’Aku tak habis pikir dengan sikap Ayu.” Kupikir selama ini kita baik-baik saja.
“Kenapa dia malah menuduh keluargaku telah bersekutu dengan setan?
‘’Apa malah jangan-jangan masa lalu keluarga Ayu yang bersekutu dengan iblis?
Aku pernah mendengar kalau kakek buyutnya adalah seorang dukun mahsyur di daerahnya. Banyak orang yang meminta pertolongannya; entah ingin kedudukan tinggi dalam jabatannya, atau kekayaan yang berlimpah. “Jangan-jangan istriku mendapat ‘’warisan ilmu” dari kakek buyutnya tetapi dia tidak kuat mengendalikan jadi membuat emosinya labil?’’
Aku sudah berusaha bersikap baik kepada Ayu dan keluarganya. Bagaimanapun aku tetap anak laki-laki dari orang tuaku. Seburuk apapun mereka aku tetap harus menghormatinya. Tanggung jawab ayahku memang di pundakku. Sejak Ayahku meninggal praktis tidak ada lagi yang bisa melindungi adik-adikku padahal mereka masih butuh pe
Suatu pagi di sekitar tahun 2010; Aku merasakan sesuatu yang tidak karuan di badan.Lesu,mual dan segala yang tak biasa aku rasakan.‘’Hoeeek...hoeeek...’’suara itu tak henti keluar dari mulutku.Ibu yang sedang berada di dapur segera menghampiri.‘’Kenapa Yu...kamu sakit? Tanya ibuku sambil menempelkan punggung tangannya ke dahiku.Terlihat wajah ibu khawatir melihatku yang tak henti mengeluarkan suara-suara yang tak biasa.‘’Aku pusing Bu...mual juga rasanya.’’ucapku seraya memegangi perutku.‘’Yaa sudah...sini keluar dari kamar mandi; ibu baluri minyak angin. Jangan lama-lama di situ,..nanti tambah masuk angin.’’kata Ibuku penuh kasih.Aku memang terlambat datang bulan. Sudah 3 mingguan ini tamu bulananku tidak menyambangi...tapi aku takut berandai-andai kalau aku ini hamil..Aku mulai terbiasa d
“Yaaa...teruuus...dorooong...sebentar lagi Bu...”Jangan berhenti Bu...ini kepala bayinya sudah mulai terlihat...jangan menyerah!"Nafasku serasa habis..tersengal sengal..berkelebat bayangan yang tak tahu apa artinya.Berulangkali aku melambaikan tangan meminta tolong ke Dokter untuk melakukan tindakan cesar saja."Dok...tolong sa a ya a..sa aa yaa ti dak ku aat.."erangku."Tooolong cee saarr saaja.." suaraku semakin melemah.Keringat semakin membasahi tubuhku. Aku serasa tidak kuat lagi. Tak tahu lagi sudah berapa lama aku mengalami kontraksi sejak perawat mendorongku dalam kursi roda menuju ruang khusus persalinan.Hari itu aku baru merasakan bagaimana perjuangan ibuku mengeluarkanku dari rahimnya.Dari kejauhan samar kulihat wajah suamiku yang tak kuketahui apa maknanya.Duduk dengan tatapan mata kosong dan sesekali melihat ke arahku meski jendela kamar samar tertu
Sejak kelahiran anakku; aku mengalami baby blues... kondisi jiwaku begitu labil mudah sedih, lelah, lekas marah, menangis tanpa alasan yang jelas, mudah gelisah, dan sulit untuk berkonsentrasi. Ditambah aku tidak mendapat perhatian dari suami dan keluarganya.Aku hanya berusaha menetralisir kondisiku sekuat kemampuanku. Kondisi kejiwaaanku yang kian tak menentu...sangat mempengaruhi kualitas ASIku; bayiku hampir saja kekurangan gizi..beruntung keluargaku begitu perhatian padaku dan bayiku.Aku sering mendapat komentar tidak enak dari keluarga suamiku.Suatu hari,’’Bayimu kok ngga’ mirip Anto sama sekali, Yu?’’ celetuk om Badi yang membuatku tercenung lantas menjawab“Laaa kalau ngga’ mirip Anto sich mirip siapa Om?’’ kalau lebih mantapnya tes DNA juga tidak apa-apa gerutuku sebal.Benar-benar heran aku; mulut mereka seperti ti
