 2023-08-08
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 13. Iri

    Sejak setelah kabur yang gagal, tidak pernah terpikirakan olehku untuk kabur. Pokoknya juga tidak bisa kabur, atau mungkin bisa melibatkan banyak orang lagi. Lagipula, sebutan Nona Kura-Kura yang bagus ini tidak cocok denganku, jadi aku memutuskan untuk tidak kabur lagi.Pemikiran untuk kabur tidak ada lagi, tapi bagaimana mungkin kebencianku terhadap Jason dan Lina hilang.Satunya pacar, satunya sahabat, yang dengan kejam ingin mencelakaiku agar meninggal. Siapa yang tidak akan benci. Tidak hanya aku yang mereka celakai, tapi janin yang tidak bersalah juga meninggal.“Nona Isabelle.”Saat aku sedang bersandar di meja melamun sendirian dan merasa bosan, suara berat seorang pria membuyarkan semua pikiranku.“Penjaga Andrew Bai, apa ada masalah?”Dengan segera aku menegakkan badan dari meja. Melihat orang yang merupakan penjaga di sisi Austin, aku bertanya kepadanya.Hari-hari dimana aku tinggal di istana ular, penjaga Andrew Bai hampir selalu menjagaku dengan baik. Dia mengatakan ini ad

    Last Updated : 2023-08-09
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 14. Memohon Ampun

    “Ini adalah tempat untuk menguburmu.” Kata pelayan berpakian kuning kepadaku dengan jahat.“Ternyata kalian membohongiku. Penjaga Andrew Bai sama sekali tidak menyuruh kalian membawaku pergi, iya kan.”Aku sudah bisa menebaknya. Kedua pelayan wanita ini membohongiku karena ingin mencelakaiku.“Apa yang kamu katakan itu benar. Hanya saja kamu terlambat mengetahuinya.”Kata kedua pelayan wanita itu dengan kebencian. Susah payah mencari kesempatan seperti ini, mereka tidak akan melepaskannya.“Aku juga tidak berbuat salah pada kalian. Kenapa kalian ingin berbuat seperti ini?”Aku benar-benar tidak mengerti. Ini aneh. Kenapa mereka ingin mencelakaiku, sambil aku memikirkan bagaimana kabur dan terlepas dari mereka.“Kenapa? Orang rendahan sepertimu, kenapa bisa menjadi kesayangan Raja Ular. Kamu tidak cocok. Kamu pantas untuk mati.”Kata pelayan wanita berpakaian biru dengan kebencian. Hanya dengan membunuh orang seperti ini, mereka baru memiliki kesempatan.Ternyata karena alasan ini merek

    Last Updated : 2023-08-10
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 15. kekhawatiran

    Penjaga Andrew Bai tidak peduli kedua pelayan memohon ampun.“Jika dari awal tahu akan seperti ini, Raja ular tidak akan melepaskan kalian, Silahkan kalian memutuskan sendiri."Penjaga Andrew Bai melempar pisau di depan kedua pelayan wanita.“Nona Isabelle, tolong ampuni kami, kami tidak berani, sungguh tidak akan berani lagi.”Kedua pelayan terus meminta maaf, mereka tahu bahwa mereka bersalah, mereka tidak ingin mati.“Nona Isabelle, kami memang sudah melakukan kesalahan, mohon nona Isabelle memaafkan kami, kami pasti akan menuruti dan bekerja keras untuk nona Isabelle.”“Mohon nona Isabelle lepaskanlah kami, kami tidak akan berani lagi.”Kedua pelayan tahu bahwa penjaga Andrew Bai tidak peduli, jadi hanya bisa memohon kepadaku, karena mereka takut dihukum, suara mereka bergetar, tidak sekeras sebelumnya.Mereka ingin membunuhku, lalu memohon ampun kepadaku, aku juga tidak tahu harus berbuat apa, meskipun marah kepada mereka, tetapi mereka sudah tahu bersalah, aku juga tidak ingin me

    Last Updated : 2023-08-10
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 16. Sikap Yang Membingungkan

