Share

Bukan Menantu Biasa
Bukan Menantu Biasa
Penulis: Ayzha

Bab 1. Rewang

Penulis: Ayzha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-10 18:49:48

"Ning banyak kerjaan di belakang!"Seru Budhe Siti ketus diiringi dengan tatapan sinis kepada Ibu Mertua.

"I--iya mbak, maaf terlambat," jawab ibu mertua sambil menatapku dengan tatapan tak enak.

Tanganku yang terulur untuk bersaliman dengan budhe mengambang di udara karena Budhe menarik tangan nya dan menatapku dengan tatapan jijik.

Oh jadi ini sebabnya tadi Ibu tidak mau mengajakku rewang di sini.

Ibu langsung menggenggam tanganku erat seakan menyalurkan emosinya dengan meremas kuat tanganku.

"Ayo nduk kita ke belakang." Ibu mertua menarik tanganku lembut sambil mengusap sudut matanya dengan ujung jilbab. sepertinya Ibu menangis.

"Dasar! Kacang lupa kulit!" Masih terdengar umpatan Budhe Siti meskipun kami sudah berlalu ke dapur.

"Ibuk kenapa diam saja di perlakukan seperti itu?" Aku menelisik jawaban dari mata Ibu sambil membantu membuang bekas makanan di piring yang hendak dicuci.

"Begitulah Nduk, Ibu hanya orang miskin. budhe sudah banyak bantuin keluarga kita jadi ibu harus balas budi," jawab Ibu dengan mata yang berkaca-kaca.

"Bantuan semacam apa sih yang budhe Siti berikan? Sehingga mertuaku harus tunduk sama mereka dan di jadikan babu gratis oleh mereka?" Aku menerka-nerka dalam hati.

"Jangan banyak bicara cepat selesaikan pekerjaannya! Masih banyak kerjaan lain yang harus di selesaikan!" Tiba-tiba Budhe sudah muncul di belakang kami dengan tangan bersedekap di dada.

Aku masih menahan emosi yang hendak membuncah keluar. Aku tidak terima Ibu mertua di perlakukan seperti ini. Aku harus menahan diri pasalnya baru 1 minggu Aku di sini dan ini pertama kalinya aku bertemu keluarga besar suami. Jangan sampai meninggalkan kesan tidak baik di awal pertemuan. Tapi kupastikan aku akan membalas perlakuan mereka.

*

*

*

Terlihat keletihan tergambar jelas dari wajah ibu karena tidak berhenti bekerja sedari tadi.

"Buk, istirahat dulu. Ibu udah bekerja dari tadi loh." Aku menarik tangan Ibu agar berhenti bekerja.

"Iyaa nduk bentar lagi selesai. Kamu duduk dulu gih tungguin ibu nanti setelah ini kita pulang," kata ibu yang terlihat keletihan terpancar jelas dari wajahnya.

"Enak aja mau pulang bantuin keluarga kok nanggung kamu Ningsih. Kamu jangan jadi kacang yang lupa kulitnya. Aku sudah banyak bantuin kamu ya, dasar tidak tau diri." Air mata Ibu langsung luruh mendengar cacian Budhe.

"Cukup Budhe! Ibu sudah menguras tenaga sejak tadi, Ibu bukan Robot yang tidak memiliki rasa lelah biarkan ibu istirahat sejenak," jawabku yang sudah mulai emosi.

"Heh! Tahu apa kamu? Asal kamu tau ya, aku sudah banyak bantuin keluarga suami kamu yang miskin ini! Jadi harusnya tau diri dong," jawabnya dengan tatapan sinis.

"Emang bantuan semacam apa sih yang budhe berikan? Sehingga ibu harus mengabdikan dirinya untuk menjadi pembantu gratis buat kalian?"

"Udah nduk." Ibu menarik tanganku dengan wajah ketakutan.

"Ningsih! Ajarin menantumu! Jelaskan padanya hutang budi keluarga kami agar tidak seenaknya bicara," bentak budhe pada Ibu

"Hutang budi? Kalau berupa materi silahkan di totalkan nanti saya akan mengganti semua yang di berikan kepada keluarga ibu." Aku menatap tajam wajah budhe.

