Beranda / Romansa / Bukan Menantu Idaman / Bab 2 Awal Perkenalan POV Ayu Pertiwi

Share

Bab 2 Awal Perkenalan POV Ayu Pertiwi

Penulis: Wahyu Soejitno Putri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pertengahan Juni 2002 di sebuah ruang kelas...,"Bu Guru...ada salam dari Anto." kata salah satu wali muridku yang kala itu sedang mengambil raport anaknya.

Kujawab dengan sekedar b**a basi,"W*'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

"Mas Anto orangnya baik banget lo Bu Guru..itu yang punya toko di perempatan tugu..pasti bu Guru tahu."kata wali muridku panjang lebar tanpa aku memintanya.

Aku begitu heran sama ibu Karsini; sepertinya dia begitu antusias ingin menjodohkan aku dengan Anto...entah apa sebabnya.

Aku hanya tersenyum dan tidak begitu menanggapi ucapan wali muridku itu; karena boleh dikatakan dia bukanlah satu-satunya orang yang menyampaikan salam dari lawan jenisku.

Aku tidak sedang menyombongkan diri; walaupun kala itu statusku baru sebagai tenaga honorer guru SD..tapi banyak dari orang-orang di sekitarku yang berusaha mengenalkanku dengan laki-laki yang menurut mereka cocok untukku. Mulai dari perawat, karyawan TU sebuah Perguruan Tinggi swasta ternama di kotaku...bahkan ada pensiunan tentara yang terang-terangan memintaku kepada orang tuaku untuk menjadi istrinya dengan iming-iming uang pensiunannya dan sebuah rumah yang akan menjadi mas kawinnya. Tapi semuanya aku tolak mentah-mentah meski usiaku kala itu mulai mendapat julukan perawan tua...tapi aku tak peduli. Aku tetap enjoy menjalani hari-hariku tanpa ada beban dengan julukan yang sebentar lagi akan melekat di diriku.

Sejak disampaikannya salam dari Anto; di situlah Anto mulai intens menghubungiku. Awal dengan pura-pura baru pulang dari rumah teman yang rumahnya lewat jalan dekat rumahku sampai terang-terangan menghadangku ketika aku pulang dari mengajar.

Suatu pagi; aku lihat Anto sudah berdiri manis di depan pintu mobilnya. Dia sepertinya sengaja menghadangku.Aku hanya bisa mengiyakan niatnya yang mau menjemputku sepulangnya aku mengajar.

"Nanti siang aku jemput di sekolah ya Bu Guru."janji Anto kepadaku.

"Yaaa okelah." jawabku sambil lalu.

Tidak disangka; saat jam pulang kerjaku Anto sudah dengan setia menungguiku di pintu gerbang sekolah.Aku tidak bisa menolak ajakannya karena memang entah kenapa seperti ada ikatan batinku kepadanya. Walaupun perkenalanku belum genap sebulan dengannya.

Ternyata Anto mengajakku makan siang di tempat favoritnya. Aku bingung harus bagaimana..diam diam kutatap setiap bagian wajahnya..bahkan dari ujung rambut sampai ujung kaki meski dengan sembunyi-sembunyi.

"Tidak ada yang menarik sama sekali."batinku meremehkannya.

Entah mungkin karena dia benar-benar jodohku; pertemuan siang itu berlanjut ke pertemuan-pertemuan selanjutnya; meski seperti ada penolakan di nurani terdalamku namun entah kenapa aku tidak bisa menolak kehadirannya.

Ibuku yang kala itu dalam posisi baru saja ditinggal wafat Ayahku seperti sedang dalam posisi rapuh..Beliau sering melamun dan memilih berhari-hari tinggal di rumah kakakku di luar kota daripada di rumahnya sendiri. Kondisi seperti itu menambah sulitnya aku berkomunikasi dengan Ibuku..karena waktu itu aku belum punya hp. Hanya sesekali aku bisa menghubungi Ibu dan keluarga kakakku lewat telepon kantor kakakku sementara aku lewat telepon umum. Benar-benar situasi kondisi yang teramat sulit kurasakan.

Seringnya kunjungan Anto ke rumah membuat simpati Ibuku kepadanya. Mungkin juga sudah kehendak Yang Kuasa, beberapa kali Ibuku bisa bertemu dengan Anto ketika dia berkunjung ke rumah.

