Home / Romansa / Bukan Menantu Biasa / Bab 2. Siapa yang datang?

Share

Bab 2. Siapa yang datang?

Author: Ayzha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Buk Zafira, kok disini?" Kami berpapasan dengan seorang lelaki yang berpakaian Formal.

"Kamu siapa ya?" tanyaku dengan kening berkerut karena aku merasa tidak mengenalnya.

"Saya Jeffry Buk staff di Pt Zhafi Sejahtera. Semoga Ibu berkenan hadir di acara pernikahan saya nanti." Kata Jefry. Ternyata dia salah satu staff di perusahaan papa.

"Oh iya kebetulan saya ada urusan di sekitar sini. Insyaa Allah kalau ada waktu saya sempatkan hadir," jawabku basa basi. Ternyata  ini calon menantunya Budhe Siti yang katanya pekerja kantoran itu. Males jika harus menghadiri acara di rumah Budhe Siti.

"Terima kasih buk Zafira, saya masuk dulu. Mari Buk," pamitJeffry sambil mengangguk  sopan pada Ibu.

"Iyaa, silahkan," jawabku sambil menggandeng tangan ibu.

"Nak Jepri kok kenal sama kamu nduk?" tanya Ibu dengan wajah heran.

"Iya Buk, Jeffri kerja di perusahaan papa," jawabku sambil tersenyum pada Ibu.

"Oalah.. gitu ya, Nduk." Ibu menganggukan kepala.

*

*

*

"Sudah pulang Buk, Mbak?" Kami langsung disambut dengan pertanyaan dari Amira--Adiknya Mas Adnan--Suamiku.

"Sudah nduk," jawab ibu yang sudah berselonjor di lantai yang dilapisi karpet. Meskipun rumah ibu hanya berjarak beberapa meter dari rumah bude tapi cukup menguras tenaga juga buat ibu yang sudah tua.

"Amira bikinkan teh dulu ya, pasti nggak makan kan di sana?" ucap Amira sambil berlalu ke dapur membuatkan minum. Aku bergegas mengekor di belakang Amira. 

"Duduk dulu Nduk, kamu pasti lelah." Ibu mengajakku duduk di sampingnya. 

"Iya Buk, Zafira mau ke kamar mandi dulu sebentar," jawabku beralasan, sebenarnya aku hendak menyusul Amira. Kebetulan ke kamar mandi harus melewati dapur.

"Emang perlakuan budhe kayak gitu dek?" tanyaku pada Amira dengan suara berbisik karena takut kedengaran Ibu.

"Ya begitulah Mbak, dulu mereka yang membayarkan biaya rumah sakit Bapak, jadi ya kayak gitu perlakuan mereka pada kita."

"Beginilah hidup di kampung Mbak, orang kaya yang berkuasa dan di sanjung-sanjung, kita orang miskin akan selalu di pandang rendah dan diremehkan." Amira mengusap sudut matanya yang terlihat berkaca-kaca.

"Kok primitif sekali pemikiran orang-orang disini," ucapku sekenannya.

"Emangnya di kota nggak begitu kak?" tanya Amira sambil menuangkan air panas dari termos.

"Nggak tau juga sih dek," jawabku nyengir sambil garuk-garuk kepala yang tidak gatal. 

"mbak nih ada-ada saja. ayo ke depan, nih tehnya sudah jadi." Amira tersenyum menanggapi.

"Kuy lah." Syukurnya aku mendapat adek ipar yang nggak julid kayak di film-film, jadi nggak perlu sungkan juga.

"Nih, diminum tehnya buk, mbak Fira juga minum dulu pasti haus kan." Amira meletakkan nampan yang berisi teh di atas karpet.

"Kok tau---Ahhh panas." Aku mengusap mulutku yang perih dengan tangan karena menyeruput teh yang masih panas.

"Piye tho Mbak, itu kan masih panas, mbok yo pelan-pelan." Amira menertawakanku yang kepanasan, sepertinya bibirku bakalan dower.

"Kok malah di ketawain si Mir, bukannya bantuin." Ibu terlihat panik langsung menangkup wajahku dengan telapak tangannya.

"Fira bercanda buk, nggak apa-apa kok ini," jawabku menenangkan ibu karena melihat kekhawatiran di wajah Ibu.

