Home / Fantasi / Bukan Menantu Sampah / Bab. 4. Apa yang Terjadi?

Share

Bab. 4. Apa yang Terjadi?

Author: Sarangheo
last update Last Updated: 2023-07-18 04:29:47

Akupun mengusap air mataku, mengumpat dalam hati, 'Isabelle, Isabelle, apa gunanya kau menangis, lebih baik kau segera pikirkan cara untuk lari dari sini, kau tak boleh mati begini saja, kau tak boleh membiarkan pria dan wanita bajingan itu hidup dengan tenang.'

Awalnya aku ingin meminta pertolongan dengan teleponku, tapi sepertinya handphoneku terjatuh saat aku terjatuh dari jurang tadi, pokoknya aku tak punya handphone sekarang, bagaimana lagi, aku terpaksa bangkit berdiri, menebas-nebaskan debu yang ada di sekujur tubuhku, lalu berjalan menuju ke dalam hutan yang gelap.

Kalau ingin hidup, aku hanya bisa mengandalkan diriku sendiri.

Hutan ini sangat dalam dan gelap, aku berjalan dengan meraba-raba di dalam kegelapan, di dalam hutan yang dalam seperti ini, aku sangat takut kalau ada hewan buas yang bersembunyi di dalam kegelapan, lalu menjadi santapan mereka saat aku tidak sadar, dan ular python raksasa tadi itu, ya Tuhan, sudah hidup berapa lama dia sampai tumbuh sebesar dan sepanjang itu, semakin dipikirkan, aku menjadi semakin takut, jantungku terus berdegup kencang tanpa henti.

Sebuah angin dingin bertiup melewatiku, punggungku terasa dingin, aku menelan air liurku, menahan ketakutanku dan membalikkan kepalaku ke belakang, di belakangku hanya ada kegelapan, aku bisa melihat dengan jelas bayangan-bayangan pohon di sana, ada yang besar dan ada yang kecil, tak ada apa-apa lagi.

Barulah aku tenang, dan meneruskan perjalananku, aku sama sekali tidak menyadari kejadian menakutkan yang terjadi di belakangku, pepohonan yang besar dan kecil itu mulai mengikutiku.

Setelah beberapa saat, aku masih saja tidak bisa menemukan jalan keluar, dan aku sudah sangat amat lelah, kulit-kulit telapak kakiku sudah tersobek-sobek oleh semak-semak liar, darahku menempel pada dasar sepatuku, tiap kali aku melangkahkan kaki, rasanya seperti ditusuk jarum, telapak kaki dan alas sepatuku sudah menempel menjadi satu, rasanya sungguh tidak enak.

Aku tidak bisa berjalan seperti ini terus, rasanya aku bisa mati sebelum menemukan jalan keluar, dan akhirnya aku pun duduk dan bersandar pada sebuah pohon, istirahat sebentar baru nanti jalan lagi.

Melihat keadaan di sekelilingku, hanya ada pohon dan pohon, tak tahu kapan habisnya, kalau tak bisa menemukan jalan keluar, dan tidak dimakan hewan buas pun, aku juga akan mati kedinginan dan kelaparan di sini, udara di dalam pegunungan ini sangat rendah, ditambah lagi dengan rasa lelah dan lapar, aku sungguh kehabisan tenaga, tertidur perlahan-lahan di sebelah pohon itu, rasanya tidurku tidak begitu nyaman, oleh karena itu aku mengubah posisi tidurku, menempelkan wajahku pada pohon, kedua tanganku memeluk pohon itu, rasanya pohon ini berbeda dengan pohon lainnya, dingin dan licin, dan empuk, tidur begini rasanya enak sekali.

Tak tahu tertidur berapa lama, aku pun tiba-tiba merasa sedikit aneh, rasanya pohon ini sedang bergerak.

Bergerak! Aku pun menyadari sesuatu! Mana mungkin pohon bisa empuk dan bergerak, kecuali kalau ini bukan pohon.

Tidur di tempat seperti ini rasanya memang sangat tidak tenang, ditambah lagi dengan pohon yang kupeluk ini ternyata bisa bergerak, aku pun segera terbangun, lalu melepaskan pelukanku dan mengangkat kepalaku.