Sejak bertemunya Anto dengan Ibuku, seperti sudah ada jadwal kunjungan khusus di setiap malam Minggunya. Tidak pernah terlewatkan akhir pekan tanpa kunjungan Anto yang terang-terangan langsung mendekati Ibuku untuk mendapatkan simpatinya.

Aku seperti tidak berdaya; Ibuku yang belum lama berstatus janda yang sangat terpukul ditinggal wafat suami yang sangat dicintainya menjadi lebih banyak mendesakku untuk menerima kehadiran Anto di hidupku. Posisi Ibuku sulit juga pada waktu itu; karena bersamaan dengan seringnya Anto berkunjung...ada 2 pemuda yang berusaha mengambil hatiku juga..tapi karena mereka tidak berani langsung berhadapan dengan keluargaku; maka rasa simpatik Ibuku hanya kepada Anto.Tidak lama dari kunjungan demi kunjungan Anto ke rumahku akhirnya Anto melamarku.

Saat Anto menyatakan perasaannya padaku dan menyatakan ingin melamarku untuk menjadi istrinya; aku tidak tahu harus berkata apa karena entah mengapa mulai timbul keraguan untuk menerimanya sebagai suamiku.

Banyak alasan mengapa mulai timbul rasa ragu di hatiku. Aku merasa semakin hari tidak terjalin komunikasi yang baik di antara kami, pun begitu terhadap keluarganya. Sepertinya Ibu dari Anto tidak menerimaku 100%; entah apa alasan utamanya. 

Sejak awal berkenalan aku sudah berusaha berkata sejujur jujurnya; meski aku terlahir bungsu dari 3 bersaudara..tapi aku berasal dari keluarga sederhana. Ayahku hanya seorang sopir perusahaan biasa, ibu mantan pembantu rumah tangga yang dilarang bekerja karena kesibukannya mengurusi anak dan suami.

Profesiku sebagai guru Honorer SD juga sudah mereka ketahui secara pasti, pun berapa penghasilanku perbulannya.

Mungkin dari hati kecil Mamah Anto merasa kita tidak sepadan..karena mereka seorang kaya raya; meskipun pedagang namun pedagang sukses..sedangkan aku keluarga papa..entahlah; namun yang jelas..sejak dilamarnya aku untuk menjadi menantunya...ketetapan tanggal dan hari pernikahan kami pun seperti diulur-ulur; maju mundur tidak karuan.

Suatu ketika,"Maaf Ibunya Ayu..maksud kedatangan kami ke sini..di samping bersilaturahmi..juga ada hal penting yang harus kita bicarakan saat ini." kata utusan keluarga Anto mengawali percakapan dan maksud kedatangan hari itu.

"Setelah dihitung-hitung..ternyata tanggal pernikahan yang sudah ditetapkan itu tidak sesuai dengan 'weton' Ayu..jadi terpaksa kita ubah tanggal pernikahan Ayu Anto ya Bu.." kata mereka lebih lanjut.

Keluargaku yang pada dasarnya meyakini semua hari dan tanggal itu baik hanya mengiyakan berubahnya tanggal pernikahan yang ditetapkan sebelumnya.

Beberapa minggu kemudian...datang lagi utusan dengan tujuan sama; mengubah hari pernikahan karena perhitungan 'weton'.

Begitu mengherankan kurasakan; mengapa mereka seperti tarik ulur dan seperti ingin membatalkan pernikahan mereka.

Karena kesal dan merasa dipermainkan; suatu ketika aku katakan kepada Ibuku,

"Mending dibatalkan saja pernikahan ini ya Bu..Ayu kembalikan cincin ini ke Anto.."kataku sambil memperlihatkan cincin pertunangannya yang sudah dilepaskan dari jari manisnya.

Ibuku terlonjak begitu kagetnya,"Jangan Yu..apa kata tetangga nantinya...malu." cegahnya seketika.

Sejak aku mengatakan akan membatalkan pernikahannya; Ibu jatuh sakit. Tensi darahnya naik; 240/110 yang menjadikannya terkulai tak berdaya.

Melihat kondisi Ibu yang semakin melemah; aku semakin bimbang..satu sisi aku mulai ingin menyudahi saja hubungannya dengan Anto sebelum terlanjur sebagai suami istri; satu sisi aku takut Ibu kenapa-kenapa kalau memilih untuk mundur.

Dalam kondisi penuh kebimbangan aku berusaha meyakinkan diri bahwa Anto memanglah jodoh yang digariskan untukku. Aku sering bermunajat dengan mendatangi tempat ibadah terbesar di kota..memohon petunjuk untuk kelangsungan hubunganku dengan Anto. Larut malam baru aku kembali ke rumah.

