"Thank you, Zo. Aku turun ya" kata Wailea saat sampai di halaman depan kantor. Dia membuka puntu mobil dan menurunkan kaki dan tongkatnya dengan sangat hati-hati.
Sambutan pertama yang Wailea dapatkan bukanlah orang-orang yang baik padanya, melainkan dua orang yang selalu mencari-cari celah untuk menjatuhkan dan meremehkan Wailea. Siapa lagi kalau bukan Vins dan juga Lola, pasangan sahabat yang sama sekali tidak ada nilai baiknya.
Mereka yang sedang asik merokok di depan halaman kantor menatap Wailea dari kejauhan dengan tatapan menyebalkan. "Wah, GM baru kita akhirnya datang. Tapi datangnya kok lebih lambat dari staff biasa ya, Lol?" sindir Vins dengan sangat gemulainya. Wailea terus saja berjalan tanpa memperdulikan.
"Jangan begitu Vins, kamu tidak lihat dia berjalan dengan tertatih-tatih? Tapi dengan penuh tanggung jawab tetap hadir untuk bekerja loh" sahut Lola dengan nada bicara yang sangat menjengkelkan. Wailea masih saja terus berjalan menaiki anak tan
Sore harinya saat jam pun sudah menunjukkan waktunya untuk pulang, Wilea bergegeas merapikan mejanya dan memasukkan ponsel ke dalam tas. Bersamaan dengan Helix mereka beriringan berjalan ke halaman kantor. Rezo terlihat sudah berdiri di depan mobilnya sambil menatap layar ponsel. Wailea melirik Helix seolah hatinya merasa tidak enak dengan situasi ini. Rezo memasukkan ponsel ke dalam saku celananya kemudian memandang ke arah Wailea dengan senyuman dibibir. Helix pun menyadari posisinya kemudian berjalan agak lambat agar Wailea mendahuluinya. "Kupikir aku yang akan menunggumu, ternyata malah kamu yang menungguku" kata Wailea saat sudah berada tepat di hadapan Rezo. "Ayo pulang!" ajak Rezo sembari membukakan Wailea pintu mobil. Wailea kembali melirik ke arah Helix lalu memasuki tubuhnya ke dalam mobil. Helix terlihat sangat santai dan tidak menoleh ke arah mereka sama sekali. Dia sibuk memakai helm dan juga menghidupkan motor besarnya. Disaat mobi
"Aku merasa bersalah saja" jawab Wailea juga tanpa menatap wajah Rezo sembari terus berjalan mendekati meja petugas bioskop. "Maaf Lea, aku teringat akan sesuatu tadi. Tapi lupakan saja! Kita harus have fun hari ini" kata Rezo sambil tersenyum menatap Wailea. Hati yang tadinya merasa takut kini berubah kembali menjadi lebih tenang. Ini adalah hari keberuntungan mereka karena antrean terbilang cukup sedikit dari biasanya. Tanpa harus menghabiskan waktu yang lama, mereka pun mendapat giliran untuk memilih tayangan yang ingin mereka tonton. Wailea dengan sangat semangat memilih film horor dan juga komedi. Rezo bertanya padanya mengapa bukan drama romantis? Wailea dengan santainya menjawab jika dirinya tidak menyukai drama romantis. Terlalu banyak kesedihan yang seolah demi mendapatkan cinta itu semua orang harus merasakan tetesan air mata terlebih dahulu sebelum tersenyum saat memeluk orang tercinta. Begitu pula dia merasa drama romantis banyak mengandung khayal
"Wahhh, tayangan komedinya benar-benar membuatku sulit melupakan kelucuannya" kata Wailea saat mereka berjalan keluar dari bioskop. Mereka saling menceritakan bagian dan adegan yang membuat mereka sangat kegelian. Hingga tanpa disadari mereka sudah sampai di rumah dan lupa membeli makan malam. Akhirnya mereka pun keluar lagi untuk mencari restoran terdekat. Pertama kalinya dalam pernikahan yang terhitung belum satu tahun itu, mereka menikmati waktu dengan benar-benar lepas dan tidak merasa canggung sama sekali. Saat tiba di restoran pun demikian, mereka terus menceritakan dua tayangan yang baru saja mereka tonton. Seolah mengulang kembali apa yang sebenarnya sudah mereka tahu alurnya itu bukanlah sesuatu yang membosankan melainkan hal yang begitu seru. Ditengah-tengah perbincangan, Rezo menyadari akan sesuatu. Dia tidak bisa seperti ini saat bersama Ketty. Usai menonton tayangan apapun, Ketty tidak pernah membahas ulang tayangan tersebut untuk keseruan semata
"Kamu mau pesan apa?" tanya Rezo saat melihat daftar menu makanan. "Aku salad sayur saja" jawab Wailea yakin. "Kamu yakin akan kenyang?" tanya Rezo lagi. "Kenyang kok, kebetulan juga aku lagi proses diet" jawab Wailea. Sepertinya berbohong di depan Rezo sudah menjadi hal biasa bagi Wailea. Semua akibat perasaan hambar bercampur kecewa yang membuat Wailea mati rasa. Demi menghargai ajakan makan siang Rezo, Wailea pun memilih untuk memakan salad sayur saja berhubung perutnya yang sudah sangat kenyang akibat ayam geprek pemberian Helix. Sebenarnya alasan Wailea melahap habis ayam geprek itu bukan semata karena itu makanan kesukaannya, tetapi secara alam bawah sadar sangat sulit bagi dirinya untuk menyakiti hati Helix atau mengacuhkan pemberian darinya. Jam sudah menunjukkan pukul satu siang. Wailea kembali ke dalam ruangan dengan perut yang terasa seperti mau meledak. "Wajahmu menunjukkan kalau kamu sedang sangat kekenya