Kalau tak melihatnya mungkin tak apa, tapi begitu melihatnya, jantungku benar-benar mau copot.

Yang kupeluk ini sama sekali bukan pohon, melainkan seekor ular python raksasa yang sangat besar dan panjang, aku ketakutan setengah mati, aku menyesal mengapa sebelum tidur aku tidak melihatnya dulu dengan jelas kalau yang kupeluk ini adalah seekor ular raksasa, tapi semua ini juga bukan salahku, mana aku tahu seekor ular python bisa berdiri tegak di atas tanah seperti pohon.

Belum sempat berpikir panjang, ular itu sudah menurunkan kepalanya, bertatapan mata denganku, hanya dengan membuka mulutnya saja, ia bisa menelanku utuh-utuh, menelan sepuluh Isabelle sekaligus pun juga tidak masalah.

Aku mengenali ular ini, ular ini adalah ular yang sama dengan yang kutiduri tadi saat aku terjatuh dari jurang.

Bisakah tidak semenakutkan ini, kenapa aku bisa sampai berurusan dengan ular ini, aku ini sangat takut dengan ular, biasanya saat melihat seekor ular yang besarnya seperti sumpit saja aku sudah ketakutan setengah mati, apalagi dengan yang sebesar ini, waktu itu aku sudah tidur di atasnya dan kali ini aku tidur dengan memeluknya, saling bersentuhan satu sama lain, siapapun tak akan tenang kalau mengalami kejadian seperti ini.

Ular itu menggelengkan kepalanya di depanku, kedua matanya itu dipenuhi dengan rasa ingin menerkam.

Melihat rupaku yang sangat terkejut, hati sang ular merasa sangat bangga, ia memang sengaja menakut-nakuti.

"Hei wanita, kau sudah membuat masalah besar denganku Sang Raja. Kau juga sudah membangunkan aku dari tidurku, kau juga sudah mengotori tubuhku dengar air mata dan ingusmu." Pandangan mata ular itu mendingin.

"Jika aku tahu air mata dan ingusku akan membuatmu marah, aku pasti akan mencucinya sampai bersih." Jawabku dengan panik, bagaimana seekor ular bisa berbicara?

Tapi walaupun aku benar-benar mau mencucinya, dia juga tak akan memberiku kesempatan, ular itu sudah membuka mulutnya lebar-lebar.

'Ya Tuhan! Ular itu mau menelanku, kenapa masih melongo saja, cepat kabur, aku harus berusaha keras untuk lari daripada berdiam diri dan menunggu mati di sini.'

Aku pun langsung membalikkan badanku dan mencoba untuk lari, namun tak disangka, pemandangan di depan mataku seketika membuatku diam tak berkutik.

Aku melihat bayangan pohon-pohon yang kecil dan besar, dan bayangan-bayangan itu dipenuhi dengan mata-mata kecil yang berkilauan.

Ternyata di sini bukan hanya ada seekor ular python raksasa saja! Hutan ini dipenuhi dengan ular-ular!

Karena terlalu kaget, aku pun membalikkan badanku kembali melihat ke arah python raksasa itu, lebih baik melihatinya daripada kumpulan ular-ular itu.

Lalu, aku pun terjatuh pingsan.

"Raja Ular, bagaimana kau ingin membereskan wanita ini." Kata seekor ular dengan nada penuh hormat.

Tiap ular pun tahu bahwa Raja Ular tak akan diam saja melihat wanita yang mengganggu tidurnya dengan tidak sopan.

"Kalian tak usah ikut campur! Biar aku sendiri yang mengurusnya." Kata ular python raksasa itu dengan dingin.

Para ular pun saling bertatapan mata, mereka sedikit bingung, biasanya masalah kecil seperti ini akan diberikan kepada para bawahannya, kenapa hari ini Raja Ular ingin membereskannya sendiri, mereka tak bisa membayangkan semenakutkan apa hukuman yang akan diberikan sang Raja.

"Baik, Raja Ular."