Suatu ketika setelah beberapa hari aku melakukan munajat, selesai berdoa ku beranjak meninggalkan tempat ibadah. Belum lagi aku langkahkan kakiku meninggalkan tempat ibadah itu; di pintu masuk aku berpapasan dengan Anto yang baru saja keluar dari mobil. Sejak saat itu kuputuskan untuk meneruskan pernikahanku dengan Anto karena kuanggap itu suatu petunjuk dari Yang Maha Kuasa.

Aku ingat betul tanggal pernikahanku saat itu 12 Desember 2002. Entah kenapa ketika kujalani Ijab Kabul air mata tak berhenti menetes di pipiku. Aku pun tak mengerti apa artinya itu. Sepertinya aku mendapat firasat kalau pernikahanku akan menemui banyak cobaan. Entahlah.

#######

12 hari masa pernikahanku; aku diboyong ke rumah orang tua Anto.Kubayangkan aku akan hidup bahagia; nyatanya jauh api dari panggang. Begitu memasuki rumahnya saja aku sudah seperti merasa ada sesuatu yang tak beres. Kamar tidur layaknya untuk pengantin baru saja tidak ada; satu-satunya jatah kamar untukku dan Anto adalah sebuah kamar yang lama dibiarkan kosong. Ibaratnya hanya sebuah gudang tempat penyimpanan barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi. Itupun tidak ada perabotannya sama sekali. Aku harus bawa tempat tidur dan kasur usang dari rumah Ibuku. Kamar itu dibersihkan beberapa jam sebelum aku masuk ke dalamnya.

Jangan pernah dibayangkan pula kalau perlakuan Mamah mertuaku begitu baik padaku. Perlu diketahui; jarak pernikahanku dengan adik Anto yang bernama Sinta hanya selisih 3 bulanan saja. Perlakuan Mamah Mertuaku sungguh sangat jauh berbeda. Bila Sinta dan suaminya dibiarkan menikmati bulan madunya; berjam-jam berduaan di kamar...tidak denganku. Ada saja perintah Mamah Mertuaku ke Anto dengan tujuan agar aku tidak selalu bisa memadu kasih dengan suamiku.

Suatu siang di sekitar pukul 14:00; sambil mengetok pintu kamarku keras-keras:

"Anto...tolong itu adikmu Anggun...antar dia ke kampus...segera...jangan sampai adikmu marah kalau terlambat."teriak Mamah Mertuaku tanpa mempedulikan aku yang baru saja bisa bertemu dengan Anto suamiku setelah sedari pagi aku harus berangkat mengajar.

"Di malam harinya,"Anto...itu adikmu dijemput yaa..tungguin di depan pintu kampus...jangan sampai terlambat."teriak Mamah Mertuaku lagi.

Aku sebetulnya tidak merasa iri yaa..kalau saja perlakuan Mamah Mertuaku ke adiknya Sinta dan suaminya sama seperti ke aku dan Anto...tapi sungguh...seperti berbanding terbalik bila perlakuan Mamah Mertuaku kepada mereka berdua.

"Biarin mereka menikmati bulan madunya...kasihan Sinta..kan suaminya baru pulang dari luar kota.."begitu selalu alasan Mamah Mertuaku kepadanya.

Semakin hari semakin banyak kurasakan bulir-bulir air mata membasahi pipiku. Tapi pantang bagiku untuk bercerita kepada keluargaku. Pikirku...kasihan mereka; "biarlah kujalani saja takdir ini dengan sekuat dayaku."

Jatah makanku hanya siang hari..itupun aku tidak berani ambil sendiri makanannya. Suamiku yang mengambil sepiring nasi dan lauknya..satu piring nasi kita makan berdua. Aku begitu sungkan kalau urusan makanan; karena setiap kali ada makanan di meja atau lemari yang tidak terlihat pasti Mamah Mertuaku mempertanyakannya.

''Mana tadi makanan yang ada di meja ini ya Sin...kok tidak ada?'' tidak hanya satu dua kali Mamah Mertuaku bertanya kepada anak perempuannya.

Kalau terlihat nenek Anto yang kebetulan tinggal serumah denganku; mengambilkan makanan untukku...pasti dengan buru-buru Mamah Mertuaku menyuruh Sinta mengambilkan untuk suaminya.

''Ambilkan untuk suamimu dulu Sin...ayo buruan.''

