Setelah menyelesaikan urusan dengan keluarganya, Andro mengajak Raya makan malam hangat di sebuah restoran privat di tengah kota.Hans memilih keluar ruangan, meninggalkan bosnya yang sedang di mabuk cinta pada istrinya. Raya sudah mencegah Hans keluar ruangan agar dia ikut makan malam bersama. Namun lirikan mata Andro pada Hans berkata berbeda. Jadi Hans hanya bisa berkata dalam hati, ‘maaf nona, saya tidak bisa menolong anda, kendalikan sendiri laki-laki yang sudah tergila-gila pada anda ini semampu anda. Selamat menikmati makan malam kalian berdua.’Begitulah pada akhirnya Raya menikmati makan malamnya di sudut sebuah meja tanpa bicara sepatah katapun, tenang dan hanya menikmati makanan dengan ekspresi wajah yang datar, entah makanan itu enak atau tidak bagi dirinya, hanya dia yang tahu.Saat pulang ke rumah setelah makan malam yang cukup memakan waktu lama jika diukur dari kegiatan yang hanya sekedar makan malam, sepanjang perjalanan, di kursi belakang hanya terdengar suara, “Saya
Beberapa hari lagi adalah hari ulang tahun Oma. Pesta yang sebenarnya sudah menjadi topik hangat di kalangan para pelayang di rumah besar Keluarga Prakarsa. Perancang busana membawakan beberapa gaun untuk di coba Raya di kamar lantai satu. Karena terlalu lama, Andro menyusulnya dan mengetuk pintu dengan kuat. “Apa yang sedang kalian lakukan? Zay! Jauhi istriku!” Zay segera keluar sambil mengangkat tangannya. Dia memang sengaja mengunci pintu agar Andro tidak masuk tadi. “Jangan Tuan, Nona Muda sedang ganti baju.” “Kau melihatnya?” “Tidak, Tuan. Demi Tuhan. Tuan kan tahu, aku sudah…” Zay memperagakan tangannya seperti menggunting sesuatu. “Mengerti maksudku, bukan?” “Diam kau,” ucap Andro merasa jijik. “Kalo boleh memilih, saya lebih pilih melihat anda ganti baju daripada Nona Muda.” Zay menutup mulutnya dengan bibir setelah bicara. Seketika Andro menjauh, tanpa berkata apapun dia kembali menonton televisi di ruang tengah lantai satu sambil menunggu istrinya. Duduk di sofa dengan
“Ssh! Hmp…” desah Raya saat Andro mendudukkannya di atas pangkuan pria itu, milik Andro sudah begitu tegang, menusuk tepat ke lubang tempat dia seharusnya berada. Menenggelamkan diri dalam kehangatan sang istri.Posisi duduk membuat Raya semakin merasakan bagaimana kekarnya milik Andro, menusuk sampai kedalam. Perih, sedikit nyeri, geli dan nikmat datang bersamaan. Bibir mereka terus saling bertaut, menyatukan saliva yang menambah guncangan gairah.Jubah itu masih melekat di tubuh Raya meski bagian dadanya telah tersibak memampangkan dada Raya yang bagi Andro menggemaskan. Sedangkan bagian bawahnya terangkat.Raya kembali merasakan geli saat ujung dadanya bergesekan dengan dada Andro yang bidang.“Aaaa, akh…” Raya mendesah kecil dan sangat pelan. Seperti biasa, Raya sangat hati-hati mengendalikan suaranya yang penuh kenikmatan. “Sayang…”Raya mulai kebingungan saat Andro tak kunjung bergerak lagi, hanya diam dengan miliknya yang masih menancap, membuat kewanitaan Raya berkedut ingin d
Hari perayaan ulang tahun Oma. “Nona, maaf. Kita akan langsung menyusul ke hotel. Nyonya besar belum selesai menghabiskan infusnya. Dan pesan saya, jangan pedulikan Nona Celine jika anda bertemu dengannya sebelum kami datang.” Pesan dari Jeta. Hari ini adalah jadwal infus vitamin Oma. Jadi Oma melakukan jadwal rutinnya lebih dulu sebelum menggelar pesta ulang tahunnya. “Baiklah.” Jawab singkat Raya. Raya meletakkan ponselnya. Beralih pada pantulan dirinya di dalam cermin. Dai sudah memakai riasan yang cukup baik sekarang. Kemampuan berdandannya sudah melewati tingkat dasar dan berkembang dengan sangat baik setelah beberapa kali mengikuti kelas make-up dirumah, tentu saja dengan paksaan Oma. Raya meyakinkan dirinya untuk berani berangkat ke tempat acara sendirian, dengan diantar seorang supir. Karena Andro sedang sangat sibuk dan entah pukul berapa dia bisa datang ke pesta ulang tahun Oma.. Dia hanya perlu menunggu Oma dan Jeta datang. Raya mengambil hadiah kecil yang sudah dia s
