Kelemahan Helix memang tidak bisa melihat Wailea merasa tidak bahagia. Saling diam di dalam mobil membuatnya gerah dan akhirnya mulai mencoba bersikap biasa. Namun saat Helix mencoba, Wailea tidak memberikan sikap yang sama padanya. Kini malah Wailea yang terlihat kesal dan tidak perduli. "Kamu kenapa?" tanya Helix. "Tidak apa-apa" jawab Wailea acuh. "Kenapa jadi kamu yang kesal sekarang ?" tanya Helix lagi. "Aku tidak kesal, hanya saja takut!' kata Wailea. Suara Wailea yang meninggi membuat sopir pun terkejut dan melirik dari kaca. "Memangnya aku monster?" tanya Helix geram. "Lebih menakutkan dari monster!" sahut Wailea kesal. "Iya, monster tampan" sahut Helix. Kepercayaan diri Helix mampu membuat wajah yang tadinya cemberut berubah tersenyum. Helix memang selalu tahu hal apa yang harus dia lakukan untuk mencairkan hari Wailea. Tingkah mereka memang selalu saja membuat pusing orang lain. "Oke, jadi materinya seperti ini" Helix mulai menjelaskan. *** Setibanya mereka di b
Dia adalah Tami, salah satu staff hotel yang tadi menghantarkan mereka menuju kamar hotel. Tami memberikan sebuah tas kepada Wailea dan satu tas lagi kepada Helix. Wailea melihat ke arah dalam untuk melihat isinya, ternyata dress dan juga sandal yang sangat menarik warnanya. Di dalam tas Helix juga berisikan satu set baju kaos dan juga celana pendek beserta sepasang sandal bermerek. "Untuk apa ini?" tanya Wailea. "Mr.Franco meminta saya untuk memberikan semua ini kepada Bu Wailea dan juga Pak Helix, berhubung belum pastinya jam penerbangan kalian kembali ke Jakarta" kata Tami menjelaskan. "Kalau begitu saya permisi" Tami meninggalkan mereka. Wailea mengambil ponselnya lalu menelepon Robin, katanya "Halo pak, kami jadi pulang sore ini kan?" "Wailea, saya minta maaf karena belum sempat memberitahumu. Tiket pesawat kalian belum saya beli. Kemarin saya memang bilang pesawat kalian untuk kembali ke Jakarta itu sore hari, tetapi ternyata setelah saya pikir-pikir lagi untuk apa saya yang
Setelah berganti pakaian, mereka pun berjalan menuju restoran. Mereka memesan makanan untuk makan siang, namun mereka dilarang untuk membayarnya. Ini adalah salah satu kebaikan yang diberikan Mr.Franco karena merasa senang bisa bekerjasama dengan Wailea dan Helix. Usai menikmati makan siang, Helix memesan driver online untuk menjemput mereka dan membawa ke suatu tempat. "Tempat apa ini, Hel?" tanya Wailea ketika sampai di tempat tujuan. "Ini adalah salah satu kecantikan Bali" jawab Helix. "Wah, aku hanya melihat semua ini di televisi. Tetapi sekarang aku bisa melihatnya secara langsung" Wailea merasa takjub dan terkesima. Begitu indah tempat ini hingga mampu menghipnotisnya dan membuatnya tidak berhenti terpukau. Mereka berdua melakukan banyak hal disini, menonton beberapa tarian dengan riasan wajah yang sungguh mempesona, kemudian mereka juga melihat lukisan-lukisan yang sangat indah. Membeli aksesoris kas Bali, dan lain-lain. Disetiap kegiatan, Helix selalu mengambil foto dari
"Langsung to the point saja!" pinta Rezo dengan nada kesal. "Buat apa aku pertahankan anak ini lagi kalau kamu sendiri sudah tidak perduli?" sahut Ketty dengan suara jengkel. Suara mereka cukup keras sehingga membuat Wailea dan Helix bisa mendengarnya dengan jelas. Kebetulan dalam cafe itu hanya ada mereka dan beberapa orang lain yang duduknya terbilang jauh. "Apa kamu sudah gila?" tanya Rezo jengkel. "Ya, aku memang gila, aku gila karena kamu! Kenapa kamu hilang kabar selama beberapa hari ini? Apa kamu sungguh-sungguh memberikan kesempatan dua minggu yang Wailea inginkan?" tanya Ketty dengan suara yang mulai terdengar berat. Rezo hanya terdiam tak bergeming. "Aku sudah pernah bilang, kita jebak saja dia dan juga Helix, dengan begitu papa kamu tidak akan melarangmu untuk berpisah dengannya" kata Ketty. "Aku tidak bisa melakukan itu padanya" sahut Rezo. "Kenapa?" tanya Ketty dengan nada yang meninggi. "Kamu jatuh cinta sama dia?" tanya Ketty lagi. "Ya! Benar aku mencintai dia.