Padahal kalau mau diperhitungkan...jatah 5 ribu sehari dari suami untukku tidaklah cukup untuk makan sekalipun. Kalau pagi hari aku dibelikan nasi rames yang dijual tetangga depan rumah..itupun cuma berlauk satu macam sayur dan sebuah gorengan. Aku pun tidak pernah memprotesnya. Kupikir yaa itu memang rezekiku..kusyukuri saja.

Pokoknya sepertinya ada saja alasan untuk membuatku tidak bahagia hidup di sana.

Urusan sekecil apapun pasti dibesar-besarkan oleh Mamah Mertuaku.

"Wong lagi buat nonton Tv malah nyetrika...yaa daya listriknya ngga' kuat."teriak Mamah Mertua keras-keras ketika listrik tiba-tiba padam karena aku baru sempat menyetrika bertepatan dengan beliau yang ingin menyaksikan acara televisi.

Perlakuan tidak menyenangkan pun aku terima dari Om Badi yang notabene hampir setiap hari bersama di rumah mertuaku karena memang dia yang mengurusi bisnis Anto.

Suatu ketika ada yang bertanya kepadanya,''Ayu mana pak?''

Jawab Om Badi: "Itu di kamar lagi enak-enakan tidur."

Aku yang memang berada di kamar tapi sedang menjahit pesanan orang untuk membantu usaha suamiku terperanjat kaget; tapi aku bingung harus bagaimana untuk membantahnya. Aku memang memilih diam saja.

Anto seperti tidak mempedulikan perasaanku. Dia pikir perlakuan Mamah Mertua dan saudaranya wajar-wajar saja.

*******

Bab terkait

  • Bukan Menantu Idaman   Bab 3 POV Aryanto

    Namaku Aryanto; tapi lebih dikenal dengan panggilan Anto. Aku sadar kalau umurku sudah diambang sebutan perjaka tua; 37 tahun. Tapi aku bingung harus bagaimana kalau urusan sama yang namanya perempuan atau lawan jenis.Berulang kali aku berkenalan dengan wanita yang kukira cocok untuk mendampingiku mengarungi bahtera rumah tangga; tapi selalu saja mereka ditolak mentah-mentah oleh Mamahku.''Tidak usah yang itu To...biar nanti Mamah saja yang carikan jodoh untukmu."selalu begitu ucapannya tiap aku pulang membawa calon menantu untuknya.Aku hampir saja putus asa...kalau saja aku tidak bertemu Ayu Pertiwi. Padahal aku hanya sekilas melihatnya di seberang jalan ketika dia berjalan pulang dari rumah muridnya yang sudah beberapa hari sakit. Sekilas aku melihatnya, hanya kerudungnya yang melambai ditiup angin. Dia berjalan berdua temannya...tapi entah mengapa; yang selalu kudengar nama Ayu yang disebut oleh Ibu Karsini tetangga depan gudangku."Bu Ayu can

  • Bukan Menantu Idaman   Bab 4

    Waktu terus bergulir...8 bulan hidup menumpang di rumah mertua kujalani dengan segala kuatku. Mamah Mertuaku benar-benar memperlakukanku seperti madu baginya. Ada saja alasan yang membuatnya benci padaku.Suatu pagi di hari Minggu,"Masak apa an sich Yu...kompor cuma satu malah dipakai masak kamu."celetuknya seraya melongokkan ke wajan yang aku pakai buat masak.Aku hanya terdiam..pikirku aku boleh meminjam alat-alat masaknya ya..toh kita hidup serumah; apalagi selama aku hidup di sana saja aku tidak benar-benar menumpang. Sering kulihat laporan keuangan Om Badi isinya hanya belanja kebutuhan keluarga suamiku saja; ada sayur mayur di pedagang keliling, minyak tanah, uang saku adik suamiku yang kuliah dan sebagainya dan sebagainya. Aku tak berani protes; karena sejak kecil terdidik untuk menerima dengan ikhlas rezeki dari Tuhan. Uang belanja 5 ribu yang kuterima sebagai nafkah dari Anto suamiku pun aku anggap sebagai rezeki yang harus aku syukuri; jadi kuanggap wajar kal