    "Terima kasih nona Isabelle."Penjaga Andrew Bai berterima kasih sambil memberi hormat."Hal kecil, tidak perlu berterima kasih."Aku terlalu dini untuk percaya diri, lelaki itu tentu tidaklah mudah untuk dibohongi.Aku dan Penjaga Andrew Bai memasuki istana seperti biasa, dengan wajah yang tenang, seperti tidak pernah terjadi sesuatu.Di istana yang mewah dan luas, diatas meja penuh dengan makanan, pria cantik itu telah duduk di depan meja, menungguku makan."Raja ular, hamba sudah membawa nona Isabelle kemari.”Aku memberi hormat kepada Raja Ular.“Mengapa hari ini pulang terlalu malam, Penjaga Andrew Bai, apa ada masalah?"Pria cantik itu bertanya dengan dingin, wajahnya acuh tak acuh, menatap Penjaga Andrew Bai."Karena malam ini, malam ini..."Aku segera mendekati Penjaga Andrew Bai, dengan lembut menarik pakaiannya, mendengar dia berbicara dengan gugup, tahu bahwa dia tidak bisa berbohong. Aku memberi tahunya agar tenang, cukup memberikan alasan."Ehm? Apa yang terjadi malam ini?

    Last Updated : 2023-08-10
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 17. Tertipu

    "Kalian mau apa, cepat lepaskan aku."Sebuah teriakan yang menyedihkan terdengar dari dasar danau, dan hilang perlahan-lahan di tengah gelombang air.Ular Putih Kecil duduk di dasar danau dengan tubuh yang penuh luka-luka, dia dipukuli habis-habisan oleh dua orang pembantu, kekuatannya juga sudah diikat oleh mereka, Ular Putih Kecil tak mungkin bisa lari, ia hanya bisa menunggu kematiannya di dasar danau.Semua orang sudah tertipu oleh kedua pembantu itu, kedua pembantu itu sama sekali tidak pernah mau berubah."Dasar, kalau dia ingin menyalahkan orang, salahkan saja dirinya sendiri, tak seharusnya ia membantu Isabelle sialan itu untuk melawan kita."Di luar permukaan danau yang dipenuhi dengan bunga teratai itu, dua orang pembantu yang berbaju biru dan kuning sedang berbicara di sana, wajah mereka yang cantik saat ini terlihat sangat menakutkan, mengeluarkan aura asli mereka sebagai ular berbisa.Karena si Ular Putih Kecil jatuh ke tangan mereka, mereka ingin menyiksa Ular Putih Kecil

    Last Updated : 2023-08-10
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 18. Diriku Yang Lemah

    "Ular Putih Kecil, Ular Putih Kecil."Teriakku pada Ular Putih Kecil yang terbaring di bawah, Ular Putih Kecil tetap diam dan tidak bergerak, sama sekali tidak mendengar teriakanku, ia sama sekali tidak membalasku."Apa yang terjadi pada Ular Putih Kecil?"Sambil bertanya, aku pun berjalan ke arah Ular Putih Kecil, tapi gelembung air itu mengeluarkan sebuah sinar gaib dan membuatku terlempar ke belakang.Aku mengangkat kepalaku, kedua pembantu yang wajahnya tadi terlihat sangat hormat itu sudah berubah, mereka memandangiku dengan sinis.Seketika, aku pun mengerti, aku ditipu lagi oleh kedua pembantu ini."Sebenarnya kalian tidak mengobati Ular Putih Kecil kan, kalian sengaja membawaku ke dasar danau ini."Tapi semua ini sudah terlambat."Apa kau tidak merasa sudah terlambat untuk mengetahuinya?"Kata pembantu berbaju biru itu dengan sinis, ia menebarkan aura dinginnya, yang membuatku merasa sangat ketakutan."Omong-omong, kamijuga harus berterimakasih padamu sudah memberi kami kesempat

    Last Updated : 2023-08-10
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 19. Penderitaan Ini Belum Seberapa