"Habisnya ekspresinya Mbak Fira lucu, maafin ya mbak."

"Lucu gundulmu, wong kepanasan gitu kok dibilang lucu." Ibu masih ngomel-ngomel.

Aku yang selama ini kekurangan perhatian dari mama dan papa merasa terharu karena di perhatiin. Aku mengusap sudut mataku yang berkaca-kaca, lalu memeluk Ibu.

"Lhoo, kenapa nduk? Masih sakit ya?" Ibu terlihat panik melihatku yang tiba-tiba menangis. Amira juga terlihat panik.

"Maafin Mira ya mbak, tadi sudah menertawakan." Amira berkata lirih sambil menunjukkan tampang penyesalan.

"Fira bukan menangis karena kesakitan, tapi karena terharu dengan perlakuan Ibu, terima kasih sudah menjadi Ibu mertuanya Zafira." Aku menangis di pelukan Ibu.

"Yowalah nduk, justru Ibu yang berterima kasih karena sudah mau menerima kami yang serba susah ini sebagai keluarga." Ibu mengusap bahuku dengan mata berkaca-kaca.

"Oh iya, terima kasih sudah membela Ibu tadi dan terima kasih juga karena sudah membayar hutang Ibu, nanti Ibu akan nyicil-nyicil ya gantinya." 

"Ibu kayak sama siapa aja. Zafira ikhlas kok bantuin ibu. Ibu kan Ibunya Fira juga. Keluarga ini keluarganya Fira juga. Itu bukan hutang, tapi memang menjadi tanggung jawab kami sebagai anak-anak, jangan sungkan-sungkan sama Fira ya Buk." 

"Masyaa Allah, entah kebaikan apa yang ibu perbuat di masa lalu hingga mendapatkan menantu seperti kamu Fira." 

Ibu mengusap air matanya yang sudah menganak sungai.

"Jadi--Mbak Fira tadi lunasin hutang kami pada Bude Siti? terima kasih banyak mbak." Amira juga ikut menangis sambil menggenggam tanganku erat.

"Ehh, kok jadi begini? Udah, Fira ikhlas kok bayarnya, itu juga uang dari mas Adnan," jawabku berbohong agar Ibu tidak merasa berhutang lagi.

"Pokoknya Ibu ucapkan banyak terima kasih karena sudah membantu Ibu, kalau tadi Ibu tidak bersama Kamu tadi pasti sudah di permalukan habis-habisan," jawab ibu dengan mata memandang ke atas seperti menerawang.

"Oh iya mbak, Mas Adnan kapan kesininya?" tanya Amira antusias.

"Nanti setelah pekerjaannya selesai pasti nyusul. Nanti juga rencananya mau ngomongin soal kuliah kamu nanti, Kamu dengar hasil ujiannya kap—." 

Ucapanku seketika terputus karena ada suara ketukan pintu dari luar.

Amira langsung beranjak membukakan pintu, dan seketika langsung terpaku di depan pintu.

Siapa sih tamu yang datang sehingga membuat Amira langsung terdiam?

Maaciww sudah mampir ke cerita Absurdku❤️❤️

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Arum Aisah
ok,,saya suka
goodnovel comment avatar
Kidemang Kluyuran
siiip cerita yang didepan ini
goodnovel comment avatar
Rahmad Syah
keren.. semoga sukses...... terusla berkarya.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 3. Menguras Emosi Bude Siti

    "Ngapain Budhe kesini?" Seketika raut wajahnya Berubah kesal."Anak kurang ajar! Bukannya dipersilahkan masuk malah disuguhi pertanyaan," jawab Budhe sambil nyelonong ke dalam rumah tanpa menghiraukan tatapan tajam Amira. Ternyata ada Mbak Aira--si nenek lampir yang mengekor dari belakang Bude Siti kayak pengawal."Silahkan duduk dulu mbak, mau minum apa?" Ibu masih bertanya sopan padahal sudah diperlakukan seperti tidak baik oleh keluarga Bude. Entah terbuat dari apa hati Mertuaku ini, kok banyak sekali stock sabarnya. Padahal aku sedari tadi sudah ingin kuc*kar wajah songong mereka. "Najis lah, kalau minum minuman dari kalian nanti keluarga kami terinfeksi kuman miskin kalian, nggak doyan aku minuman orang miskin," ucap Mbak Aira dengan mimik wajah yang terlihat seperti orang mual."To the point aja, kalian mau ngapain kesini?" tanya Amira ketus. Adik dari mas Adnan ini terlihat sudah terpancing emosinya."Kalau hanya untuk menghina keluarga kami silahkan pergi dari sini!" Seketi