  • Bukan Menantu Idaman   BAB 5. POV Ayu di Rumah Baru

    Kepindahanku ke rumah baru tidak serta merta menjadikan aku hidup bahagia. Ternyata tetap saja kehidupan rumah tanggaku didera cobaan. Ibuku yang merasa menaruh belas kasih ke aku berinisiatif untuk menemaniku menempati rumah baru. Sebetulnya tidak bisa dikatakan rumah baru; lebih tepatnya gudang yang berdinding separuh batu bata, separuhnya bilik bambu. Atap dari seng usang yang kalau hujan mulai turun bocor tidak karuan. Bisa dibayangkan kalau turun hujan lebat; air dengan deras masuk ke dalam rumah yang berlantaikan ubin tua yang sudah rusak sana sini. Rumah yang aku tempatu sendiri awalnya berupa gudang yang sekelilingnya banyak ditumbuhi pohon kayu kalba dan pepohonan tinggi lainnya. Di belakang rumahku tumbuh subur serumpun bambu yang konon dipercaya orang sangat disukai jin sebagai tempat tinggalnya. Entah atas perintah siapa, Om Badi membabat habis pohon bambu itu dan membakar pokok-pokok akarnya. Suasana sekeliling rumahku masih sunyi sepi. R

  • Bukan Menantu Idaman   BAB 6 Hamil Berulang Janin Hilang (POV Ayu)

    Tinggal di tempat baru, lingkungan baru membuatku harus secepatnya beradaptasi. Sebetulnya tempat tinggalku yang sekarang tidak begitu jauh dari lingkungan tempat tinggal keluarga suamiku. Malah boleh dikatakan masih satu desa, hanya saja dibatasi beberapa rumah tetangga, jalan setapak serta perkebunan luas entah milik siapa hingga sampai detik inipun masih saja menjadi misteri. Minggu berganti bulan. Bulan berganti tahun kedua pernikahanku, aku mulai menunjukkan tanda-tanda orang yang sedang hamil muda. Tamu bulananku tidak hadir. Awalnya tidak aku pedulikan karena aku sudah berulangkali mengalami terlambat datang bulan tetapi ketika dicek ternyata negatif. Namun kali ini selain terlambat kedatangan tamu bulanan, nyidam pun kualami yang menurut sebagian besar orang mengatakan sebagai ciri orang yang sedang hamil muda. Emosiku kembali tidak terkendal, marah-marah tanpa sebab terutama terhadap suami dan keluarganya. Pada awalnya hal itu tidaklah kuanggap aneh karena menurutku

  • Bukan Menantu Idaman   BAB 7 Misteri itu Tak Serta Merta Hilang

    Suatu sore jelang senja; Dika sedang memandang jendela kamarnya yang saat itu masih terbuka. Sambil tersenyum-senyum dia berkata,’’Eeeh temanku sudah pada datang.’’ Dia berkata sambil menunjuk ke suatu tempat. ‘’Yaa Tuhan...Ada apa lagi ini?’’desahku. Aku bergegas menghampirinya. Dika yang waktu itu berusia tiga tahunan terlihat begitu bahagia..tertawa ceria seperti sedang bermain dengan teman-teman sebayanya padahal waktu itu dia sedang berada sendirian di kamarnya. Aku sendiri sedang ke belakang menyiapkan makan malam untuk keluargaku. Kejadian aneh yang dialami Dika tidak hanya berhenti sampai disana saja. Hampir tiap malam Dika terbangun dari tidurnya sambil berteriak-teriak ketakutan. ‘’Bunda...itu lihat...di luar ada harimau putih.” Aku yang tidur di sebelahnya terbangun seketika. Kaget kulihat Dika sedang menunjuk-nunjuk jendela kamarnya; sesaat kemudian menutup wajahnya sendiri dengan kedua tangannya. Jelas terlihat sek

  • Bukan Menantu Idaman   BAB 8 Misteri itu Tak Serta Merta Hilang (POV Anto)

    ’Aku tak habis pikir dengan sikap Ayu.” Kupikir selama ini kita baik-baik saja.“Kenapa dia malah menuduh keluargaku telah bersekutu dengan setan?‘’Apa malah jangan-jangan masa lalu keluarga Ayu yang bersekutu dengan iblis?Aku pernah mendengar kalau kakek buyutnya adalah seorang dukun mahsyur di daerahnya. Banyak orang yang meminta pertolongannya; entah ingin kedudukan tinggi dalam jabatannya, atau kekayaan yang berlimpah. “Jangan-jangan istriku mendapat ‘’warisan ilmu” dari kakek buyutnya tetapi dia tidak kuat mengendalikan jadi membuat emosinya labil?’’Aku sudah berusaha bersikap baik kepada Ayu dan keluarganya. Bagaimanapun aku tetap anak laki-laki dari orang tuaku. Seburuk apapun mereka aku tetap harus menghormatinya. Tanggung jawab ayahku memang di pundakku. Sejak Ayahku meninggal praktis tidak ada lagi yang bisa melindungi adik-adikku padahal mereka masih butuh pe