Sejak pertemuanku dengan Bram kulalui hari-hariku dengan indah. Walaupun hanya lewat chattingan cukuplah bagiku mengobati luka hatiku; hingga..."Triiing...triiing...triiing..."(Ay...ketemuan yuuk..)(Sudah lama kita ngga' ketemu kok Ay..)(Aku kangen)Mataku membulat sempurna..tak menyangka Bram masih mengharapkan pertemuan kita."Di mana?" balasku.Entah mengapa hatiku serasa berbunga-bunga ketika dia mengajakku untuk bertemu. Aku tidak tahu jauh di relung hatiku ada rasa yang bergejolak. Hatiku yang selama ini serasa bongkangan es mencair seketika.(Aku tunggu di Caffe Cinta yaa...jam 11:00,oke?)Aku yang hari Sabtu libur mengajar langsung mengiyakan ajakan dia.(Ok Bang..aku ke sana..kita ketemu jam 11:00)Tanpa basa-basi aku terima ajakan dia.Aku cari-cari alasan kepada Anto agar aku bisa keluar tanpa dicurigainya.Ak
Gemuruh dada ini serasa mau meledak. Setelah sekian lama hidup bersama dalam kehampaan rasa; Anto baru merasa ketakutan kehilangan aku dan anak-anakku.Seandainya aku tidak ingat akan niat awalku menikah dengan suami karena keinginanku untuk berbakti kepada orang tua; tentu aku sudah memilih lari bersama Bram ke luar kota.Sebetulnya Bram mengajakku untuk kawin lari saja..membawa ke dua anakku serta ke luar kota atau daerah. Dia berjanji akan membahagiakanku dan anak-anak..toh Bram belum punya anak dalam pernikahannya yang sekarang. Tapi rasa baktiku kepada orang tua yang membuatku memilih tetap berada di rumah Anto saja.Aku juga ingat betul..sudah banyak yang harus aku keluarkan untuk membangun rumah agar lebih terasa nyaman kita tempati. Aku tetap tidak mau kehilangan hasil jerih payah orang tuaku dan diriku sendiri.Bram yang kecewa dengan sikapku memilih pergi meninggalkanku dan juga istrinya..menetap di luar daerah."Ay..maafkan
Seringkali impian dan harapan kita jauh api dari panggang,tapi itulah hidup. Seringkali apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan kenyataan. Seperti aku yang menginginkan hidup bahagia dalam rumah tanggaku ternyata banyak sekali aral melintang menghadangku.Suatu sore, dengan muka yang teramat ceria Danu pulang bersama dengan ayahnya sambil berteriak kegirangan‘’Ibu, aku punya kartu ATM nich..jumlah uangnya banyak!’’Sesaat kemudian dia menyerahkan selembar kartu yang begitu menarik perhatianku dan membuatku penasaran.Ketika kulihat dengan seksama aku terlonjak kaget“Apa ini Mas?’’ tanyaku pada suamiku yang hanya berdiri mematung di dekat Danu anakku.Aku kaget bukan kepalang, terpampang jelas nama Harry Subrata lengkap dengan nomor seluler yang bisa dihubungi. Yang membuatku kaget bukan kepalang adalah nama perusahaan suamiku ada di sana dengan jenis usaha yang sama dengan suamiku.