Sikap yang Rezo berikan saat awal pernikahan mereka, lebih tepatnya sebelum Wailea tahu tentang perselingkuhannya itu, semanis sikap yang dia tunjukkan saat ini. Namun bedanya, dulu terasa seperti ada yang mengganjal tetapi kini malah seolah lepas dan tidak ada beban sama sekali. Dia menjadi dirinya sendiri tanpa batas dan halangan. Entah sebenarnya apa yang dia rencanakan atau pun apa yang sebenarnya ada di dalam pikirannya itu.Jika memang perceraian adalah salah satu penyebab dia memberikan waktu dua minggu ini, lalu mengapa bukan Wailea saja yang bertindak dalam segala hal dan cara demi terciptanya rasa cinta itu di dalam hati Rezo? Mengapa malah kini sepertinya Rezo yang lebih banyak usahanya di banding dengan Wailea."Wailea kita sudah sampai" kata Rezo membuyarkan lamunan.Mereka turun dari mobil kemudian masuk ke dalam rumah sakit. Tak lama Wailea pun mendapat giliran pemeriksaan. Dokter merasa heran melihat kondisi kaki Wailea yang sudah sangat membaik.
Hari ini hari minggu dan waktu menunjukkan pukul tiga dini hari. Hawa dingin pun terasa menusuk tulang. Biasanya Wailea terbangun pukul empat setiap harinya, namun kali ini lebih awal. Dia mengambil ponsel dan menatap jam pada layar. Menghela nafas lalu mencoba memejamkan matanya untuk kembali tidur. Kegelisahan apa ini? Terlalu banyak yang melayang-layang dipikiranku hingga sulit rasanya untuk tidur lagi, keluhnya dalam hati. Hal ini membuat Wailea kesal dan akhirnya mengambil posisi duduk di atas kasur. Sepertinya memang aku harus bangun, katanya dalam hati. Wailea menurunkan kaki dari atas ranjang kemudian berjalan keluar dari kamar menuju dapur. Dia mengambil segelas air lalu meneguknya perlahan. Matanya melihat sesuatu di kejauhan, siapa itu? Perlahan dia mulai berjalan dan mendekat. "Rezo!" sapa Wailea dengan perasaan lega karena sempat takut dan berfikir aneh. "Hai. Kenapa bangun?" tanya Rezo. "Aku terbangun dan tidak bisa tidur lagi. Kamu sendiri sedang apa?" tanya Wail
Saat bercerita, terlihat mata Rezo yang meneteskan air mata. Wailea mengusap lembut bahu Rezo sambil berkata bahwa dirinya bangga dengan apa yang telah Rezo lakukan. Rezo tersenyum melihat Wailea, teringat akan dirinya yang diminta untuk menikahi Wailea disaat kepergian sang ibu. Rezo berfikir jika saat itu dia menolak, pasti ayahnya akan terus terpuruk bahkan hingga saat ini. Setidaknya menikah dengan Wailea bukanlah hal terburuk dalam hidupnya. "Wailea, kamu mau jalan-jalan?" tanya Rezo semangat. Wailea terlihat bertanya-tanya dan bingung. "Kemana?" tanya Wailea. "Bali. Mumpung ini weekend dan kaki kamu sudah baik" kata Rezo. "Tapi besok aku harus bekerja, Zo" kata Wailea panik. "Kalau begitu kita pulang nanti malam" kata Rezo lagi. Wailea semakin bingung menatap wajah Rezo. Rezo mengambil ponsel dan kemudian membuka aplikasi tiket. Dia mencari jadwal penerbangan hari ini dan ternyata ada penerbangan pukul enam pagi. "Bagaimana? Biar aku pesan sekarang!" tanya Rezo me,masti
"Astaga" Wailea terkejut saat melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Dia segera bersiap-siap berangkat ke kantor. Tidak lupa dia membangunkan Rezo juga. "Pagi, Hel" sapa Wailea saat memasuki ruangan. Dari tempat duduk, Helix memandangi Wailea dengan pandangan yang terlihat sangat tajam. Wailea merasa kikuk dan salah tingkah. Dia pun bertanya pada Helix mengapa dia memandanginya seperti itu? "Kamu tidak ingat kemarin itu harus apa?" tanya Helix sinis. Wailea memutar bola matanya dan sesekali melirik ke arah Helix. Dia mencoba memaksa otaknya untuk mengingat apa yang seharusnya dia lakukan kemarin tetapi tetap saja dia tidak ingat. "Kamu yakin kamu lupa akan hal penting itu?" tanya Helix geram. Mendengar kata penting yang di lontarkan Helix membuat Wailea akhirnya teringat akan hal itu. Dia menepuk dahinya dengan sangat keras. Aduhhhh.... bodoh, bodoh, bodoh, katanya. Sebuah pekerjaan besar yang dilewatkan Wailea membuatnya menyesal akan semuanya. Dia tahu jika Helix te