"Halah.. miskin aja belagu. sok-sokan mau membayar hutang hahahaha.. jangan mimpi kamu Zaf, dasar miskin!" sindir budhe sambil tertawa meremehkan.

"Biarlah kami miskin harta setidaknya kami tidak miskin etika. silahkan di total aja pasti saya bayar kok, ayo buk kita pulang! Setelah ini jangan pernah meminta ibu untuk bekerja pada kalian." Aku langsung menarik tangan ibu yang masih tampak sesenggukan.

"Hahahah.. dasar miskin! silahkan saja kalau bisa, hutang keluarga suami kamu sebanyak 50 juta. Kere aja banyak tingkah. Oh iya, satu lagi jangan pernah tampakkan wajah miskin kalian di hari pernikahan Alisya-- putriku, karena tidak ada undangan untuk kalian," ketus budhe siti dengan tatapan mengejek.

"Oke! Mana nomor rekening bude." Aku mengeluarkan ponsel dari saku gamisku.

"Nduk---." Ibu hendak berbicara.

"Suttt.. biar Zafirah yang selesaikan. Setelah ini kita pulang," ujarku menenangkan ibu.

Aku langsung mentransfer uang dengan nominal yang budhe Siti sebutkan. Kemudian memperlihatkan bukti transfer di handphoneku pada Budhe Siti.

"Sudah budhe, setelah ini tolong jangan membahas tentang hutang budi lagi. Ayo buk kita pulang," ujarku dengan senyum smirk pada budhe yang masih melongo menatap nominal yang aku transfer.

Aku langsung menarik tangan ibu untuk mengajak pulang. Aku mencoba tersenyum kepada orang-orang yang ikut rewang di rumah budhe. Sebenarnya malu sejak tadi menjadi tontonan banyak orang.

"Halahhh.. paling dari menguras semua tabungan selama bertahun-tahun." Masih terdengar suara budhe dari kejauhan.

*

*

*

"Mau kemana kamu pembantu?" Seorang wanita muda berkata pada ibu. Siapa lagi ini?

"Siapa dia buk?" bisikku pada ibu.

"Anak budhe siti Nduk, Mbak Aira," jawab Ibu lirih.

"Kenapa? Kaget? Kerjaan belum selesai kok udah mau kabur aja, mau kemana pembantu." Tidak punya etika memang perempuan yang satu ini, persis ibunya.

"Ya mau pulang lah," jawabku sekenannya.

"Enak aja main pulang-pulang aja, kerjaan belum kelar kok mau pulang,"

Males aku meladeni makhluk kayak gini lagi, aku langsung menggenggam tangan Ibu untuk mengajak pulang.

"Ayo pulang buk." Aku mengabaikan mbak Aira.

"Heyyy Pembantu.. ingat ya, kamu masih punya hutang!" Masih terdengar teriakan kesal dari nenek lampir.

"Buk Zafira, kok ada di sini?" Seketika Aku berbalik dan menatap lelaki yang mengetahui namaku dengan kening berkerut.

"Kamu siapa?" tanyaku keheranan karena ada yang mengenalku di desa ini.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Yornes Xie
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Elisabeth Silaen
sangat banguss
goodnovel comment avatar
Indah Syi
bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 2. Siapa yang datang?

    "Buk Zafira, kok disini?" Kami berpapasan dengan seorang lelaki yang berpakaian Formal."Kamu siapa ya?" tanyaku dengan kening berkerut karena aku merasa tidak mengenalnya."Saya Jeffry Buk staff di Pt Zhafi Sejahtera. Semoga Ibu berkenan hadir di acara pernikahan saya nanti." Kata Jefry. Ternyata dia salah satu staff di perusahaan papa."Oh iya kebetulan saya ada urusan di sekitar sini. Insyaa Allah kalau ada waktu saya sempatkan hadir," jawabku basa basi. Ternyata ini calon menantunya Budhe Siti yang katanya pekerja kantoran itu. Males jika harus menghadiri acara di rumah Budhe Siti."Terima kasih buk Zafira, saya masuk dulu. Mari Buk," pamitJeffry sambil mengangguk sopan pada Ibu."Iyaa, silahkan," jawabku sambil menggandeng tangan ibu."Nak Jepri kok kenal sama kamu nduk?" tanya Ibu dengan wajah heran."Iya Buk, Jeffri kerja di perusahaan papa," jawabku sambil tersenyum pada Ibu."Oalah.. gitu ya, Nduk." Ibu menganggukan kepala.***"Sudah pulang Buk, Mbak?" Kami langsung disa