Kata ular-ular itu dengan hormat, mereka tetap bingung, tapi tidak ada seorang pun yang berani bertanya, mereka hanya diam saja dan mundur.

Setelah ular-ular itu pergi, ular python raksasa itu pun mendekat padaku, kepalanya yang besar menatap ke arah wajah manusia yang kecil ini.

Wajahku dipenuhi dengan debu, juga bekas air mata, tapi itu semua tetap tidak menutupi kecantikanku.

Ia bisa memakanku semudah membalikkan telapak tangan, tapi, tepat saat ia hendak memakannya, tiba-tiba seutas kelembutan menyelubungi hatinya, dia tidak tega, dan perasaan seperti ini belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Apa karena aku terlihat sangat kasihan?

Ular itu melihat sejenak ke arah sudut kegelapan dengan dingin, lalu menggendong manusia yang terbaring di atas tanah dan menghilang seketika.

Baru saja sang ular python pergi, segerombolan ular pun bermunculan dari sudut hutan.

Para ular-ular yang lebih kecil mengitari seekor ular kuning betina yang ukurannya sedikit lebih besar dari mereka, kelihatannya ular kuning itu bukan ular biasa,

"Kakak Mei, Kakak Hua, apa menurut kalian tadi Raja Ular melihat kita, pandangan matanya itu sungguh membuatku takut."

Kata seekor ular betina cantik sambil gemetaran, hanya dengan satu lirikan saja, sang Raja Ular pun bisa membuat mereka ketakutan.

"Raja Ular memang sudah tahu kita di sini, tapi semua itu tidak penting."

Kata ular kuning itu dengan dingin, matanya memandang ke arah tempat di mana sang Raja Ular menghilang.

"Apa maksud Kakak Mei?"

Beberapa ekor ular yang masih lugu dan kurang pintar itu saling bertanya-tanya, tidak ada yang tahu apa maksud perkataan ular kuning itu.

"Apa kalian tidak mengerti perkataan Kakak Mei? Wanita itu sudah mengganggu tidur Raja Ular, namun Raja Ular tidak memakannya, malah membawanya pergi, bukankah sangat aneh?"

Kata seekor ular putih yang dari tadi tidak berkata apa-apa.

Ular belang yang ada di samping pun menganggukkan kepala, dia juga berpikiran sama dengan apa yang dipikirkan si ular putih, namun si ular kuning tak berkata apa-apa, pandangan matanya sangat dingin.

"Apa mungkin Raja Ular sangat amat marah, sampai ia merasa ia tak akan membiarkan wanita itu mati begini saja?"

"Iya, iya, kalau tidak, Raja Ular tak mungkin membawanya pergi."

Kata ular-ular betina cantik itu, mereka semua tak ada yang bisa menebak mengapa Raja Ular berbuat seperti itu.

"Ular Putih, bagaimana menurutmu?" Tanya si ular kuning pada Ular Putih dengan dingin, ia sama sekali tidak mendengarkan ocehan ular-ular betina yang lain, di antara ular-ular ini, selain dirinya, hanya ular kuning dan ular putih lah yang lebih pintar.

Related chapters

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 5. Awal

    "Apa? Maksud Kakak Ular Putih, Raja Ular suka pada wanita itu, mana mungkin, wanita itu begitu jelek, mana bisa dibandingkan dengan kita, mana mungkin Raja Ular bisa suka padanya.""Iya, iya, mana mungkin Raja Ular bisa suka pada manusia yang rendah itu."Kata para ular itu, mereka tidak percaya Raja Ular bisa suka pada seorang manusia."Kurasa Ular Putih ada benarnya juga, kita semua tahu bagaimana sifat Raja Ular, kalau dia tidak suka pada wanita itu, bagaimana mungkin dia tidak membunuhnya, malah membawanya pergi."Kata Ular Belang menyetujui ucapan Ular Putih, pandangan matanya sangat dingin, ia menatap ke arah ular-ular betina lainnya, sekelompok ular-ular betina yang bodoh, wanita tidak cukup kalau hanya punya wajah yang cantik saja, yang paling penting harus punya otak."Kalau Raja Ular suka pada wanita itu, bukankah itu berarti kita sudah tak ada harapan lagi."Yang mengatakan itu adalah seekor ular hijau, dia sama seperti ular-ular betina lainnya, ingin menjadi permaisuri Raja