Pesta semakin meriah ketika artis papan atas mulai menyanyikan lagu berirama ceria Raya duduk bersama Oma dan Jeta dengan murung. Sepanjang acara Raya sudah mendengar dan menerima banyak sekali tatapan menyedihkan akibat keberadaan Celine disana. Oma mengira Andro yang mengundangnya, sedangkan si tersangka belum nampak batang hidungnya hingga saat ini. Sementara Celine terus berkeliling menunjukkan eksistensinya, memperkenalkan diri penuh kebanggaan dan memanfaatkan ketidaktahuan orang akan pada status hubungannya dengan Andro yang telah kandas sejak tiga tahun silam. “Ria, jangan hiraukan dia dan mereka yang bersikap tidak baik padamu, lihat saja, nanti aku akan memberi mereka semua pelajaran.” Oma berapi-api menenangkan Raya sambil waspada menunggu kedatangan cucunya.. “Kalau mereka tahu Nona adalah kesayangan tuan muda, mereka pasti tidak akan berani bersikap seperti itu.” Ucap Jeta. Hah? Kesayangan!? Benarkah begitu? Raya meragu dengan apa yang dikatakan Jeta. Dalam riuhnya
Dua jam berlalu, Andro masih tak juga mendapat kepastian kapan dia bisa terbang. Sudah akan membanting ponsel di tangannya karena kesal, tapi urung ketika melihat benda berbentuk hati di ponselnya lalu malah menciumnya. Hans merasa konyol melihat kelakuan gila tuan mudanya. Mendekat ke arah jendela, mengetikkan beberapa pesan di ponselnya untuk memastikan semua berjalan sebagaimana mestinya. “Tuan Muda, sebaiknya anda makan malam dulu.” Hans mendekat ke meja makan. “Makan? Kau pikir aku bisa makan sekarang?” Berkata dengan marah. “Bukankah demi Nona Raya, anda harus makan?” Nona pasti juga sedang makan malam sekarang. Anggap saja Tuan sedang menemani Nona makan meski di belahan kota yang berbeda.” “Jangan bicara sembarangan!” Tapi Andro bangun dan mendekati meja makan, menunjuk beberapa hidangan yang mengundang selera. Lalu duduk dan menikmati makan malamnya. Konsep menemani makan di belahan kota berbeda membuat Andro tersenyum, mengulangi kata itu di hatinya. Saat tengah malam,
“Sialan kau Hans.” Mendongak menatap Hans.”Cegah jangan sampai aku melakukan hal itu, kalau sampai itu terjadi, awas saja kau!” “Sepertinya mereka sudah selesai, saya lihat sebentar, Tuan Muda.” Hans mengalihkan emosi sesaat Andro yang baru saja muncul. “Hem…” Andro hanya memperhatikan dari tempatnya duduk, sepertinya pintu memang sudah terbuka. Dai menyentuh dadanya yang berbeda karena tegang. Masih memikirkan hal pertama yang akan ia lakukan setelah memasuki kamar. Sekretaris Hans mendekat ke arah pintu. Pengawal yang sedari tasi berdiri sigap mengawasi dua ahli kunci itu mendekat. Ia menyampaikan informasi kalau pintu sudah terbuka. Dia bertanya, “Apa polisi di luar sudah boleh pergi?” Sepertinya situasi cukup kondusif. “Tidak, tidak ada yang boleh pergi sebelum Tuan Muda keluar dari kamar ini nanti. Sekarang menyingkir. Ajak semuanya menunggu disana!” Hans menunjuk kursi taman di luar lantai satu yang terlihat dari jendela luas di depan kamar. Taman itu adalah radius aman yang
Di hotel, Hans juga sudah menyiapkan presidential suite room satu-satunya di hotel ini karena kunci pintu kamar Andro dan Raya yang masih diperbaiki. Malam semakin larut, Andro menarik selimut sampai ke bahu Raya. lalu dia mencium pipi dan kening istrinya itu berulang-ulang. “Bodohnya aku, kau pasti sangat sedih karena aku tidak muncul di pesta Oma ya?” Sorot mata lembut Andro memandang istrinya. “Maaf sudah membuatmu menangis,” jemarinya menyusuri wajah istrinya. “Aku benar-benar ingin melihat bagaimana wajahmu besok kalau kau ingat kejadian malam ini.” Andro terkikik sendiri. Memeluk Raya yang sedang tidur pulas sekali lagi. Sepertinya wanita ini sudah benar-benar kehilangan energi kehidupannya di pesta tadi, sampai bisa membuatnya tidur sepulas itu. Andro pun keluar kamar dan mendapati Hans sedang duduk sambil memegang ponselnya. Sekretaris itu masih saja sibuk bekerja di tengah malam seperti ini. Andro mendudukkan diri di samping Hans. “Panggil Pak Sam dan orang yang membantu