"Untuk apa dia ada di sini?" teriak Ketty sambil menunjuk ke arah Wailea. Situasi ini membuat Wailea tidak bisa bergeming lagi. Rezo yang penasaran mulai berjalan dan mendekati bar. Wailea dengan perasaan yang kacau memberanikan diri turun dari kursi bar kemudian membalikkan badan. Rezo amat terkejut melihat Wailea kini berada tepat di hadapannya. Sedang apa dia di Bali dan mengapa dengan Helix? Hati Rezo penuh tanda tanya. Rezo yang tadinya geram kepada Ketty kini berubah menjadi amat marah pada Wailea. Dia bertanya pada Wailea apa yang sebenarnya dia lakukan disini. Namun saat Wailea hendak menjelaskan, Rezo terus memotongnya akibat perasaan jengkel yang begitu besar. Tanpa berfikir panjang lagi, Rezo menarik Wailea untuk mengajaknya pulang. "Aku ada meeting di sini besok, Zo. Aku tidak bisa pulang sekarang!" kata Wailea sembari menahan tarikan Rezo. "Meetingnya besok tetapi sudah datang sekarang dengan pria yang bukan suami kamu. Perempuan macam apa kamu ini?" nada bicara Rez
"Aku mau kita pindah dari sini dan memulai hidup kita yang baru di Thailand" kata Rezo tanpa perduli apakah Wailea setuju atau tidak. "Thailand?" tanya Wailea kaget. "Iya. Kita berangkat dua hari lagi" jawab Rezo yakin. Kepala Wailea terasa berat dan seolah hampir pecah. Apakah Rezo benar-benar untuk ini? Apa dia sudah memikirkan segala sesuatunya? Sungguh mendadak dan ini menjadi sangat menguras pikiran Wailea. "Bisnisku yang baru disana sudah maju pesat dalam beberapa bulan saja. Kita teruskan perusahaan kita disana dan kamu bekerja di perusaan itu juga. Mengenai dokumen, aku jamin besok akan siap semuanya. Kita tinggal di apartment untuk sementara waktu sebelum kita membeli rumah disana" jelas Rezo seolah membaca isi kepala Wailea. "Kamu yakin melakukan semua ini bukan karena ingin menghindari Ketty?" tanya Wailea memastikan. "Dia yang selalu menghindar saat aku memintanya membuktikan anak itu" jawab Rezo ketus. "Pada akhirnya jika kamu tahu anak itu adalah benar darah dagin
Pagi ini terasa sangat mendung bagi Wailea, walaupun pada kenyataannya langit terlihat sangat cerah. Bagaimana tidak, pada akhirnya dia pun harus mengikuti keputusan yang dibuat oleh Rezo. "Sudah siap?" tanya Rezo dengan penuh semangat. Terlihat jelas raut wajahnya yang begitu bahagia. Dengan perasaan yang begitu kacau, Wailea pun menganggukkan kepala memberikan tanda jika dirinya siap.Perjalanan dari rumah menuju kantor kali ini terasa sangat cepat. Kini Wailea sudah berada di halaman kantor. Dia memandang sekelilingnya dengan tatapan haru. Apa aku siap meninggalkan semua ini? tanyanya dalam hati.Wailea mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam kantor. Sesampainya dia di ruangan, Helix dengan penuh semangat menyapa wanita yang masih dikaguminya itu. "Pagi Nona" sapa Helix. Wailea menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. Sebelum Helix melihatnya menitikan air mata, Wailea pun bergegas keluar dari ruangannya dan menuju toilet. Dia memandangi wajahnya di cermin dan mengasihani diri
"Helix, ini hari terakhir Wailea bekerja. Jadi tolong kamu bahas berdua dengannya untuk setiap projek yang masih dalam tahap pengerjaan" kata Robin."Hari teakhir? Maksudnya bagaimana?" tanya Helix terkejut. "Kalian bicara ya, saya tinggal" sahut Robin lalu meninggalkan ruangan mereka."Ada apa Wailea?" tanya Helix panik."Aku akan pindah besok, Hel" jawab Wailea lemas."Kenapa mendadak sekali?" tanya Helix lagi."Memang mendadak, karena ini keputusan Rezo" jawab Wailea. "Kamu bahkan tahu kalau selingkuhan suamimu sedang mengandung, tetapi kamu tetap bertahan?" tanya Helix jengkel. Dia menggaruk kepalanya dengan sangat keras. Perasaan kesal yang tidak mampu ditutupi. -----Waktu berjalan dengan sangat cepat. Kini jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Sepanjang hari Helix dan Wailea hanya diam dan fokus akan pekerjaan. Komunikasi mereka pun dilakukan melalui chat. Keheningan dan kebekuan yang belum pernah terjadi sebelumnya diantara mereka.Hingga tiba saatnya jam pulang kerja, He