Yuk vote kakak!
“Ssh! Hmp…” desah Raya saat Andro mendudukkannya di atas pangkuan pria itu, milik Andro sudah begitu tegang, menusuk tepat ke lubang tempat dia seharusnya berada. Menenggelamkan diri dalam kehangatan sang istri.Posisi duduk membuat Raya semakin merasakan bagaimana kekarnya milik Andro, menusuk sampai kedalam. Perih, sedikit nyeri, geli dan nikmat datang bersamaan. Bibir mereka terus saling bertaut, menyatukan saliva yang menambah guncangan gairah.Jubah itu masih melekat di tubuh Raya meski bagian dadanya telah tersibak memampangkan dada Raya yang bagi Andro menggemaskan. Sedangkan bagian bawahnya terangkat.Raya kembali merasakan geli saat ujung dadanya bergesekan dengan dada Andro yang bidang.“Aaaa, akh…” Raya mendesah kecil dan sangat pelan. Seperti biasa, Raya sangat hati-hati mengendalikan suaranya yang penuh kenikmatan. “Sayang…”Raya mulai kebingungan saat Andro tak kunjung bergerak lagi, hanya diam dengan miliknya yang masih menancap, membuat kewanitaan Raya berkedut ingin d
Hari perayaan ulang tahun Oma. “Nona, maaf. Kita akan langsung menyusul ke hotel. Nyonya besar belum selesai menghabiskan infusnya. Dan pesan saya, jangan pedulikan Nona Celine jika anda bertemu dengannya sebelum kami datang.” Pesan dari Jeta. Hari ini adalah jadwal infus vitamin Oma. Jadi Oma melakukan jadwal rutinnya lebih dulu sebelum menggelar pesta ulang tahunnya. “Baiklah.” Jawab singkat Raya. Raya meletakkan ponselnya. Beralih pada pantulan dirinya di dalam cermin. Dai sudah memakai riasan yang cukup baik sekarang. Kemampuan berdandannya sudah melewati tingkat dasar dan berkembang dengan sangat baik setelah beberapa kali mengikuti kelas make-up dirumah, tentu saja dengan paksaan Oma. Raya meyakinkan dirinya untuk berani berangkat ke tempat acara sendirian, dengan diantar seorang supir. Karena Andro sedang sangat sibuk dan entah pukul berapa dia bisa datang ke pesta ulang tahun Oma.. Dia hanya perlu menunggu Oma dan Jeta datang. Raya mengambil hadiah kecil yang sudah dia s
Pesta semakin meriah ketika artis papan atas mulai menyanyikan lagu berirama ceria Raya duduk bersama Oma dan Jeta dengan murung. Sepanjang acara Raya sudah mendengar dan menerima banyak sekali tatapan menyedihkan akibat keberadaan Celine disana. Oma mengira Andro yang mengundangnya, sedangkan si tersangka belum nampak batang hidungnya hingga saat ini. Sementara Celine terus berkeliling menunjukkan eksistensinya, memperkenalkan diri penuh kebanggaan dan memanfaatkan ketidaktahuan orang akan pada status hubungannya dengan Andro yang telah kandas sejak tiga tahun silam. “Ria, jangan hiraukan dia dan mereka yang bersikap tidak baik padamu, lihat saja, nanti aku akan memberi mereka semua pelajaran.” Oma berapi-api menenangkan Raya sambil waspada menunggu kedatangan cucunya.. “Kalau mereka tahu Nona adalah kesayangan tuan muda, mereka pasti tidak akan berani bersikap seperti itu.” Ucap Jeta. Hah? Kesayangan!? Benarkah begitu? Raya meragu dengan apa yang dikatakan Jeta. Dalam riuhnya