    Last Updated : 2024-10-29
  • Bukan Menantu Biasa   Bab 4. Membalas Telak Aira

    Pov Author"Kamu ternyata bisa marah juga nduk," canda Ningsih kepada menantunya."Sekali-sekali harus di gituin juga Buk." Zafira tersenyum menatap mertuanya."Untung nggak darah tinggi tadi Budhe," sambung Amira yang sudah cekikan sedari tadi."Terima kasih ya Nduk, sudah menjadi pahlawan buat Ibu, selama ini kami selalu bungkam ketika di caci maki dan dihina, tapi semenjak kehadiran kamu, ibu jadi merasa punya pembela. Meskipun seringkali Amira dan Adnan membalas perkataan mereka tapi berakhir bungkam karena hutang kita pada mereka." Ningsih memeluk Zafira dengan netra yang berkaca-kaca."Terima kasih mbak, sudah jadi pembela untuk keluarga kami." Amira ikut memeluk Zafira."Wah.. berasa jadi pahlawan kesiangan nih. udahlah, jangan sedih lagi dong, gimana kalau kita jalan-jalan, lagian Zafira juga belum pernah jalan-jalan selama di sini," ajak Zafira antusias."Kalau pengen jalan-jalan, biar di temani adikmu. Mir, temani mbakmu jalan-jalan, Ibuk mau istirahat dulu, kalau ikut ntar

    Last Updated : 2024-10-29
  • Bukan Menantu Biasa   Bab 5. Siapa Itu?

    P.O.V ZafirahAku tersenyum puas menatap wajah mbak Aira yang tampak seperti mayat hidup. "Silahkan pergi dari sini, atau—." Aku sengaja menjeda ucapanku sambil mengetuk ngetuk casing ponselku menikmati ekspresi panik mbak Aira.Dengan wajah yang kesal wanita sombong itu langsung melangkah meninggalkan teras rumah ibu yang penuh dengan barang belanjaan kami. Pastinya si nenek lampir penasaran dengan isi belanjaan kami. Ibu hanya melongo menyaksikan kepergian Mbak Aira yang terlihat kesal bercampur panik."Kok Aira nampak ketakutan ya?" tanya ibu dengan wajah keheranan. Amira hanya tersenyum karena sudah mengetahui penyebab si nenek lampir panik."Ayok masuk buk, nih martabak telur kesukaan ibu," ajak Amira sambil menggandeng tangan ibu masuk agar perhatian ibu teralihkan dan tidak bertanya lebih lanjut lagi. Semua akan terungkap pada saatnya."Tolong sekalian di bawa masuk ke dalam ya pak, nanti saya tambah upahnya," pintaku kepada sopir taxi yang sedari tadi menurunkan barang dar

    Last Updated : 2024-10-29
  • Bukan Menantu Biasa   Bab 6. si Beruang Kutub

    "Tolong! Ib—," mulutku langsung di bekap oleh tangan kekar."Sutt..!" Lelaki di hadapanku meletakkan telunjuknya di depan bibirnya."M–as Adnan?" Aku masih membeku menatap lelaki di hadapanku. Baru kali ini kami sedekat ini. Kesempatan langka jangan di sia-siakan."Mas kapan datangnya?" Tanyaku dengan tatapan yang masih tidak percaya. Mas Adnan yang tersadar langsung berdiri."Ma–af, tadi malam saya sampai di sini, mau bangunin nggak enak, maaf membuatmu terkejut." Jawabnya dengan mata menunduk dan suara bergetar.Ck, dia masih memperlakukanku seperti bossnya, aku ingin di perlakukan sebagaimana perlakuan suami terhadap istrinya."Saya mau ke masjid dulu. Assalamu'alaikum." Ucapnya sambil keluar kamar."Waalaikumussalam," jawabku lirih dengan tampang yang masih syok.Aku mengusap wajahku yang mulai sadar. Wangi parfumenya masih tertinggal. Aku menghirup aroma parfumnya dalam-dalam dan bibirku seketika mengembangkan senyum membayangkan kejadian tadi."Yes yes yess.." tanganku terkepal