    Setelah membereskan kedua pembantu itu, pandangan Penjaga Bai tertuju pada Ular Putih Kecil yang terbaring di tepi danau, kedua pembantu yang sudah dilenyapkannya begitu licik dan jahat, Ular Putih Kecil juga sudah disiksa habis-habisan oleh mereka."Apa kau tidak apa-apa?"Penjaga Bai menopang Ular Putih Kecil, lalu ia pun merasakan tubuh Ular Putih Kecil sudah kehilangan mutiara ularnya, dan wajah Penjaga Bai pun berubah serius."Apa mutiara ular dalam tubuhmu diambil oleh kedua pembantu itu?"Tanyanya pada Ular Putih Kecil, kalau memang benar begitu, semua sudah terlambat, kedua pembantu itu sudah mati di tangannya, tanpa menyisakan apapun, mutiara ular milik Ular Putih Kecil juga sudah berubah menjadi abu seperti mereka, Ular Putih Kecil hanya bisa menunggu kematiannya saja."Bukan, mutiara ular yang ada dalam tubuh Ular Putih Kecil sudah Ular Putih Kecil, berikan, pada, Nona."Jawab Ular Putih Kecil dengan suaranya yang lemah.Penjaga Bai mengerutkan keningnya, ia menyadari ternya

    Last Updated : 2023-08-10

Latest chapter

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 114. Aku Akan Selalu Menunggu

    "Bayi-bayi, dengarkan kata-kata ibu ya, mengerti?"Suara pria itu lembut berpesan kepada bayi-bayi itu."Baik ayah, kami akan menurut pada ibu dan mendengarkan kata-kata ibu."Ketujuh bayi itu menjawab dengan penuh pengertian. Ketika melihat bahwa Ketujuh bayi itu tampak pengertian, Raja ular merasa lega.Dan sudah waktunya kami berpamitan pergi."Isabelle.""Suamiku."Tangannya yang menggenggam erat seakan tidak rela untuk melepaskan tanganku, tetapi secara paksa tanganku ditarik oleh Tentara surga."Raja Ular, Selir Ular, mohon pengertiannya."Tentara surga memberi hormat, mereka juga tidak ingin melakukan hal-hal buruk, memisahkan Raja ular dan Selir Ular, tetapi karena itu adalah tugas mereka, jadi mereka terpaksa melakukannya."Suamiku, aku pasti akan menunggumu.""Isabelle... Isabelle Yao."Hal yang paling menyakitkan bukanlah kematian, tetapi hidup terpisah dengan orang yang paling kita cintai. Pada saat berpisah dari suamiku, hatiku sangat sangat sakit, aku tidak tahu kapan, ka

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 113. Betapa Rindunya

    Ketulusanku kepada Raja Ular, akhirnya membuat Bunda Mo menerimaku.Melihatku begitu bertekad, dia menganggukan kepala."Ini semua salahku, Raja Ular dihukum, aku memang membawa bencana bagi dunia ular, Bunda Mo jangan marah."Aku menyalahkan diriku sendiri, jika bukan karena aku, semua ini tidak akan terjadi."Ini semua sudah takdir, aku tidak akan menyalahkanmu lagi."Bunda Mo menghela nafas, dia sudah berfikir dengan jernih, biar bagaimana pun jika semua sudah di takdirkan, maka jalan satu-satunya adalah menjalaninya, bukan menolak ataupun mengeluh. Perubahan Bunda Mo membuatku merasa lega."Apakah bayimu sudah lahir?"Bunda Mo melihat bentuk tubuhku yang sudah seperti semula, dan bertanya padaku, ketika aku diusir karena amarahnya, dia sedikit menyesalinya, lagi pula, yang aku kandung adalah darah daging dunia ular."Sudah Lahir, aku meninggalkan mereka kepada seseorang untuk dijaga."Aku menjawab, seperti nya Bunda Mo sudah menerimaku sebagai ibu dari anakku dan menantunya."Bisak