Suatu ketika di sekitar tahun 1959; di sebuah rumah mewah terdengar suara ramai, meriah. Pesta pernikahan seorang kaya digelar. Tetamu yang datang terkesan glamour dengan dandanan yang modis nan elegan. Musik langgam Jawa syahdu mewarnai suasana pesta itu. Orang terlihat hilir mudik, lalu lalang, silih berganti datang dan pergi memenuhi undangan sang punya hajat R.M. Ngabei Sastro Dipuro orang terkaya di kampungnya. Di ruang dapur rumah tersebut tak sedikit orang yang sibuk mempersiapkan hidangan untuk para tamu yang datang. Beraneka hidangan tertata rapi siap untuk menjamu pada pesta pernikahan tersebut. Di sudut ruangan di depan sebuah meja berukuran luas terlihat seorang wanita belia kelahiran Agustus 1939 terlihat cekatan menata piring demi piring makanan di atas meja . Terlihat sekali kalau wanita belia itu begitu mahir dan terbiasa mengerjakan pek
Suatu malam; terdengar suara jengkerik bersahut-sahutan. Binatang malampun mulai berbunyi sahut menyahut. Bulan seperti malu malu menampakkan dirinya.Di ranjang, ku bolak-balikkan badan.Entah mengapa malam itu terasa panjang dia lalui.Sudah tiga harian ini suami tercintanya berangkat ke luar kota mengirimkan barang kepunyaan majikan.Tidak biasanya suaminya tidak memberikan kabar sedikitpun. Biasanya ketika suamiku pergi ke luar kota untuk beberapa hari; Beliau selalu menitipkan pesan kepada teman sesama sopir yang kebetulan pulang ke kotanya. Hatiku begitu gelisah malam itu; berjingkat aku keluar kamar untuk menengok Anak-anak di kamarnya. Aku tidak tega membangunkan Anak-anak untuk sekedar menemaninya berjaga dari kesunyian malam itu. Terlihat Anak-anaknya tertidur lelap seperti bermimpi indah. Begitu damai wajah mereka, menjadikanku semakin tidak tega kalau sampai membuat mere
Boleh dikatakan masa laluku lebih banyak merasakan kebahagiaan meski hidup dalam kesederhanaan. Saling pengertian, perhatian dan kasih sayang selalu diterapkan dalam kehidupan rumah tangga bapak dan ibu.Aku sebagai anak bungsu menjadi tumpuan kasih sayang dari kedua kakakku.Tak pernah sedikitpun keluargaku saling menyakiti baik berupa perkataan maupun perbuatan.Hingga kami sekeluarga sedari kecil hingga dewasa begitu merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya meski dalam segala keterbatasan ekonomi. Sungguh berbeda ketika sekarang hidup berumah tangga. Sepertinya harta dan kenikmatan duniawi yang selalu dikejar oleh keluarga suamiku. Kesedihan dan rasa benci serasa semakin mengakar di hati sanubariku, bahkan sampai ke kedua anakku Mereka seperti tidak mau mengakui keluarga ayahnya sebagai bagian dari kehidupannya. Pun begitu dengan mamah mertuaku, hari-hari terasa ada jurang pemisah antara kami. Aku laksana
Di zaman tahun 1990n adalah masa paling membahagiakan bagi Ayu,karena di masa itu walaupun hidup dalam kesederhanaan namun kebahagiaan lahir batin tetap didapat.Hidup dalam lingkungan keluarga sederhana namun penuh keharmonisan membuat Ayu berkembang menjadi pribadi yang menyenangkan. Meski tidak bisa terbilang cantik, namun banyak dari kalangan lelaki yang jatuh hati karena kepribadiannya.Namun kebanyakan laki-laki entah mengapa seringkali merasa jengah bila mulai berdekatan dengan Ayu. Seperti ada sekat yang selalu menghalangi bila mereka mulai lebih jauh saling mengenal.Seringkali pula muncul keraguan dalam diri Ayu bila ada pria yang mulai berusaha ingin menjalin hubungan yang lebih serius dengannya."Ay...sebenarnya banyak yang suka ke kamu lo..tapi sepertinya kamu kok tak acuh begitu sih?"suatu saat sahabat dekatnya bertanya.Ayu hanya mengedikkan bahu. Entah mengapa memang dia rasakan...dia sepertinya selalu en