    Last Updated : 2024-10-29
  • Bukan Menantu Biasa   Bab 7

    P.O.V AuthorMobil Zafira berhenti di halaman luas Bude Siti. Terlihat dekorasi mewah terpampang di depan mata, pasti harganya sangat fantastic. Terlihat di depan yang menyambut tamu adalah Aira dan beberapa Wanita. Zafira dari rumah sudah mempersiapkan Amplop berwarna cokelat yang di dalamnya ada uang senilai 5 juta. Pandangan mereka teralihkan ke arah mobil mewah berwarna grey yang terparkir di halaman. Wajah Aira terlihat tersenyum lebar sambil berlari ke dalam memberitahu Ibunya. "Ibu ada tamu spesial, pake mobil mewah di depan, pasti amplopnya tebal," ucap Aira berbisik pelan di telinga Bude Siti yang sedang menyalami tamu dengan gelang yang kebak di tangannya. Juga cincin berjejer di jari nya. Pernikahan anaknya yang mewah menjadi ajang pamer juga. "Serius kamu Ai?" Bude Siti langsung bergegas ke depan setelah berpamitan dengan besannya. Sedangkan suaminya– Rusdi hanya menatap dengan tatapan penasaran. Bude siti seketika melotot melihat mobil mewah di depan rumahnya. Waja

    Last Updated : 2024-10-29
  • Bukan Menantu Biasa   Bab 8

    "Rumah ini enggak usah di renovasi!" Ucapan Zafira membuat Adnan seketika membeku. "Maksud Zafira, Rumah ini nggak usah di renovasi, kita bangun rumah baru buat Ibu di tanah yang baru." Sambung Zafira yang membuat prasangka buruk Adnan terhadapnya terpatahkan. "Tapi—," Ucapan Adnan terhenti karena pintu depan di hempaskan kuat. Semua mata memandang ke arah pintu."Ada apa Mas?" Tanya Ningsih dengan wajah panik karena kaget."Kembalikan uang 50 juta yang dulu kalian pinjam untuk biaya rumah sakit Rusli–suamimu!" Bentak lelaki yang berdiri di ambang ointu rumah Ningsih."Astagfirullah Mas, seenggaknya ucapkan salam dulu sebelum masuk,"Ningsih menjawab dengan nada sopan."Halahh.. Rumah kayak kandang ayam aja harus pake salam segala. Cepat kembalikan Uang itu!" Bentak Rusdi–suami Bude siti dengan tatapan nyalang. "Pakde Rusdi yang terhormat, anda orang terpandang di desa ini, tolong sisipkan sedikit etika untuk menjaga marwah anda," Adnan berucap dengan wajah tenang. "Heh Anak miski

    Last Updated : 2024-10-29
  • Bukan Menantu Biasa   Bab 9

    "Kurang ajar si anak si*lan itu!" Lelaki dengan tampang sangar itu tampak ngedumel."Berani-beraninya dia mengancamku, belum tau aja siapa Rusdi! Awas kamu Zafira. Aku akan membalasmu!" racau lelaki itu dengan nada emosi. Braakk!! Pintu rumah dihempaskan kuat. Wanita tambun yang tengah duduk di sofa itu langsung terperanjat."Ada apa toh, Pah? Datang-datang kok, marah-marah. Papa dari mana?" Siti yang terkejut langsung berdiri menyambut suaminya."Dari rumah Ningsih," ucap lelaki itu dengan wajah masam."Kurang ajar menantu Ningsih itu! Berani-beraninya dia mengancamku," lanjut Rusdi dengan wajah geram."Ngancam gimana maksudnya Pah? Memang kurang ajar menantu ningsih itu! Zafira ngancam apa pak?" cerca Siti dengan mimik wajah penasaran. "Jangan banyak tanya dulu! Cepat buatkan minum, aku haus!" bentak Lelaki bertampang sangar itu. "Nggak usah ngebentak juga pak!" balas Siti dengan nada sengit. Wajah Rusdi semakin memerah menahan kesal."Neeem! Inem! Buatkan minum!" teriak Siti l