    Last Updated : 2023-07-18
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 6. Apa Yang Kau Sembunyikan

    Aku mengelap-elapkan tangan kotor ku di bajuku dengan sekuat tenaga, barulah aku mengulurkan tanganku dan bersalaman dengan tangan putih itu dengan hormat.Saat menyentuh tangannya, rasanya seperti tersetrum aliran listrik, aku pun segera menarik tanganku kembali, wajahku memerah seketika.'Isabelle, Isabelle, pantas saja kau dibohongi oleh laki-laki, kau sama sekali tidak tegar, benar-benar payah.'"Namaku Isabelle, itu, kalau kuceritakan kau juga pasti tak akan percaya, aku terjatuh dari jurang, lalu aku terjatuh ke atas tubuh seekor ular python hitam raksasa, kau tak tahu ular itu sebesar dan sepanjang apa, dia juga membuka mulutnya lebar-lebar dan akan memakanku."Untuk menutupi wajah merahku, aku menceritakan semua yang kualami padanya, aku mengatakannya sambil menggambarkannya dengan tanganku, aku takut dia tidak tahu ular itu sebesar apa.Lalu, aku meliriknya sejenak, pria itu hanya tersenyum saja."Itu semua benar, kau jangan tak percaya padaku."Aku tak mengerti apa arti senyu

    Last Updated : 2023-07-18
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 7. Rumah Mewah

    “Raja.”Beberapa wanita cantik menunggu dengan hormat di dalam kamar, memberikan salam kepada Austin Ye.“Kakinya terluka, oleskan obat untuknya, lalu bantu dia mandi dan gantikan pakaiannya, layani dia dengan baik.”Austin Ye akhirnya menurunkanku, dan membiarkanku duduk di atas sebuah kursi sandar yang nyaman, kemudian memberikan perintah kepada beberapa pendamping wanita cantik itu, nada bicaranya terdengar sedikit dingin.“Baiklah, raja.”Beberapa pendamping wanita cantik itu menjawab dengan penuh hormat, meskipun mereka tidak tahu mengapa seorang raja setan bisa membawa pulang seorang wanita seperti ini, dan masih memperlakukannya sebaik itu, para pendamping wanita itu hanya berani mematuhinya, tidak ada satupun yang berani bertanya.“Aku akan menemuimu sebentar lagi, kamu istirahat dulu sebentar dengan baik.”Austin Ye berbicara kepadaku dengan nada bicara yang berbeda, perkataannya menjadi lembut, wajahnya menampakkan sedikit seyum tipis, senyum yang akan menjadikan wanita manap

    Last Updated : 2023-08-03
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 8. Sang Raja

    “Tidak perlu mengurusi mereka, kita makan saja.”Ucap Austin Ye datar sambil mengambiliku semangkuk sayur.“Kamu terlihat cukup cantik berdandan seperti ini.”Lalu dia lagi-lagi berkata seperti itu sambil memandangku, bibirnya memperlihatkan sebuat senyuman yang memikat orang, bagaikan matahari yang bersinar terang, seperti seorang anak lelaki yang dewasa, menurutku dia seharusnya lebih kecil dariku beberapa tahun.Keringat, wajahku lagi-lagi tiba-tiba memanas, lupakan mengenai pujian itu, tetapi bisa tidak jangan menoleh ke arahku ketika memuji? Dia menangkap aku yang membuang pandanganku dan tidak ada sedikitpun maksud untuk mengembalikan pandanganku.“Sebenarnya, disini bisa sedikit lebih terbuka lagi.”Ucapnya sambil menunjuk ke bagian dari diriku yang penuh itu, tawanya berubah nakal.“Hei, anak kecil tidak boleh asal berbicara.”Tidak peduli seberapa kaya dan tampan dirinya, singkatnya, aku hanya bisa menganggapnya sebagai seorang anak kecil, dengan begitu aku lebih mudah untuk m

    Last Updated : 2023-08-04
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 9. Pemilihan