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • Bukan Menantu Biasa   Bab 3. Menguras Emosi Bude Siti

    "Ngapain Budhe kesini?" Seketika raut wajahnya Berubah kesal."Anak kurang ajar! Bukannya dipersilahkan masuk malah disuguhi pertanyaan," jawab Budhe sambil nyelonong ke dalam rumah tanpa menghiraukan tatapan tajam Amira. Ternyata ada Mbak Aira--si nenek lampir yang mengekor dari belakang Bude Siti kayak pengawal."Silahkan duduk dulu mbak, mau minum apa?" Ibu masih bertanya sopan padahal sudah diperlakukan seperti tidak baik oleh keluarga Bude. Entah terbuat dari apa hati Mertuaku ini, kok banyak sekali stock sabarnya. Padahal aku sedari tadi sudah ingin kuc*kar wajah songong mereka. "Najis lah, kalau minum minuman dari kalian nanti keluarga kami terinfeksi kuman miskin kalian, nggak doyan aku minuman orang miskin," ucap Mbak Aira dengan mimik wajah yang terlihat seperti orang mual."To the point aja, kalian mau ngapain kesini?" tanya Amira ketus. Adik dari mas Adnan ini terlihat sudah terpancing emosinya."Kalau hanya untuk menghina keluarga kami silahkan pergi dari sini!" Seketi

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • Bukan Menantu Biasa   Bab 4. Membalas Telak Aira

    Pov Author"Kamu ternyata bisa marah juga nduk," canda Ningsih kepada menantunya."Sekali-sekali harus di gituin juga Buk." Zafira tersenyum menatap mertuanya."Untung nggak darah tinggi tadi Budhe," sambung Amira yang sudah cekikan sedari tadi."Terima kasih ya Nduk, sudah menjadi pahlawan buat Ibu, selama ini kami selalu bungkam ketika di caci maki dan dihina, tapi semenjak kehadiran kamu, ibu jadi merasa punya pembela. Meskipun seringkali Amira dan Adnan membalas perkataan mereka tapi berakhir bungkam karena hutang kita pada mereka." Ningsih memeluk Zafira dengan netra yang berkaca-kaca."Terima kasih mbak, sudah jadi pembela untuk keluarga kami." Amira ikut memeluk Zafira."Wah.. berasa jadi pahlawan kesiangan nih. udahlah, jangan sedih lagi dong, gimana kalau kita jalan-jalan, lagian Zafira juga belum pernah jalan-jalan selama di sini," ajak Zafira antusias."Kalau pengen jalan-jalan, biar di temani adikmu. Mir, temani mbakmu jalan-jalan, Ibuk mau istirahat dulu, kalau ikut ntar

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • Bukan Menantu Biasa   Bab 5. Siapa Itu?

    P.O.V ZafirahAku tersenyum puas menatap wajah mbak Aira yang tampak seperti mayat hidup. "Silahkan pergi dari sini, atau—." Aku sengaja menjeda ucapanku sambil mengetuk ngetuk casing ponselku menikmati ekspresi panik mbak Aira.Dengan wajah yang kesal wanita sombong itu langsung melangkah meninggalkan teras rumah ibu yang penuh dengan barang belanjaan kami. Pastinya si nenek lampir penasaran dengan isi belanjaan kami. Ibu hanya melongo menyaksikan kepergian Mbak Aira yang terlihat kesal bercampur panik."Kok Aira nampak ketakutan ya?" tanya ibu dengan wajah keheranan. Amira hanya tersenyum karena sudah mengetahui penyebab si nenek lampir panik."Ayok masuk buk, nih martabak telur kesukaan ibu," ajak Amira sambil menggandeng tangan ibu masuk agar perhatian ibu teralihkan dan tidak bertanya lebih lanjut lagi. Semua akan terungkap pada saatnya."Tolong sekalian di bawa masuk ke dalam ya pak, nanti saya tambah upahnya," pintaku kepada sopir taxi yang sedari tadi menurunkan barang dar