Waktu terus bergulir, pelan namun pasti..bisnis suamiku kembali terpuruk karena pengambilalihan brand secara sepihak oleh Sinta dan suaminya. Aku semakin tidak habis pikir, yang ada dalam benakku aku merasa diperlakukan semena-mena dan hidup dalam ketidakadilan. Anto yang merintis bisnis dari nol dengan modal seadanya hingga bisa berkembang lantaran kerja kerasnya yang tak kenal waktu harus 'hancur' dalam sekejap hanya karena modal uang yang dimiliki Sinta dan suaminya begitu banyaknya. Aku kembali protes, berusaha mengeluarkan segala yang terasa begitu menyesakkan dadaku. "Gimana sih Mas...kok bisa begini?"tanyaku penuh emosi kepada Anto yang kulihat tetap tenang-tenang saja. “Aku sebagai istri kan juga berhak untuk menikmati dan mendapat nafkah lahir maupun batin dari suamiku! ucapku semakin tak terkendali. "Harusnya kamu proteslah Mas..itu kan bisnis kamu rintis
Aku sebenarnya kurang cocok waktu Anto memilih untuk menikahi Ayu karena menurutku dia tidak sepadan denganku. Dia hanya seorang guru honorer biasa, sementara anakku Anto pengusaha yang tergolong sukses. Karyawannya saja 16 orang, dengan pendapatan puluhan juta dalam satu harinya. Kenapa Anto malah memilih Ayu sebagai istrinya? Kenapa dia tidak memilih Irna saja? Padahal aku sudah begitu mengenalnya dan keluarganya. Aku sudah menjadi teman bisnis papa dan mamanya lama, saat mereka masih sama-sama kanak-kanak. Kalau saja Anto menerima jodoh yang aku sodorkan untuknya, aku pasti akan berusaha membahagiakannya. Harusnya anakku setidaknya lebih mengenal Irna yang mau aku jadikan istrinya, siapa tahu setelah mereka saling kenal akan ada kecocokan yang akhirnya bisa menjadikan mereka berjodoh. Menurutku Anto terlalu gegabah, belum lama mengenal Ayu sudah langsung melamarnya. Andai saja waktu itu Gun adikku juga tidak memaksanya untuk se
Matahari mulai menyembul menampakkan sinar cerahnya. Aneka burung bercicit merdu di dahan sebelah rumah. Minggu pagi, saat yang tepat untuk bermain bola. Anak-anak menguap perlahan. "Hoooaaahheeemm ..." Sambil nyengir, kulihat Arman dan Anto menutup mulutnýa yang menganga lebar ketika dia menguap tadi. Masih merasa enggan sepertinya anak lelakiku itu beranjak dari tempat tidurnya ketika tiba tiba aku memanggil-manggilnya "Bangun Nak...dibangunkan dari tadi koq yaaa...sudah siang ini...ayoo Subuhan dulu...habis itu mandi dan sarapan...!" Kulihat mereka melirik jam dinding di kamarnya. ..."Haaaah...jam 05:10...aku kesiangan ini...aku sudah janjian sama teman-teman koq yaa..."seringai Arman kaget kulihat. Gegas dia menyahut panggilan Ibunya...."Baiiik Bu..."sambil bangkit dan keluar dari kamarnya. Dia lupa kalau belum membereskan kamarnya yang berantakan bekas tidurnya tadi. "Hmmmmm...kebiasa aan..."kataku ketika menengok isi kamarnya