  • Bukan Menantu Idaman   BAB 9

    Suatu pagi di sekitar tahun 2010; Aku merasakan sesuatu yang tidak karuan di badan.Lesu,mual dan segala yang tak biasa aku rasakan.‘’Hoeeek...hoeeek...’’suara itu tak henti keluar dari mulutku.Ibu yang sedang berada di dapur segera menghampiri.‘’Kenapa Yu...kamu sakit? Tanya ibuku sambil menempelkan punggung tangannya ke dahiku.Terlihat wajah ibu khawatir melihatku yang tak henti mengeluarkan suara-suara yang tak biasa.‘’Aku pusing Bu...mual juga rasanya.’’ucapku seraya memegangi perutku.‘’Yaa sudah...sini keluar dari kamar mandi; ibu baluri minyak angin. Jangan lama-lama di situ,..nanti tambah masuk angin.’’kata Ibuku penuh kasih.Aku memang terlambat datang bulan. Sudah 3 mingguan ini tamu bulananku tidak menyambangi...tapi aku takut berandai-andai kalau aku ini hamil..Aku mulai terbiasa d

  • Bukan Menantu Idaman   BAB 10 POV Ayu

    “Yaaa...teruuus...dorooong...sebentar lagi Bu...”Jangan berhenti Bu...ini kepala bayinya sudah mulai terlihat...jangan menyerah!"Nafasku serasa habis..tersengal sengal..berkelebat bayangan yang tak tahu apa artinya.Berulangkali aku melambaikan tangan meminta tolong ke Dokter untuk melakukan tindakan cesar saja."Dok...tolong sa a ya a..sa aa yaa ti dak ku aat.."erangku."Tooolong cee saarr saaja.." suaraku semakin melemah.Keringat semakin membasahi tubuhku. Aku serasa tidak kuat lagi. Tak tahu lagi sudah berapa lama aku mengalami kontraksi sejak perawat mendorongku dalam kursi roda menuju ruang khusus persalinan.Hari itu aku baru merasakan bagaimana perjuangan ibuku mengeluarkanku dari rahimnya.Dari kejauhan samar kulihat wajah suamiku yang tak kuketahui apa maknanya.Duduk dengan tatapan mata kosong dan sesekali melihat ke arahku meski jendela kamar samar tertu

Bab terbaru

  • Bukan Menantu Idaman   BAB 22 Flashback Off (POV Ayu)

    Boleh dikatakan masa laluku lebih banyak merasakan kebahagiaan meski hidup dalam kesederhanaan. Saling pengertian, perhatian dan kasih sayang selalu diterapkan dalam kehidupan rumah tangga bapak dan ibu.Aku sebagai anak bungsu menjadi tumpuan kasih sayang dari kedua kakakku.Tak pernah sedikitpun keluargaku saling menyakiti baik berupa perkataan maupun perbuatan.Hingga kami sekeluarga sedari kecil hingga dewasa begitu merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya meski dalam segala keterbatasan ekonomi. Sungguh berbeda ketika sekarang hidup berumah tangga. Sepertinya harta dan kenikmatan duniawi yang selalu dikejar oleh keluarga suamiku. Kesedihan dan rasa benci serasa semakin mengakar di hati sanubariku, bahkan sampai ke kedua anakku Mereka seperti tidak mau mengakui keluarga ayahnya sebagai bagian dari kehidupannya. Pun begitu dengan mamah mertuaku, hari-hari terasa ada jurang pemisah antara kami. Aku laksana

  • Bukan Menantu Idaman   BAB 21 Flashback (Masa Perkuliahan)

    Di zaman tahun 1990n adalah masa paling membahagiakan bagi Ayu,karena di masa itu walaupun hidup dalam kesederhanaan namun kebahagiaan lahir batin tetap didapat.Hidup dalam lingkungan keluarga sederhana namun penuh keharmonisan membuat Ayu berkembang menjadi pribadi yang menyenangkan. Meski tidak bisa terbilang cantik, namun banyak dari kalangan lelaki yang jatuh hati karena kepribadiannya.Namun kebanyakan laki-laki entah mengapa seringkali merasa jengah bila mulai berdekatan dengan Ayu. Seperti ada sekat yang selalu menghalangi bila mereka mulai lebih jauh saling mengenal.Seringkali pula muncul keraguan dalam diri Ayu bila ada pria yang mulai berusaha ingin menjalin hubungan yang lebih serius dengannya."Ay...sebenarnya banyak yang suka ke kamu lo..tapi sepertinya kamu kok tak acuh begitu sih?"suatu saat sahabat dekatnya bertanya.Ayu hanya mengedikkan bahu. Entah mengapa memang dia rasakan...dia sepertinya selalu en