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • Bukan Menantu Biasa   Bab 6. si Beruang Kutub

    "Tolong! Ib—," mulutku langsung di bekap oleh tangan kekar."Sutt..!" Lelaki di hadapanku meletakkan telunjuknya di depan bibirnya."M–as Adnan?" Aku masih membeku menatap lelaki di hadapanku. Baru kali ini kami sedekat ini. Kesempatan langka jangan di sia-siakan."Mas kapan datangnya?" Tanyaku dengan tatapan yang masih tidak percaya. Mas Adnan yang tersadar langsung berdiri."Ma–af, tadi malam saya sampai di sini, mau bangunin nggak enak, maaf membuatmu terkejut." Jawabnya dengan mata menunduk dan suara bergetar.Ck, dia masih memperlakukanku seperti bossnya, aku ingin di perlakukan sebagaimana perlakuan suami terhadap istrinya."Saya mau ke masjid dulu. Assalamu'alaikum." Ucapnya sambil keluar kamar."Waalaikumussalam," jawabku lirih dengan tampang yang masih syok.Aku mengusap wajahku yang mulai sadar. Wangi parfumenya masih tertinggal. Aku menghirup aroma parfumnya dalam-dalam dan bibirku seketika mengembangkan senyum membayangkan kejadian tadi."Yes yes yess.." tanganku terkepal

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • Bukan Menantu Biasa   Bab 7

    P.O.V AuthorMobil Zafira berhenti di halaman luas Bude Siti. Terlihat dekorasi mewah terpampang di depan mata, pasti harganya sangat fantastic. Terlihat di depan yang menyambut tamu adalah Aira dan beberapa Wanita. Zafira dari rumah sudah mempersiapkan Amplop berwarna cokelat yang di dalamnya ada uang senilai 5 juta. Pandangan mereka teralihkan ke arah mobil mewah berwarna grey yang terparkir di halaman. Wajah Aira terlihat tersenyum lebar sambil berlari ke dalam memberitahu Ibunya. "Ibu ada tamu spesial, pake mobil mewah di depan, pasti amplopnya tebal," ucap Aira berbisik pelan di telinga Bude Siti yang sedang menyalami tamu dengan gelang yang kebak di tangannya. Juga cincin berjejer di jari nya. Pernikahan anaknya yang mewah menjadi ajang pamer juga. "Serius kamu Ai?" Bude Siti langsung bergegas ke depan setelah berpamitan dengan besannya. Sedangkan suaminya– Rusdi hanya menatap dengan tatapan penasaran. Bude siti seketika melotot melihat mobil mewah di depan rumahnya. Waja

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-25
  • Bukan Menantu Biasa   Bab 8

    "Rumah ini enggak usah di renovasi!" Ucapan Zafira membuat Adnan seketika membeku. "Maksud Zafira, Rumah ini nggak usah di renovasi, kita bangun rumah baru buat Ibu di tanah yang baru." Sambung Zafira yang membuat prasangka buruk Adnan terhadapnya terpatahkan. "Tapi—," Ucapan Adnan terhenti karena pintu depan di hempaskan kuat. Semua mata memandang ke arah pintu."Ada apa Mas?" Tanya Ningsih dengan wajah panik karena kaget."Kembalikan uang 50 juta yang dulu kalian pinjam untuk biaya rumah sakit Rusli–suamimu!" Bentak lelaki yang berdiri di ambang ointu rumah Ningsih."Astagfirullah Mas, seenggaknya ucapkan salam dulu sebelum masuk,"Ningsih menjawab dengan nada sopan."Halahh.. Rumah kayak kandang ayam aja harus pake salam segala. Cepat kembalikan Uang itu!" Bentak Rusdi–suami Bude siti dengan tatapan nyalang. "Pakde Rusdi yang terhormat, anda orang terpandang di desa ini, tolong sisipkan sedikit etika untuk menjaga marwah anda," Adnan berucap dengan wajah tenang. "Heh Anak miski

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-25
  • Bukan Menantu Biasa   Bab 9