Aku menyesal telah membuat Ayu menjatuhkan pilihan untuk mau dinikahi Anto. Gara-gara aku sakit, Ayu tidak bisa bersikap untuk mengakhiri hubungannya sebelum masa pernikahannya. Aku sangat bersyukur Ayu begitu berbakti kepadaku dan memilih untuk membuatku bahagia dengan mau meneruskan pernikahannya dengan Anto. Penilaianku ternyata salah terhadap Anto. Aku kira dengan rajinnya dia beribadah di Masjid jadi jaminan dia akan menyayangi dan mencintai anakku dengan tulus. Ternyata dugaanku salah. Anto sepertinya tidak benar-benar menganggapnya sebagai bagian dari tanggung jawabnya. Padahal apa yang ditanam oleh ayahnya Ayu sungguh luar biasa. Beliau betul-betul begitu perhatian dan bertanggung jawab kepadaku dan anak-anaknya walaupun setiap hari rasa baktinya kepada Ibunya tidak pudar. Bahkan suamiku tercinta selalu bisa menempatkan diri dengan baik sebagai suami, ayah dan bahkan anak serta saudara bagi keluarganya. Tidak seperti Anto menantuku. Dari waja
Suatu malam; terdengar suara jengkerik bersahut-sahutan. Binatang malampun mulai berbunyi sahut menyahut. Bulan seperti malu malu menampakkan dirinya.Di ranjang, ku bolak-balikkan badan.Entah mengapa malam itu terasa panjang dia lalui.Sudah tiga harian ini suami tercintanya berangkat ke luar kota mengirimkan barang kepunyaan majikan.Tidak biasanya suaminya tidak memberikan kabar sedikitpun. Biasanya ketika suamiku pergi ke luar kota untuk beberapa hari; Beliau selalu menitipkan pesan kepada teman sesama sopir yang kebetulan pulang ke kotanya. Hatiku begitu gelisah malam itu; berjingkat aku keluar kamar untuk menengok Anak-anak di kamarnya. Aku tidak tega membangunkan Anak-anak untuk sekedar menemaninya berjaga dari kesunyian malam itu. Terlihat Anak-anaknya tertidur lelap seperti bermimpi indah. Begitu damai wajah mereka, menjadikanku semakin tidak tega kalau sampai membuat mere
Suatu ketika di sekitar tahun 1959; di sebuah rumah mewah terdengar suara ramai, meriah. Pesta pernikahan seorang kaya digelar. Tetamu yang datang terkesan glamour dengan dandanan yang modis nan elegan. Musik langgam Jawa syahdu mewarnai suasana pesta itu. Orang terlihat hilir mudik, lalu lalang, silih berganti datang dan pergi memenuhi undangan sang punya hajat R.M. Ngabei Sastro Dipuro orang terkaya di kampungnya. Di ruang dapur rumah tersebut tak sedikit orang yang sibuk mempersiapkan hidangan untuk para tamu yang datang. Beraneka hidangan tertata rapi siap untuk menjamu pada pesta pernikahan tersebut. Di sudut ruangan di depan sebuah meja berukuran luas terlihat seorang wanita belia kelahiran Agustus 1939 terlihat cekatan menata piring demi piring makanan di atas meja . Terlihat sekali kalau wanita belia itu begitu mahir dan terbiasa mengerjakan pek
Seringkali impian dan harapan kita jauh api dari panggang,tapi itulah hidup. Seringkali apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan kenyataan. Seperti aku yang menginginkan hidup bahagia dalam rumah tanggaku ternyata banyak sekali aral melintang menghadangku.Suatu sore, dengan muka yang teramat ceria Danu pulang bersama dengan ayahnya sambil berteriak kegirangan‘’Ibu, aku punya kartu ATM nich..jumlah uangnya banyak!’’Sesaat kemudian dia menyerahkan selembar kartu yang begitu menarik perhatianku dan membuatku penasaran.Ketika kulihat dengan seksama aku terlonjak kaget“Apa ini Mas?’’ tanyaku pada suamiku yang hanya berdiri mematung di dekat Danu anakku.Aku kaget bukan kepalang, terpampang jelas nama Harry Subrata lengkap dengan nomor seluler yang bisa dihubungi. Yang membuatku kaget bukan kepalang adalah nama perusahaan suamiku ada di sana dengan jenis usaha yang sama dengan suamiku.