    “Pilih selir apa, tidak ada yang menarik sama sekali.”Nada bicara Austin Ye datar dengan sedikit sindiran.Dunia ular akan mengadakan pemilihan selir setiap lima ratus tahun sekali, dengan statusnya sebagai raja, dirinya harus memilih dari antara ular-ular cantik yang sudah disediakan itu, melihat pemilihan selir yang akan segera datang, itu jugalah yang membuat Austin Ye menjadi pusing.“Raja tidak suka memilih selir karena ingin memilih orang yang diri sendiri cintai.”Penjaga Bai mengerti kepahitan dengan menyandang status sebagai raja, dirinya mengerti bahwa Raja Ular sama sekali tidak menyukai wanita ular cantik yang telah dipilih itu.“Peraturan untuk memilih selir seperti ini, cepat atau lambat pasti akan ditentang.”Ucap pria cantik itu sambil berjalan ke depan jendela, satu tangannya mengangkat cangkir arak yang cantik itu, dan tangan yang lainnya memegangi bingkai jendela itu, wajah tampan dan cantik itu seperti pemandangan malam saat itu, dingin, dia menatap langit malam, s

    Last Updated : 2023-08-07
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 10. Pulang

    "Aku hendak membunuhmu, Siluman Ular, membalaskan dendam Austin."Lalu, aku sudah dililit oleh piton besar ini, seekor piton besar ini sedang memandangku dengan lembut.Pandangan ini sangat familiar."Bukankah aku sudah hidup dengan baik begini."Si ular besar akhirnya angkat bicara, suaranya persis seperti Austin.Mulai mempertanyakan apakah Austin adalah Siluman Ular yang dapat berubah? Bagaimanapun aku tidak berani mempertanyakan dan hanya menebak saja."Benar, ini aku."Ular itu kembali bicara, Tuhanku, lelaki tampan itu dan piton besar ini adalah satu sosok yang sama, aku pingsan seketika."Bertemu dengan Raja Ular."Dia berlutut, suaranya menggetarkan telinga."Berdirilah."Lelaki tampan itu memelukku, suaranya dingin. Selesai bicara, ia meninggalkan ruangan sambil menggendong dengan dinginnya, kembali ke ruangannya."Penjaga Andrew Bai, kelihatan jelas bahwa Raja Ular peduli dengan gadis itu, dia siapanya Raja Ular? "Raja Ular baru saja pergi, beberapa dayang wanita mulai menan

    Last Updated : 2023-08-08
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 11. Masih bisa selamat

    Menyesal sekarang apa gunanya, lebih baik aku di hutan dan terus berjalan.Daun berwarna kuning keemasan gugur ke pundakku, sehelai.. dua helai.. tiga empat helai...Selain suara langkah kakiku sendiri dan suara daun berguguran, aku mendengar suara lain yang membuatku tidak aman, menakutkan."Siapa?"Statis di hutan ini makin lama makin besar, jantungku dibuat berdegup makin kencang, seolah-olah aku merasa ada yang sedang mengepungku dari semua arah.Aku menyapu pandangan ke semua sudut, selain pohon yang tebal, tidak ada lagi yang terlihat.Aku menepuk-nepuk dada, menghela nafas dan melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba, muncul kepala ular di antara dedaunan, mengagetkanku hingga aku tidak berani melanjutkan langkah. Jantungku seolah hendak melompat keluar dari mulutku.Macam-macam ular muncul menengadahkan kepalanya, dari mulutnya memuntahkan suara. Mereka mengerjapkan mata sambil memandangku, pandangan yang dingin itu menusuk ke hatiku. Memang hewan berdarah dingin, membuat siapapun yan

    Last Updated : 2023-08-08
  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 12. Heran