  • Bukan Menantu Idaman   BAB 20 Bisnis Suami Sinta

    Waktu terus bergulir, pelan namun pasti..bisnis suamiku kembali terpuruk karena pengambilalihan brand secara sepihak oleh Sinta dan suaminya. Aku semakin tidak habis pikir, yang ada dalam benakku aku merasa diperlakukan semena-mena dan hidup dalam ketidakadilan. Anto yang merintis bisnis dari nol dengan modal seadanya hingga bisa berkembang lantaran kerja kerasnya yang tak kenal waktu harus 'hancur' dalam sekejap hanya karena modal uang yang dimiliki Sinta dan suaminya begitu banyaknya. Aku kembali protes, berusaha mengeluarkan segala yang terasa begitu menyesakkan dadaku. "Gimana sih Mas...kok bisa begini?"tanyaku penuh emosi kepada Anto yang kulihat tetap tenang-tenang saja. “Aku sebagai istri kan juga berhak untuk menikmati dan mendapat nafkah lahir maupun batin dari suamiku! ucapku semakin tak terkendali. "Harusnya kamu proteslah Mas..itu kan bisnis kamu rintis

  • Bukan Menantu Idaman   BAB 19 (POV Mamah Mertua Ayu)

    Aku sebenarnya kurang cocok waktu Anto memilih untuk menikahi Ayu karena menurutku dia tidak sepadan denganku. Dia hanya seorang guru honorer biasa, sementara anakku Anto pengusaha yang tergolong sukses. Karyawannya saja 16 orang, dengan pendapatan puluhan juta dalam satu harinya. Kenapa Anto malah memilih Ayu sebagai istrinya? Kenapa dia tidak memilih Irna saja? Padahal aku sudah begitu mengenalnya dan keluarganya. Aku sudah menjadi teman bisnis papa dan mamanya lama, saat mereka masih sama-sama kanak-kanak. Kalau saja Anto menerima jodoh yang aku sodorkan untuknya, aku pasti akan berusaha membahagiakannya. Harusnya anakku setidaknya lebih mengenal Irna yang mau aku jadikan istrinya, siapa tahu setelah mereka saling kenal akan ada kecocokan yang akhirnya bisa menjadikan mereka berjodoh. Menurutku Anto terlalu gegabah, belum lama mengenal Ayu sudah langsung melamarnya. Andai saja waktu itu Gun adikku juga tidak memaksanya untuk se

  • Bukan Menantu Idaman   BAB 18 Flashback(POV Mamah Mertua)

    Matahari mulai menyembul menampakkan sinar cerahnya. Aneka burung bercicit merdu di dahan sebelah rumah. Minggu pagi, saat yang tepat untuk bermain bola. Anak-anak menguap perlahan. "Hoooaaahheeemm ..." Sambil nyengir, kulihat Arman dan Anto menutup mulutnýa yang menganga lebar ketika dia menguap tadi. Masih merasa enggan sepertinya anak lelakiku itu beranjak dari tempat tidurnya ketika tiba tiba aku memanggil-manggilnya "Bangun Nak...dibangunkan dari tadi koq yaaa...sudah siang ini...ayoo Subuhan dulu...habis itu mandi dan sarapan...!" Kulihat mereka melirik jam dinding di kamarnya. ..."Haaaah...jam 05:10...aku kesiangan ini...aku sudah janjian sama teman-teman koq yaa..."seringai Arman kaget kulihat. Gegas dia menyahut panggilan Ibunya...."Baiiik Bu..."sambil bangkit dan keluar dari kamarnya. Dia lupa kalau belum membereskan kamarnya yang berantakan bekas tidurnya tadi. "Hmmmmm...kebiasa aan..."kataku ketika menengok isi kamarnya

  • Bukan Menantu Idaman   BAB 17 Flashback On (POV Ibunda Ayu)