Dua jam berlalu, Andro masih tak juga mendapat kepastian kapan dia bisa terbang. Sudah akan membanting ponsel di tangannya karena kesal, tapi urung ketika melihat benda berbentuk hati di ponselnya lalu malah menciumnya. Hans merasa konyol melihat kelakuan gila tuan mudanya. Mendekat ke arah jendela, mengetikkan beberapa pesan di ponselnya untuk memastikan semua berjalan sebagaimana mestinya. “Tuan Muda, sebaiknya anda makan malam dulu.” Hans mendekat ke meja makan. “Makan? Kau pikir aku bisa makan sekarang?” Berkata dengan marah. “Bukankah demi Nona Raya, anda harus makan?” Nona pasti juga sedang makan malam sekarang. Anggap saja Tuan sedang menemani Nona makan meski di belahan kota yang berbeda.” “Jangan bicara sembarangan!” Tapi Andro bangun dan mendekati meja makan, menunjuk beberapa hidangan yang mengundang selera. Lalu duduk dan menikmati makan malamnya. Konsep menemani makan di belahan kota berbeda membuat Andro tersenyum, mengulangi kata itu di hatinya. Saat tengah malam,
“Sialan kau Hans.” Mendongak menatap Hans.”Cegah jangan sampai aku melakukan hal itu, kalau sampai itu terjadi, awas saja kau!” “Sepertinya mereka sudah selesai, saya lihat sebentar, Tuan Muda.” Hans mengalihkan emosi sesaat Andro yang baru saja muncul. “Hem…” Andro hanya memperhatikan dari tempatnya duduk, sepertinya pintu memang sudah terbuka. Dai menyentuh dadanya yang berbeda karena tegang. Masih memikirkan hal pertama yang akan ia lakukan setelah memasuki kamar. Sekretaris Hans mendekat ke arah pintu. Pengawal yang sedari tasi berdiri sigap mengawasi dua ahli kunci itu mendekat. Ia menyampaikan informasi kalau pintu sudah terbuka. Dia bertanya, “Apa polisi di luar sudah boleh pergi?” Sepertinya situasi cukup kondusif. “Tidak, tidak ada yang boleh pergi sebelum Tuan Muda keluar dari kamar ini nanti. Sekarang menyingkir. Ajak semuanya menunggu disana!” Hans menunjuk kursi taman di luar lantai satu yang terlihat dari jendela luas di depan kamar. Taman itu adalah radius aman yang
Di hotel, Hans juga sudah menyiapkan presidential suite room satu-satunya di hotel ini karena kunci pintu kamar Andro dan Raya yang masih diperbaiki. Malam semakin larut, Andro menarik selimut sampai ke bahu Raya. lalu dia mencium pipi dan kening istrinya itu berulang-ulang. “Bodohnya aku, kau pasti sangat sedih karena aku tidak muncul di pesta Oma ya?” Sorot mata lembut Andro memandang istrinya. “Maaf sudah membuatmu menangis,” jemarinya menyusuri wajah istrinya. “Aku benar-benar ingin melihat bagaimana wajahmu besok kalau kau ingat kejadian malam ini.” Andro terkikik sendiri. Memeluk Raya yang sedang tidur pulas sekali lagi. Sepertinya wanita ini sudah benar-benar kehilangan energi kehidupannya di pesta tadi, sampai bisa membuatnya tidur sepulas itu. Andro pun keluar kamar dan mendapati Hans sedang duduk sambil memegang ponselnya. Sekretaris itu masih saja sibuk bekerja di tengah malam seperti ini. Andro mendudukkan diri di samping Hans. “Panggil Pak Sam dan orang yang membantu
“Huam…” Raya menguap dan menarik selimut menutupi wajahnya. Sinar matahari masuk melalui jendela kamarnya yang sudah terbuka, bias cahayanya jatuh ke atas tempat tidur. Menghangatkan ruangan. Raya menggeliat pelan di bawah selimut. Terdengar suara pelan dari sana. Dia menggeliat lagi, menarik selimut dan menggulungnya dengan badan lalu bergoyang ke kanan dan ke kiri. Mengumpulkan separuh nyawanya dengan cara ini. “Kau sudah bangun?” Suara Andro terdengar berat di pagi hari. Raya menjatuhkan selimutnya ke lantai karena terlonjak kaget, dia mengambil bantal menutupi dirinya lalu mengintip. “Sayang.” Memanggil Andro dengan suara pelan, memastikan kalau itu benar suaminya. Mata Raya memindai sekitarnya, dia terheran. Aku dimana? Bukankah semalam aku ada dikamarku? Dan seharusnya aku juga sendirian karena aku mengunci pintunya. Raya panik, berusaha mengingat kejadian semalam. Raya masih mengintip di balik bantalnya. Suaminya sedang duduk di sofa memakai jubah handuk. Raya menggoyang