    Last Updated : 2024-10-29
  • Bukan Menantu Biasa   Bab 10

    POV Zafira Aku sedang jalan sore bersama Amira, ketika di depan rumah Bude Siti aku terkejut. Ada mobil yang terparkir di halaman rumah dan sepertinya tidak asing. "Kok platnya kayak kenal?" Monolog Ku dengan dahi berkerut. Aku terfokus menatap mobil hitam metalik di hadapanku. "Kenapa? Kaget? Pengen? Hahaha… sampe melotot gitu liatin mobil mewah. Katanya orang kaya, kok udik banget! Liatin mobil mewah langsung melotot gitu." Suara Bude Siti yang menggelegar berhasil membuatku kaget. Para tetangga pun berdatangan. Suara Bude Siti yang menggelegar seakan menjadi undangan gratis untuk tetangga. Tampang kepo terpampang jelas dari wajah-wajah mereka. " Ada apa, Mbak? Ayo!" Amira menarik tanganku. Sepertinya adik iparku ini takut di cerca lagi dengan hinaan. Alisya berdiri disamping Ibunya sambil bersedekap di dada. Wajahnya tampak angkuh. Sedangkan Pakde Rusdi berkacak pinggang dengan tampang garang yang menghiasi wajahnya."Mobil siapa ini?" Aku bertanya kepada Bude. Mobil ini

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 54

    Wanita cantik itu tersenyum menatap lelaki yang tengah asyik dengan spatula dan wajan itu. Ya, Zafira sedang ngidam pengen makan nasi goreng buatan Adnan. Lelaki yang sejak kecil sudah terbiasa mandiri itu tampak cekatan di depan peralatan masak. Sesekali menyeka peluh di dahinya. Zafira yang memperhatikan dari ambang pintu dapur menyunggingkan senyuman manis. “Sepertinya enak sekali, sudah tercium dari aromanya, sangat menggugah selera. Nak, kita makan masakan ayah ya,” ucap Zafira seraya tersenyum dan mengelus-elus perutnya yang masih tampak rata. Adnan tersenyum menatap wajah istrinya. Lelaki itu kemudian mengecup singkat pucuk kepala wanita yang tengah mengandung benihnya tersebut. “Anak ayah harus makan yang banyak ya, biar bundanya nggak lemes.” Adnan berucap sambil tersenyum dengan wajah bahagia. Lelaki itu masih tidak menyangka bisa mempersuntig gadis secantik Zafira. Andai ini hanya mimpi biarkan ia tidur lebih lama lagi. “ Awas, gosong masakannya, Mas!” ucapan

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 53

    Sepasang mata menatap dengan penuh kebencian dari ambang pintu. Setelah mengambil dan mengeluarkan nafas perlahan, wanita itu kemudian melangkah masuk kedalam kamar yang tengah dipenuhi kebahagiaan itu. “Maaf mengganggu, tadi Bik Sum buatkan bubur untuk Zafira. Mau mengantar kesini takutnya mengganggu. Kebetulan ada berkas yang harus Zafira tanda tangani, jadi Bik Sum sekalian minta Saya bawakan buburnya,” ucap Aira yang masih berdiri disamping Buk Ningsih. “Terima kasih Mbak Aira,” ucap Zafira sambil tersenyum. “Mana berkas yang harus di tanda tangani?” tanya Zafira dengan wajah penuh senyum kebahagiaan. “Ini bubur nggak dicampur apa-apa kan?” ucap Amira dengan wajah penuh selidik. Bu Ningsih langsung menyenggol tangan Amira dengan lengannya. “Nggak boleh begitu Nduk,” bisik Bu Ningsih tepat disamping telinga putri bungsunya. Belajar dari pengalaman, Amira kini sangat over protektif terhadap kakak iparnya. “Maafkan Adikmu Nduk Aira,” ucap ningsih kepada Aira. “Nggak apa-ap