    Penjaga Andrew Bai seperti tidak menyangka aku bisa bertanya seperti ini kepadanya. Dalam sekejap dia tidak tahu harus bagaimana menjawab. Dia hanya bisa menatap Raja Ular.“Mereka pantas mati.”Austin menjawab dengan dingin. Pantas untuk mati jika tidak melakukan sesuatu dengan baik. Dia selalu seperti ini menyelesaikan masalah.“Apa karena aku kabur, makanya kamu membunuh mereka?”Perasaanku tiba-tiba merasa berat. Bagaimanapun juga, beberapa orang itu kehilangan nyawa karenaku.“Benar.”Dia menjawab tanpa ragu. Tidak ada perubahan perasaan karena sudah membunuh beberapa pelayan wanita.“Itu bukan salah mereka. Bagaimana bisa kamu membunuh mereka sesukamu.”Melihat sikpanya yang dingin, ada gejolak besar di dalam perasaanku. Dia membunuh orang dengan sesuka hati. Ini membuatku sangat marah. Terlebih, aku merasakan kesalahan yang mendalam terhadap beberapa pelayan wanita yang meninggal itu.Kalau bukan karena aku, mereka juga tidak akan meninggal.“Mereka pantas mati.”Dia masih menja

    Last Updated : 2023-08-08

Latest chapter

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 114. Aku Akan Selalu Menunggu

    "Bayi-bayi, dengarkan kata-kata ibu ya, mengerti?"Suara pria itu lembut berpesan kepada bayi-bayi itu."Baik ayah, kami akan menurut pada ibu dan mendengarkan kata-kata ibu."Ketujuh bayi itu menjawab dengan penuh pengertian. Ketika melihat bahwa Ketujuh bayi itu tampak pengertian, Raja ular merasa lega.Dan sudah waktunya kami berpamitan pergi."Isabelle.""Suamiku."Tangannya yang menggenggam erat seakan tidak rela untuk melepaskan tanganku, tetapi secara paksa tanganku ditarik oleh Tentara surga."Raja Ular, Selir Ular, mohon pengertiannya."Tentara surga memberi hormat, mereka juga tidak ingin melakukan hal-hal buruk, memisahkan Raja ular dan Selir Ular, tetapi karena itu adalah tugas mereka, jadi mereka terpaksa melakukannya."Suamiku, aku pasti akan menunggumu.""Isabelle... Isabelle Yao."Hal yang paling menyakitkan bukanlah kematian, tetapi hidup terpisah dengan orang yang paling kita cintai. Pada saat berpisah dari suamiku, hatiku sangat sangat sakit, aku tidak tahu kapan, ka

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 113. Betapa Rindunya

    Ketulusanku kepada Raja Ular, akhirnya membuat Bunda Mo menerimaku.Melihatku begitu bertekad, dia menganggukan kepala."Ini semua salahku, Raja Ular dihukum, aku memang membawa bencana bagi dunia ular, Bunda Mo jangan marah."Aku menyalahkan diriku sendiri, jika bukan karena aku, semua ini tidak akan terjadi."Ini semua sudah takdir, aku tidak akan menyalahkanmu lagi."Bunda Mo menghela nafas, dia sudah berfikir dengan jernih, biar bagaimana pun jika semua sudah di takdirkan, maka jalan satu-satunya adalah menjalaninya, bukan menolak ataupun mengeluh. Perubahan Bunda Mo membuatku merasa lega."Apakah bayimu sudah lahir?"Bunda Mo melihat bentuk tubuhku yang sudah seperti semula, dan bertanya padaku, ketika aku diusir karena amarahnya, dia sedikit menyesalinya, lagi pula, yang aku kandung adalah darah daging dunia ular."Sudah Lahir, aku meninggalkan mereka kepada seseorang untuk dijaga."Aku menjawab, seperti nya Bunda Mo sudah menerimaku sebagai ibu dari anakku dan menantunya."Bisak