“Bagaimana kalau kita mulai dari sini.” menunjuk dada telanjang Raya dengan jarinya. Habislah aku! Tanpa aba-aba Andro meremas dada Raya, remasannya lembut. Namun mematikan bagi wanita itu. Andro mendekatkan wajahnya, meraih pinggang Raya untuk menariknya agar tak berjarak dengannya. Saat tangan Andro masih terus meremas lembut dada Raya sebelah kanan. Kini bibir Andro mulai mendekat, “aku harus memberimu pelajaran.” Bibir laki-laki itu pun begitu lembut melumat bibir Raya. Raya semakin tak kuasa menahan gejolak di dirinya ketika jemari Andro mulai memilin pucuk dadanya. “Akh!” Bibir itupun tak kuasa meloloskan suara pekikkan, membuat Andro semakin gemas dan menurunkan bibirnya ke titik sensitif dada Raya. Melumat dan menghisapnya penuh penghayatan. “Ssh!” sekali lagi Raya kelepasan. Seketika ia menutup bibirnya. Tapi suara-suara yang keluar dari bibir Raya tak bisa ditarik kembali, dan semua itu membuat hasrat Andro semakin menjadi. Respon otaknya membawa jemari miliknya untuk
Arin dan juga Samuel bergegas menuju rumah Cantika begitu pulang sekolah. Suasananya jauh berbeda dari sebelumnya, semua orang di sana terlihat sangat berduka."Nek, Cantika mana ya?" tanya Arin sambil memberi salam."Ada di dalam, sana ke kamarnya ya."Arin langsung menarik tangan Samuel untuk mengikuti langkahnya, mereka memasuki kamar Cantika dimana sosok itu terlihat sedang bersiap. mereka akan pergi ke gereja untuk Misa Arwah."Cantika?"Sosok itu langsung menoleh seketika, air matanya langsung turun begitu dia melihat Arin. Sosok yang lebih kecil itu langsung menangis dengan kuat saat Arin memeluknya. Mengungkapkan perasaanya yang sebenarnya. Cantika benar benar merasa tersakiti, kehilangan sosok yang selalu bersamanya, membesarkannya, dia kehilangannya saat itu juga.Dunianya terasa runtuh, bahkan Cantika tidak yakin dirinya bisa bertahan tanpa sosok itu."Hei, udah.... Inget loh, Mama kamu ada di tempat terbaik bersama dengan Tuhan," ucap Arin mencoba untuk menenagkan sahabatn
Gala kembali ke rumah setelah mengantarkan sang Pujaan Hati. Dia terdiam sejenak di ambang pintu, rasanya sangat sepi tanpa kedua orang tua dan juga adik adiknya yang selalu ribut."Hiks... Aku merindukan kalian," ucapnya dengan Satu Tetes air mata yang tidak sempat jatuh; Gala lebih dulu menyukainya. "Tapi... Rasanya tenang sekali, hehehe."BUK!"Astaga naga!" teriak Gala dengan spontan saat sebuah sendal melayang dan mengenai kepalanya, akan membuatnya kini tengah tertunduk di atas lantai.Belum juga memarahi sosok yang membuatnya terjatuh dia terlebih dulu melihat dua orang yang sedang kejar-kejaran. "Kembali ke sini, Alden, kau harus mandi," teriak Mentari sambil membawa ember dan gayung yang berisi air.Di belakang sana ada pelayan yang berusaha mengeringkan lantai supaya tidak ada yang terjatuh. Gala mengerjapkan matanya. "Apa yang terjadi?" tanya Gala pada sang pelayan."Mari saya bantu Anda berdiri, Tuan muda.""Berapa lama mereka seperti itu?""Sejak Tuan Alden pulang ke ruma