    Aku menyesal telah membuat Ayu menjatuhkan pilihan untuk mau dinikahi Anto. Gara-gara aku sakit, Ayu tidak bisa bersikap untuk mengakhiri hubungannya sebelum masa pernikahannya. Aku sangat bersyukur Ayu begitu berbakti kepadaku dan memilih untuk membuatku bahagia dengan mau meneruskan pernikahannya dengan Anto. Penilaianku ternyata salah terhadap Anto. Aku kira dengan rajinnya dia beribadah di Masjid jadi jaminan dia akan menyayangi dan mencintai anakku dengan tulus. Ternyata dugaanku salah. Anto sepertinya tidak benar-benar menganggapnya sebagai bagian dari tanggung jawabnya. Padahal apa yang ditanam oleh ayahnya Ayu sungguh luar biasa. Beliau betul-betul begitu perhatian dan bertanggung jawab kepadaku dan anak-anaknya walaupun setiap hari rasa baktinya kepada Ibunya tidak pudar. Bahkan suamiku tercinta selalu bisa menempatkan diri dengan baik sebagai suami, ayah dan bahkan anak serta saudara bagi keluarganya. Tidak seperti Anto menantuku. Dari waja

  • Bukan Menantu Idaman   BAB 16 Flashback On (POV Ibunda Ayu)

    Suatu malam; terdengar suara jengkerik bersahut-sahutan. Binatang malampun mulai berbunyi sahut menyahut. Bulan seperti malu malu menampakkan dirinya.Di ranjang, ku bolak-balikkan badan.Entah mengapa malam itu terasa panjang dia lalui.Sudah tiga harian ini suami tercintanya berangkat ke luar kota mengirimkan barang kepunyaan majikan.Tidak biasanya suaminya tidak memberikan kabar sedikitpun. Biasanya ketika suamiku pergi ke luar kota untuk beberapa hari; Beliau selalu menitipkan pesan kepada teman sesama sopir yang kebetulan pulang ke kotanya. Hatiku begitu gelisah malam itu; berjingkat aku keluar kamar untuk menengok Anak-anak di kamarnya. Aku tidak tega membangunkan Anak-anak untuk sekedar menemaninya berjaga dari kesunyian malam itu. Terlihat Anak-anaknya tertidur lelap seperti bermimpi indah. Begitu damai wajah mereka, menjadikanku semakin tidak tega kalau sampai membuat mere

  • Bukan Menantu Idaman   BAB 15 Flashback (POV Ibunda Ayu)

    Suatu ketika di sekitar tahun 1959; di sebuah rumah mewah terdengar suara ramai, meriah. Pesta pernikahan seorang kaya digelar. Tetamu yang datang terkesan glamour dengan dandanan yang modis nan elegan. Musik langgam Jawa syahdu mewarnai suasana pesta itu. Orang terlihat hilir mudik, lalu lalang, silih berganti datang dan pergi memenuhi undangan sang punya hajat R.M. Ngabei Sastro Dipuro orang terkaya di kampungnya. Di ruang dapur rumah tersebut tak sedikit orang yang sibuk mempersiapkan hidangan untuk para tamu yang datang. Beraneka hidangan tertata rapi siap untuk menjamu pada pesta pernikahan tersebut. Di sudut ruangan di depan sebuah meja berukuran luas terlihat seorang wanita belia kelahiran Agustus 1939 terlihat cekatan menata piring demi piring makanan di atas meja . Terlihat sekali kalau wanita belia itu begitu mahir dan terbiasa mengerjakan pek

  • Bukan Menantu Idaman   BAB 14

    Seringkali impian dan harapan kita jauh api dari panggang,tapi itulah hidup. Seringkali apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan kenyataan. Seperti aku yang menginginkan hidup bahagia dalam rumah tanggaku ternyata banyak sekali aral melintang menghadangku.Suatu sore, dengan muka yang teramat ceria Danu pulang bersama dengan ayahnya sambil berteriak kegirangan‘’Ibu, aku punya kartu ATM nich..jumlah uangnya banyak!’’Sesaat kemudian dia menyerahkan selembar kartu yang begitu menarik perhatianku dan membuatku penasaran.Ketika kulihat dengan seksama aku terlonjak kaget“Apa ini Mas?’’ tanyaku pada suamiku yang hanya berdiri mematung di dekat Danu anakku.Aku kaget bukan kepalang, terpampang jelas nama Harry Subrata lengkap dengan nomor seluler yang bisa dihubungi. Yang membuatku kaget bukan kepalang adalah nama perusahaan suamiku ada di sana dengan jenis usaha yang sama dengan suamiku.

DMCA.com Protection Status