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 112. Kesetiaan

    "Ahhhh ... Apa yang terjadi?"Terkejut, Yoyo bergegas ke dalam istana, mengambil cermin dan menatap dirinya sendiri, Yoyo tertegun, wanita di cermin itu penuh dengan rambut putih dan kerutan, seperti nenek tua yang keriput, sangat jelek.Pemandangan ini membuat Yoyo yang awalnya cantik seperti bunga, menjadi marah dan tidak terima akan perubahan seperti ini, ini adalah pukulan besar untuknya."Tidak, ini tidak mungkin! Aku sangat cantik, aku sangat cantik!"Yoyo memegangi kepalanya dan berteriak, saat itu dia tidak bisa memikirkan apapun, sekali pun jika ada musuh di hadapan nya, dia sama sekali tidak memperdulikannya, yang hanya dia perdulikan adalah penampilannya.Penampilannya yang sangat jelek seperti ini, bagaimana mungkin dia akan bisa bertemu orang di masa depan? Yoyo mendongak, melihat ketujuh bayi itu berdiri di depannya tanpa cedera. Ketujuh bayi imut itu, pada saat ini, menatapnya tanpa perasaan.Yoyo yang berambut putih itu adalah keinginannya sendiri, karena dia telah bera

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 111. Apa Yang Terjadi?

    "Diam kamu, jika tidak ada pelacur sepertimu, Austin hanya akan menyukaiku, aku sangat membencimu!"Yoyo menggeram dan menunjuk ke arahku, suasana hatinya sangat buruk."Yoyo.""Diam kamu, aku memintamu tutup mulut, apakah kamu sudah tuli?"Yoyo tiba-tiba menghilang dan muncul di belakangku, lalu sebelah tangannya mencekik leherku, sehingga membuatku terengah-engah."Yoyo, lepaskan kakak!"Karen berteriak sambil berusaha menyelamatkanku, tetapi Mutiara Ular di tangannya terhisap dan ditelan Yoyo lebih dulu."Karen, kamu sungguh bodoh, hahah... Kamu juga sudah bosan hidup rupanya."Yoyo menoleh karen, lalu tangan kirinya mengeluarkan asap putih dan mendorongnya kearah karen, sementara itu Karen sudah tidak memiliki kemampuan apa-apa untuk menyerang balik. Karen terlempar jauh keatas dinding, darah segar pun menyembur dari sudut bibirnya. Sedetik kemudian Karen pingsan.Dan aku, leherku semakin dicekik kuat olehnya, rasanya sudah di ambang kematian, aku lemas, nafasku benar-benar serasa

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 110. Rasa Kecewa

    Di PaviliunPada tempat tertinggi, seorang wanita berbaju merah duduk di atas kursi naga, hanya terlihat jubah merah, yang menutupi tubuhnya."Nona Yoyo, ada dua orang wanita di luar sana untuk membuat masalah, salah satu wanita itu mengatakan dia adalah Selir Ular, dan mereka memiliki mutiara ular yang kuat di tangan mereka."Penjaga melaporkan situasinya kepada Yoyo dengan hormat."Jalang, aku masih berencana untuk mencari mereka, tetapi mereka akhirnya datang sendiri mencari mati."Suara perempuan itu terdengar dingin, dia menghempaskan lengan baju panjangnya, berdiri dan pergi.Berkat mutiara ular sakti itu, aku dan karen berhasil menerobos masuk hingga kedalam, akan tetapi keadaan di istana ini benar-benar berubah seratus persen. Sepi dan sunyi, tak ada tanda-tanda kehidupan, para pelayan dan penjaga yang biasanya berseliweran kesana kemari tak tampak lagi.Saat, hatiku bertanya-tanya, terdengar suara erangan ke telingaku, aku mendengarkan nya dengan seksama, suara itu datang dari

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 109. Penipu

    Beberapa hari ini, aku selalu merasa tidak enak, selalu merasa bahwa sesuatu akan terjadi dan semua itu mengingatkanku pada kesulitan di istana ular."Karen, bagaimana jika kita kembali ke istana ular."Di dalam kamar mewah, aku dan karen duduk di depan meja sambil mengasuh ketujuh anakku yang sedang bermain."Kakak. Ada apa?"Mendengar apa yang kukatakan, karen dengan tidak mengerti bertanya, aku mengerti, dia mungkin takut bahwa aku akan terluka lagi."Belakangan ini aku merasa sedikit buruk, tidak tahu, seakan ada sesuatu yang terjadi di istana ular, aku ingin pergi melihatnya, Aku tahu Bunda Mo tidak menyukaiku, tapi biar bagaimana pun dia adalah ibu dari raja ular suamiku, jika benar telah terjadi sesuatu, bagaimana bisa aku hanya duduk diam dan menontonnya." Kataku pada Karen."Baiklah kak, aku akan ikut kembali bersama kakak, sebisaku, aku berjanji akan melindungi kakak.""Terima kasih, Karen."Aku tersenyum tipis dan berterima kasih pada Karen."Sudahlah tidak apa-apa jangan be