    "Kurang ajar si anak si*lan itu!" Lelaki dengan tampang sangar itu tampak ngedumel."Berani-beraninya dia mengancamku, belum tau aja siapa Rusdi! Awas kamu Zafira. Aku akan membalasmu!" racau lelaki itu dengan nada emosi. Braakk!! Pintu rumah dihempaskan kuat. Wanita tambun yang tengah duduk di sofa itu langsung terperanjat."Ada apa toh, Pah? Datang-datang kok, marah-marah. Papa dari mana?" Siti yang terkejut langsung berdiri menyambut suaminya."Dari rumah Ningsih," ucap lelaki itu dengan wajah masam."Kurang ajar menantu Ningsih itu! Berani-beraninya dia mengancamku," lanjut Rusdi dengan wajah geram."Ngancam gimana maksudnya Pah? Memang kurang ajar menantu ningsih itu! Zafira ngancam apa pak?" cerca Siti dengan mimik wajah penasaran. "Jangan banyak tanya dulu! Cepat buatkan minum, aku haus!" bentak Lelaki bertampang sangar itu. "Nggak usah ngebentak juga pak!" balas Siti dengan nada sengit. Wajah Rusdi semakin memerah menahan kesal."Neeem! Inem! Buatkan minum!" teriak Siti l

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-25

Bab terbaru

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 54

    Wanita cantik itu tersenyum menatap lelaki yang tengah asyik dengan spatula dan wajan itu. Ya, Zafira sedang ngidam pengen makan nasi goreng buatan Adnan. Lelaki yang sejak kecil sudah terbiasa mandiri itu tampak cekatan di depan peralatan masak. Sesekali menyeka peluh di dahinya. Zafira yang memperhatikan dari ambang pintu dapur menyunggingkan senyuman manis. “Sepertinya enak sekali, sudah tercium dari aromanya, sangat menggugah selera. Nak, kita makan masakan ayah ya,” ucap Zafira seraya tersenyum dan mengelus-elus perutnya yang masih tampak rata. Adnan tersenyum menatap wajah istrinya. Lelaki itu kemudian mengecup singkat pucuk kepala wanita yang tengah mengandung benihnya tersebut. “Anak ayah harus makan yang banyak ya, biar bundanya nggak lemes.” Adnan berucap sambil tersenyum dengan wajah bahagia. Lelaki itu masih tidak menyangka bisa mempersuntig gadis secantik Zafira. Andai ini hanya mimpi biarkan ia tidur lebih lama lagi. “ Awas, gosong masakannya, Mas!” ucapan

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 53

    Sepasang mata menatap dengan penuh kebencian dari ambang pintu. Setelah mengambil dan mengeluarkan nafas perlahan, wanita itu kemudian melangkah masuk kedalam kamar yang tengah dipenuhi kebahagiaan itu. “Maaf mengganggu, tadi Bik Sum buatkan bubur untuk Zafira. Mau mengantar kesini takutnya mengganggu. Kebetulan ada berkas yang harus Zafira tanda tangani, jadi Bik Sum sekalian minta Saya bawakan buburnya,” ucap Aira yang masih berdiri disamping Buk Ningsih. “Terima kasih Mbak Aira,” ucap Zafira sambil tersenyum. “Mana berkas yang harus di tanda tangani?” tanya Zafira dengan wajah penuh senyum kebahagiaan. “Ini bubur nggak dicampur apa-apa kan?” ucap Amira dengan wajah penuh selidik. Bu Ningsih langsung menyenggol tangan Amira dengan lengannya. “Nggak boleh begitu Nduk,” bisik Bu Ningsih tepat disamping telinga putri bungsunya. Belajar dari pengalaman, Amira kini sangat over protektif terhadap kakak iparnya. “Maafkan Adikmu Nduk Aira,” ucap ningsih kepada Aira. “Nggak apa-ap