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 52

    "Jadi—." Zafira menjeda ucapannya. Menantu Ningsih itu kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. "Taraa—!" "A… apa ini Nduk?" Tanya Bu Ningsih terbata melihat testpack yang di perlihatkan Zafira. "Ini testpack namanya Buk, jadi kalau garis dua berarti positif hamil, dan kalau garis satu berarti negatif, atau nggak hamil," jelas Zafira sambil memperlihatkan testpack kepada mertuanya. "Oh, begitu," sahut bu Ningsih manggut-manggut tanda paham. "Jadi ini garis dua, tandanya Nduk Ha–mil? Ya Allah." Ningsih membekap mulutnya sendiri karena kaget. Zafira hanya mengangguk, lalu menatap Ibu mertuanya dengan tatapan nanar karena haru. "Iya, Buk. Alhamdulillah Zafira hamil, dan sudah Fira periksa ke dokter juga," sahut Zafira dengan mata berkaca-kaca namun binar bahagia terpancar jelas dari sana. "Masya Allah, Alhamdulillah, terima kasih Robb, doa-doa hamba sudah di kabulkan," ucap Ningsih lalu kemudian sujud syukur dari tempatnya berdiri. Setelah berdiri, wanita paruh baya it

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 51

    Zafirah memandang wajah lelaki dihadapannya yang tampak pucat. Lelaki yang ngamuk-ngamuk ketika masuk itu tampak mati kutu. "Hallo, Pak Gunawan," tegur Zafira sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah lelaki herpenampikan necis itu. "Anda masih mengenal saya bukan?" imbuh Zafira dengan senyum mengejek."Ma–masih," sahut lelaki itu terbata-bata. "Pa, itu orang yang sudah mwnampar Lexa tadi! Papa kok diem aja sih anaknya di perlakukan seperti ini?!" Alexa menegur Papanya yang tampak gugup. Zafira tersenyum sinis ke arah Alexa kemudian beralih menatap Pak Gunawan yang tampak salah tingkah. "Tentu Saja Anda masih mengenal saya dan tidak melupakan Saya. Lha wong tiap hari minggu menghubungi Saya melaporkan kekurangan dana ini itu di universitas ini. Rupanya uang sarana prasarana Anda akui sebagai Donasi dari Anda Pak Gunawan yang dermawan?" Zafira tersenyum sinis dengan tatapan tajam kearah Lelaki itu. "Saya minta catatan-catatan keuangan yang masuk dari donatur-donatur? Ma

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 50

    Lelaki berseragam satpam itu masih keheranan melihat wanita yang baru turun dari mobil itu. "Pak Rektor ada, Mang?" Zafira bertanya kepada lelaki yang tadi menegurnya. "Pak Rektor lagi ke LN Nyonya, tapi Pak Dekan ada," sahut lelaki itu dengan wajah segan. "Bisa antarkan saya ke ruangannya?" Zafira tampak tak sabar. "Bisa Nyonya," ujar Lelaki itu sambil mengangguk mantap. "Buk Zafira? Mari silahkan masuk. Kenapa nggak ngabarin dulu kalau mau kesini? Kan kami bisa adakan persiapan untuk menyambut." Pak Dekan tampak terkejut melihat kedatangan Zafira. Zafira hanya tersenyum simpul menanggapi. Dia langsung duduk di sofa dalam ruangan itu. "Ada apa Buk? Biasanya Ibu hanya memantau dari rumah. Kayaknya ada sesuatu hal penting sampai Ibu Zafira datang tanpa memberi kabar," ujar Lelaki berkaca mata itu menatap Zafira serius. "Apakah ada masalah disini?" tanya Zafira. "Sejauh ini nggak ada masalah apa-apa Buk. Semua terpantau aman," sahut Lelaki itu sambil tersenyum. "Aman? Ter

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 49

    Darel langsung menyenggol lengan Abhimana."Apa maksud Kamu kalah taruhan?" Amira bertanya dengan tatapan tajam. "Heh cewek tengil! Lo pasti pake susuk kan? Secara orang kampung di pelosok gitu kan suka pake susuk. Jangan-jangan Lo juga pinter guna-guna agar semua laki-laki suka sama Lo, dasar munaf1k! Pakaiannya aja tertutup, ternyata bersekutu dengan Iblis!" Bentak Alexa yang terlihat dikuasai cemburu. Amira tersentak dan melongo mendengar tuduhan yang keluar dari bibir wanita berambut pirang itu. Detik berikutnya Amira langsung membalas tatapan tajam Alexa. "Iya, Saya pinter guna-guna. Kamu nggak takut saya guna-gunain?" Amira menjawab dengan tatapan tajam ke arah Alexa. Wanita berambut pirang itu seketika nyalinya menciut."Ngadi-ngadi nih cewek! Kuyy ke Kantin." Darel langsung mengajak Abhimana ke kantin."Dasar cewek kampung! Jadi bener lo pake susuk? Jangan-jangan orang tua lo dukun lagi." Alexa tersenyum sinis ke arah Amira."Jaga mulut kamu ya! Silahkan kalau mau mengh