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 108. Perubahan

    Ketika melihat mereka saling berebut ingin segera mengejar kupu-kupu yang terbang, karen bermaksud hendak membantu mereka untuk menangkap kupu-kupu."Bibi Karen, aku menginginkan itu.""Aku juga menginginkan itu bibi karen."Anak-anak mengedipkan mata dan memandangi kupu-kupu yang berterbangan di sekitar. Mereka mengatakan bahwa penampilan kupu-kupu imut itu sangat memesona."Baiklah, bibi Karen akan menangkap satu untuk setiap anak-anak."Karen segera menggendong anak-anak dari lengan Dewa bumi dan meletakkan mereka di sebuah bangku batu yang bersih untuk duduk dan menunggunya, sementara dia pergi menangkap kupu-kupu itu.Ketujuh anakku melihat Karen tengah berlarian menangkap kupu-kupu, tentu saja mereka sangat senang, merekapun tersenyum sambil melambaikan tangan mereka."Mereka sungguh imut."Dewa bumi memandangi ketujuh anakku, Aku bisa melihat bahwa dia sangat menyukai anak-anakku dan memperlakukan mereka dengan baik."Ya."Aku mengangguk dan menatap ketujuh anak-anak itu dengan

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 107. kupu-kupu

    "Kakak, anak-anakmu sangat imut."Karen menyeka air matanya.Aku mengangguk, memang, ketujuh anakku begitu baik serta imut, dan aku merasa sedang bermimpi saat ini."Ngomong-ngomong, apakah kakak terluka?" Karen bertanya padaku."Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu, Karen?""Aku juga baik-baik saja kak."Saat kami sedang asyik berbincang-bincang, tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan menampakkan sesosok Pria Cantik Berbaju Putih masuk kedalam."Kalian sudah bangun?"Dewa Bumi berjalan mendekati ranjang dan bertanya padaku, dan dua pengawalnya berdiri di luar pintu."Yah, terima kasih sudah menyelamatkanku, Karen serta anak-anakku."Aku berterima kasih kepada Pria Cantik Berbaju Putih itu."Sama-sama, anak-anak sudah tidur ya."Mata Pria Cantik Berbaju Putih jatuh pada ketujuh anak-anak yang lucu. Anak-anak semua tertidur, dan mulut kecil mereka mengecap, itu terlihat sangat lucu."Umm."Aku mengangguk dan menatap ketujuh anak yang imut di sampingku dengan penuh kasih sayang."Istiraha

  • Bukan Menantu Sampah   Bab. 106. Sayang

    "Kakak, kakak."Ketika Karen melihatku jatuh berguling-guling di lereng bukit, dia sangat cemas dan ingin segera menyelamatkanku, akan tetapi tanpa sengaja kakinya pun ikut tergelincir.Aku pun jatuh terguling, kepalaku mengenai batu, lalu pingsan."Kakak, kakak."Karen merangkak menuju ke arahku dan memanggil namaku berkali-kali, kepalanya pun ikut menabrak batu sedetik kemudian karen pingsan.Sementara itu di dalam istana Dewa Bumi para bayi tampak riang bermain-main."Kakak-kakakku, adik sudah bersembunyi, datang dan carilah."Seorang bayi perempuan berkata bahwa dia bersembunyi dan meminta keenam kakaknya untuk mencarinya.Keenam bayi lelaki itu saling memandang dengan senyum menawan di wajah mereka.Keenam anak turun dari tempat tidur dan mulai mencari adik perempuannya secara terpisah.Ada yang mencari ke bawah tempat tidur, lemari, atau salah satu dari mereka pergi ke meja dan menemukan adik mereka.Setelah bermain, beberapa bayi merangkak ke tempat tidur."Kakak, aku merindukan

DMCA.com Protection Status