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 52

    "Jadi—." Zafira menjeda ucapannya. Menantu Ningsih itu kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. "Taraa—!" "A… apa ini Nduk?" Tanya Bu Ningsih terbata melihat testpack yang di perlihatkan Zafira. "Ini testpack namanya Buk, jadi kalau garis dua berarti positif hamil, dan kalau garis satu berarti negatif, atau nggak hamil," jelas Zafira sambil memperlihatkan testpack kepada mertuanya. "Oh, begitu," sahut bu Ningsih manggut-manggut tanda paham. "Jadi ini garis dua, tandanya Nduk Ha–mil? Ya Allah." Ningsih membekap mulutnya sendiri karena kaget. Zafira hanya mengangguk, lalu menatap Ibu mertuanya dengan tatapan nanar karena haru. "Iya, Buk. Alhamdulillah Zafira hamil, dan sudah Fira periksa ke dokter juga," sahut Zafira dengan mata berkaca-kaca namun binar bahagia terpancar jelas dari sana. "Masya Allah, Alhamdulillah, terima kasih Robb, doa-doa hamba sudah di kabulkan," ucap Ningsih lalu kemudian sujud syukur dari tempatnya berdiri. Setelah berdiri, wanita paruh baya it

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 51

    Zafirah memandang wajah lelaki dihadapannya yang tampak pucat. Lelaki yang ngamuk-ngamuk ketika masuk itu tampak mati kutu. "Hallo, Pak Gunawan," tegur Zafira sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah lelaki herpenampikan necis itu. "Anda masih mengenal saya bukan?" imbuh Zafira dengan senyum mengejek."Ma–masih," sahut lelaki itu terbata-bata. "Pa, itu orang yang sudah mwnampar Lexa tadi! Papa kok diem aja sih anaknya di perlakukan seperti ini?!" Alexa menegur Papanya yang tampak gugup. Zafira tersenyum sinis ke arah Alexa kemudian beralih menatap Pak Gunawan yang tampak salah tingkah. "Tentu Saja Anda masih mengenal saya dan tidak melupakan Saya. Lha wong tiap hari minggu menghubungi Saya melaporkan kekurangan dana ini itu di universitas ini. Rupanya uang sarana prasarana Anda akui sebagai Donasi dari Anda Pak Gunawan yang dermawan?" Zafira tersenyum sinis dengan tatapan tajam kearah Lelaki itu. "Saya minta catatan-catatan keuangan yang masuk dari donatur-donatur? Ma

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 50

    Lelaki berseragam satpam itu masih keheranan melihat wanita yang baru turun dari mobil itu. "Pak Rektor ada, Mang?" Zafira bertanya kepada lelaki yang tadi menegurnya. "Pak Rektor lagi ke LN Nyonya, tapi Pak Dekan ada," sahut lelaki itu dengan wajah segan. "Bisa antarkan saya ke ruangannya?" Zafira tampak tak sabar. "Bisa Nyonya," ujar Lelaki itu sambil mengangguk mantap. "Buk Zafira? Mari silahkan masuk. Kenapa nggak ngabarin dulu kalau mau kesini? Kan kami bisa adakan persiapan untuk menyambut." Pak Dekan tampak terkejut melihat kedatangan Zafira. Zafira hanya tersenyum simpul menanggapi. Dia langsung duduk di sofa dalam ruangan itu. "Ada apa Buk? Biasanya Ibu hanya memantau dari rumah. Kayaknya ada sesuatu hal penting sampai Ibu Zafira datang tanpa memberi kabar," ujar Lelaki berkaca mata itu menatap Zafira serius. "Apakah ada masalah disini?" tanya Zafira. "Sejauh ini nggak ada masalah apa-apa Buk. Semua terpantau aman," sahut Lelaki itu sambil tersenyum. "Aman? Ter

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 49

    Darel langsung menyenggol lengan Abhimana."Apa maksud Kamu kalah taruhan?" Amira bertanya dengan tatapan tajam. "Heh cewek tengil! Lo pasti pake susuk kan? Secara orang kampung di pelosok gitu kan suka pake susuk. Jangan-jangan Lo juga pinter guna-guna agar semua laki-laki suka sama Lo, dasar munaf1k! Pakaiannya aja tertutup, ternyata bersekutu dengan Iblis!" Bentak Alexa yang terlihat dikuasai cemburu. Amira tersentak dan melongo mendengar tuduhan yang keluar dari bibir wanita berambut pirang itu. Detik berikutnya Amira langsung membalas tatapan tajam Alexa. "Iya, Saya pinter guna-guna. Kamu nggak takut saya guna-gunain?" Amira menjawab dengan tatapan tajam ke arah Alexa. Wanita berambut pirang itu seketika nyalinya menciut."Ngadi-ngadi nih cewek! Kuyy ke Kantin." Darel langsung mengajak Abhimana ke kantin."Dasar cewek kampung! Jadi bener lo pake susuk? Jangan-jangan orang tua lo dukun lagi." Alexa tersenyum sinis ke arah Amira."Jaga mulut kamu ya! Silahkan kalau mau mengh