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 48

    Amira mengernyit heran mendengar namanya disebut oleh Dosen itu. Dokter Gibran tersadar dan wajahnya langsung memerah menahan malu. Dia terkenal dengan julukan Dosen Kulkas, karena selalu bersikap dingin. Alexa menatap sinis ke arah Amira. "Punya kelebihan apa gadis desa miskin itu? Jangan-jangan pake susuk lagi, kan biasanya orang kampung di pelosok gitu suka pake-pake begituan." Alexa berbisik pada teman di sampingnya."Bisa-bisanya Lo mikir sampe kesitu. Anaknya memang cantik kok, tanpa sentuhan make up sudah cantik begitu, Alami." Seketika teman Alexa yang bernama Aletta itu langsung menutup mulutnya. Dia nggak sadar sedang memuji Amira di depan Alexa. Reflek saja pujian itu meluncur dari bibirnya. "Maksud gue, bisa saja dia pake susuk. Lihat aja auranya beda begitu," imbuhnya dengan wajah bersalah. Alexa menatapnya dengan tatapan tajam membuat Aletta salah tingkah."Maafkan, tadi salah ngomong, lo yang paling cantik deh," ujar Aletta sambil menunjukkan wajah bersalahnya."A

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 47 (Season 2)

    Gadis 20 tahun itu menarik senyum simpul menatap gedung kampus impiannya. Amira Syarifah–Nama Wanita berparas ayu itu. Adik dari Adnan Syarif. Putri kedua Pak Rusli dan Bu Ningsih. Amira memilih menetap di kota dan tinggal di indekos. Sekalipun dia tau kakaknya kaya raya, dia tidak mau memanfaatkan harta kekayaan kakaknya untuk berfoya-foya. Bahkan untuk masuk ke kampus impiannya itu, Amira lewat jalur prestasi. Tidak heran, karena adik bungsu Adnan itu Gadis yang cerdas. Dia memilih bekerja paruh waktu biar bisa belajar mandiri. Indekost yang dipilih juga kost khusus perempuan. Karena pergaulan Amira sedari kecil sudah terjaga. Wanita dengan hijab sage itu berjalan masuk ke kampus dengan perasaan gembira. Gadis cantik itu berhenti di depan ruangan fakultas kedokteran. Ya, Amira mengambil jurusan kedokteran. Gadis dengan hijab yang menutupi dada itu tersenyum lebar. Dia bahagia karena bisa berkuliah di kampus favoritnya juga fakultas impiannya. Hari ini hari pertamanya masu

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 46 (Ending season 1)

    "Bu Siti dan Pak Rusdi! Bukti-bukti sudah ada dan kalian tidak bisa mengelak lagi. Pak Rusdi biar di rumah sakit khusus tahanan. Bu Siti sepertinya Anda sehat-sehat saja. Maaf, ini perintah," ujar Lelaki berseragam polisi itu dengan nada tegas."Kalian memang tidak ada rasa kemanusiaan sedikitpun! Suami saya ini butuh perawatan intensif. Kalian tolong mengertilah!" Bude Siti berucap dengan nada tinggi.Polisi itu hanya menggelengkan kepala. Sudah salah masih terus ngeyel. "Silahkan nanti anda jelaskan di kantor polisi," ujar polisi itu sambil memberikan perintah kepada anak buahnya."Kalian pasti sudah makan suap. Makanya orang yang sakit dan lemah juga kalian tangkap. Dasar polisi mata duitan!!" Bude Siti mengamuk.Wanita itu lalu memecahkan gelas di nakas ruangan itu lalu mengarahkan kepada polisi yang hendak berjalan ke arahnya."Berani kalian mendekat, akan kugor*k leher kalian! Sini mendekat! Biar ku b*nuh sekalian!" Wanita itu sudah seperti orang depresi. Dia mengancam anggota

DMCA.com Protection Status