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 112. Kesetiaan

    "Ahhhh ... Apa yang terjadi?"Terkejut, Yoyo bergegas ke dalam istana, mengambil cermin dan menatap dirinya sendiri, Yoyo tertegun, wanita di cermin itu penuh dengan rambut putih dan kerutan, seperti nenek tua yang keriput, sangat jelek.Pemandangan ini membuat Yoyo yang awalnya cantik seperti bunga, menjadi marah dan tidak terima akan perubahan seperti ini, ini adalah pukulan besar untuknya."Tidak, ini tidak mungkin! Aku sangat cantik, aku sangat cantik!"Yoyo memegangi kepalanya dan berteriak, saat itu dia tidak bisa memikirkan apapun, sekali pun jika ada musuh di hadapan nya, dia sama sekali tidak memperdulikannya, yang hanya dia perdulikan adalah penampilannya.Penampilannya yang sangat jelek seperti ini, bagaimana mungkin dia akan bisa bertemu orang di masa depan? Yoyo mendongak, melihat ketujuh bayi itu berdiri di depannya tanpa cedera. Ketujuh bayi imut itu, pada saat ini, menatapnya tanpa perasaan.Yoyo yang berambut putih itu adalah keinginannya sendiri, karena dia telah bera

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 111. Apa Yang Terjadi?

    "Diam kamu, jika tidak ada pelacur sepertimu, Austin hanya akan menyukaiku, aku sangat membencimu!"Yoyo menggeram dan menunjuk ke arahku, suasana hatinya sangat buruk."Yoyo.""Diam kamu, aku memintamu tutup mulut, apakah kamu sudah tuli?"Yoyo tiba-tiba menghilang dan muncul di belakangku, lalu sebelah tangannya mencekik leherku, sehingga membuatku terengah-engah."Yoyo, lepaskan kakak!"Karen berteriak sambil berusaha menyelamatkanku, tetapi Mutiara Ular di tangannya terhisap dan ditelan Yoyo lebih dulu."Karen, kamu sungguh bodoh, hahah... Kamu juga sudah bosan hidup rupanya."Yoyo menoleh karen, lalu tangan kirinya mengeluarkan asap putih dan mendorongnya kearah karen, sementara itu Karen sudah tidak memiliki kemampuan apa-apa untuk menyerang balik. Karen terlempar jauh keatas dinding, darah segar pun menyembur dari sudut bibirnya. Sedetik kemudian Karen pingsan.Dan aku, leherku semakin dicekik kuat olehnya, rasanya sudah di ambang kematian, aku lemas, nafasku benar-benar serasa

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 110. Rasa Kecewa

    Di PaviliunPada tempat tertinggi, seorang wanita berbaju merah duduk di atas kursi naga, hanya terlihat jubah merah, yang menutupi tubuhnya."Nona Yoyo, ada dua orang wanita di luar sana untuk membuat masalah, salah satu wanita itu mengatakan dia adalah Selir Ular, dan mereka memiliki mutiara ular yang kuat di tangan mereka."Penjaga melaporkan situasinya kepada Yoyo dengan hormat."Jalang, aku masih berencana untuk mencari mereka, tetapi mereka akhirnya datang sendiri mencari mati."Suara perempuan itu terdengar dingin, dia menghempaskan lengan baju panjangnya, berdiri dan pergi.Berkat mutiara ular sakti itu, aku dan karen berhasil menerobos masuk hingga kedalam, akan tetapi keadaan di istana ini benar-benar berubah seratus persen. Sepi dan sunyi, tak ada tanda-tanda kehidupan, para pelayan dan penjaga yang biasanya berseliweran kesana kemari tak tampak lagi.Saat, hatiku bertanya-tanya, terdengar suara erangan ke telingaku, aku mendengarkan nya dengan seksama, suara itu datang dari

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 109. Penipu

    Beberapa hari ini, aku selalu merasa tidak enak, selalu merasa bahwa sesuatu akan terjadi dan semua itu mengingatkanku pada kesulitan di istana ular."Karen, bagaimana jika kita kembali ke istana ular."Di dalam kamar mewah, aku dan karen duduk di depan meja sambil mengasuh ketujuh anakku yang sedang bermain."Kakak. Ada apa?"Mendengar apa yang kukatakan, karen dengan tidak mengerti bertanya, aku mengerti, dia mungkin takut bahwa aku akan terluka lagi."Belakangan ini aku merasa sedikit buruk, tidak tahu, seakan ada sesuatu yang terjadi di istana ular, aku ingin pergi melihatnya, Aku tahu Bunda Mo tidak menyukaiku, tapi biar bagaimana pun dia adalah ibu dari raja ular suamiku, jika benar telah terjadi sesuatu, bagaimana bisa aku hanya duduk diam dan menontonnya." Kataku pada Karen."Baiklah kak, aku akan ikut kembali bersama kakak, sebisaku, aku berjanji akan melindungi kakak.""Terima kasih, Karen."Aku tersenyum tipis dan berterima kasih pada Karen."Sudahlah tidak apa-apa jangan be