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 48

    Amira mengernyit heran mendengar namanya disebut oleh Dosen itu. Dokter Gibran tersadar dan wajahnya langsung memerah menahan malu. Dia terkenal dengan julukan Dosen Kulkas, karena selalu bersikap dingin. Alexa menatap sinis ke arah Amira. "Punya kelebihan apa gadis desa miskin itu? Jangan-jangan pake susuk lagi, kan biasanya orang kampung di pelosok gitu suka pake-pake begituan." Alexa berbisik pada teman di sampingnya."Bisa-bisanya Lo mikir sampe kesitu. Anaknya memang cantik kok, tanpa sentuhan make up sudah cantik begitu, Alami." Seketika teman Alexa yang bernama Aletta itu langsung menutup mulutnya. Dia nggak sadar sedang memuji Amira di depan Alexa. Reflek saja pujian itu meluncur dari bibirnya. "Maksud gue, bisa saja dia pake susuk. Lihat aja auranya beda begitu," imbuhnya dengan wajah bersalah. Alexa menatapnya dengan tatapan tajam membuat Aletta salah tingkah."Maafkan, tadi salah ngomong, lo yang paling cantik deh," ujar Aletta sambil menunjukkan wajah bersalahnya."A

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 47 (Season 2)

    Gadis 20 tahun itu menarik senyum simpul menatap gedung kampus impiannya. Amira Syarifah–Nama Wanita berparas ayu itu. Adik dari Adnan Syarif. Putri kedua Pak Rusli dan Bu Ningsih. Amira memilih menetap di kota dan tinggal di indekos. Sekalipun dia tau kakaknya kaya raya, dia tidak mau memanfaatkan harta kekayaan kakaknya untuk berfoya-foya. Bahkan untuk masuk ke kampus impiannya itu, Amira lewat jalur prestasi. Tidak heran, karena adik bungsu Adnan itu Gadis yang cerdas. Dia memilih bekerja paruh waktu biar bisa belajar mandiri. Indekost yang dipilih juga kost khusus perempuan. Karena pergaulan Amira sedari kecil sudah terjaga. Wanita dengan hijab sage itu berjalan masuk ke kampus dengan perasaan gembira. Gadis cantik itu berhenti di depan ruangan fakultas kedokteran. Ya, Amira mengambil jurusan kedokteran. Gadis dengan hijab yang menutupi dada itu tersenyum lebar. Dia bahagia karena bisa berkuliah di kampus favoritnya juga fakultas impiannya. Hari ini hari pertamanya masu

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 46 (Ending season 1)

    "Bu Siti dan Pak Rusdi! Bukti-bukti sudah ada dan kalian tidak bisa mengelak lagi. Pak Rusdi biar di rumah sakit khusus tahanan. Bu Siti sepertinya Anda sehat-sehat saja. Maaf, ini perintah," ujar Lelaki berseragam polisi itu dengan nada tegas."Kalian memang tidak ada rasa kemanusiaan sedikitpun! Suami saya ini butuh perawatan intensif. Kalian tolong mengertilah!" Bude Siti berucap dengan nada tinggi.Polisi itu hanya menggelengkan kepala. Sudah salah masih terus ngeyel. "Silahkan nanti anda jelaskan di kantor polisi," ujar polisi itu sambil memberikan perintah kepada anak buahnya."Kalian pasti sudah makan suap. Makanya orang yang sakit dan lemah juga kalian tangkap. Dasar polisi mata duitan!!" Bude Siti mengamuk.Wanita itu lalu memecahkan gelas di nakas ruangan itu lalu mengarahkan kepada polisi yang hendak berjalan ke arahnya."Berani kalian mendekat, akan kugor*k leher kalian! Sini mendekat! Biar ku b*nuh sekalian!" Wanita itu sudah seperti orang depresi. Dia mengancam anggota

DMCA.com Protection Status