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 108. Perubahan

    Ketika melihat mereka saling berebut ingin segera mengejar kupu-kupu yang terbang, karen bermaksud hendak membantu mereka untuk menangkap kupu-kupu."Bibi Karen, aku menginginkan itu.""Aku juga menginginkan itu bibi karen."Anak-anak mengedipkan mata dan memandangi kupu-kupu yang berterbangan di sekitar. Mereka mengatakan bahwa penampilan kupu-kupu imut itu sangat memesona."Baiklah, bibi Karen akan menangkap satu untuk setiap anak-anak."Karen segera menggendong anak-anak dari lengan Dewa bumi dan meletakkan mereka di sebuah bangku batu yang bersih untuk duduk dan menunggunya, sementara dia pergi menangkap kupu-kupu itu.Ketujuh anakku melihat Karen tengah berlarian menangkap kupu-kupu, tentu saja mereka sangat senang, merekapun tersenyum sambil melambaikan tangan mereka."Mereka sungguh imut."Dewa bumi memandangi ketujuh anakku, Aku bisa melihat bahwa dia sangat menyukai anak-anakku dan memperlakukan mereka dengan baik."Ya."Aku mengangguk dan menatap ketujuh anak-anak itu dengan

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 107. kupu-kupu

    "Kakak, anak-anakmu sangat imut."Karen menyeka air matanya.Aku mengangguk, memang, ketujuh anakku begitu baik serta imut, dan aku merasa sedang bermimpi saat ini."Ngomong-ngomong, apakah kakak terluka?" Karen bertanya padaku."Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu, Karen?""Aku juga baik-baik saja kak."Saat kami sedang asyik berbincang-bincang, tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan menampakkan sesosok Pria Cantik Berbaju Putih masuk kedalam."Kalian sudah bangun?"Dewa Bumi berjalan mendekati ranjang dan bertanya padaku, dan dua pengawalnya berdiri di luar pintu."Yah, terima kasih sudah menyelamatkanku, Karen serta anak-anakku."Aku berterima kasih kepada Pria Cantik Berbaju Putih itu."Sama-sama, anak-anak sudah tidur ya."Mata Pria Cantik Berbaju Putih jatuh pada ketujuh anak-anak yang lucu. Anak-anak semua tertidur, dan mulut kecil mereka mengecap, itu terlihat sangat lucu."Umm."Aku mengangguk dan menatap ketujuh anak yang imut di sampingku dengan penuh kasih sayang."Istiraha

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 106. Sayang

    "Kakak, kakak."Ketika Karen melihatku jatuh berguling-guling di lereng bukit, dia sangat cemas dan ingin segera menyelamatkanku, akan tetapi tanpa sengaja kakinya pun ikut tergelincir.Aku pun jatuh terguling, kepalaku mengenai batu, lalu pingsan."Kakak, kakak."Karen merangkak menuju ke arahku dan memanggil namaku berkali-kali, kepalanya pun ikut menabrak batu sedetik kemudian karen pingsan.Sementara itu di dalam istana Dewa Bumi para bayi tampak riang bermain-main."Kakak-kakakku, adik sudah bersembunyi, datang dan carilah."Seorang bayi perempuan berkata bahwa dia bersembunyi dan meminta keenam kakaknya untuk mencarinya.Keenam bayi lelaki itu saling memandang dengan senyum menawan di wajah mereka.Keenam anak turun dari tempat tidur dan mulai mencari adik perempuannya secara terpisah.Ada yang mencari ke bawah tempat tidur, lemari, atau salah satu dari mereka pergi ke meja dan menemukan adik mereka.Setelah bermain, beberapa bayi merangkak ke tempat tidur."Kakak, aku merindukan

DMCA.com Protection Status