Galuh berjalan begitu saja melewati Gala dan gerombolannya, membuat Mentari menghela napas kemudian mengikuti sosok itu."Heh, kau mau kemana?!" teriak Gala pada sang adik."Masuk kelas.""Kenapa bersama dengannya?!""Kami sekelas!""Iya juga," gumam Gala baru mengingat.Yang mana membuat Cantika speechless dengan. Gala, tapi hal itu tidak mengurangi kekaguman Cantika terhadap sosok di depannya itu."Kapten, bisa kami Kembali ke kelas sekarang?""Ya, kembalilah ke kelas kalian, dan belajarlah dengan giat. Sudah sana.”Mereka yang ikut menghadang Galuh adalah pasukan basket, dimana Samuel yang memanggil mereka semua lewat Group Chat atas perintah Gala. Saat semuanya mulai bubar, di sana mulai tertinggal Gala yang masih menggenggam tangan Cantika, bersama dengan Samuel yang masih menatap heran pada pasangan baru itu."Lu ngapain masih di sana?" tanya Gala menyadari keberadaan Samuel."Lu jangan lupa, Gal, ada PR yang belum kelar. Cantika, bilang sama Gala buat berhenti nyontek sama gue
"Mommy dan Daddy akan ke Amerika sebentar, untuk menemani Oma sambil mengurus beberapa hal. Jaga baik baik adikmu ya. Dan jika butuh sesuatu, minta saja pada Samuel.""What the....," ucapan Gala terhenti tatkala dia mendapatkan tatapan tajam dari sang Mommy. "Kenapa Samuel?""Dia temanmu 'kan? Daddy tau dia bisa diandalkan, jadi Daddy memberinya upah untuk menjagamu." Andro bicara sambil memakai jasnya."Eoohh, dia itu lelet, Dad. Lagipula aku bisa sendiri.""Jangan seperti itu," ucap Raya dengan lembut, yang sontak membuat Gala bungkam. Mana bisa dia melawan bidadari kesayangannya. Jadi dia merentangkan tangannya dan memeluk sang Mommy. "Apa ini? nanti parfume Mommy menempel.""Hati hati dijalan ya, Mom. Jangan khawatirkan yang lain, adik adik akan aman bersama denganku."PLETAK! Andro melayangkan jitakan di kepala anaknya, membuat Gala mengaduh sambil melepaskan pelukannya. "Daddy ini kenapa?!""Pamitannya nanti, jangan lebay. Kau ini habis nonton apa semalam?""Film India," gumam G
Kenyataannya, mereka berdua hanya makan saat pulang sekolah saja. Selebihnya Gala kembali mengantarkan Cantika karena dirinya tiba-tiba ditelpon oleh sang pelatih untuk ke sekolah dan melakukan persiapan untuk pertandingan."Maaf ya, aku akan mengajakmu main lagi lain kali.""Jangan khawatir, aku baik baik saja," ucap Cantika yang masih berada di bangku belakang kuda besi tersebut.Sementara Gala tidak bisa menahan kekecewaannya terhadap diri sendiri. "Nanti malam aku akan menghubungimu, mengirimimu pesan. Oke?""Oke," ucap Cantika yang masih sedikit kikuk karena status diantara mereka kini tengah berubah.Yang mana pria yang sedang dia peluk saat ini adalah pacarnya. Astaga, rasanya Cantika ingin mati saja ketika mengingat Gala adalah pacaranya."Dan masalah Laura, jangan biarkan dia menggertakmu oke? Aku akan meminta pengacaraku untuk membereskannya.""Apa yang akan kau lakukan, Gala?" tanya Cantika khawatir."Tidak banyak, hanya membuatnya jera.""Jangan keterlaluan ya, dia bersika
Sesuai perkataannya, Cantika tidak bisa berangkat bersama dengan Gala, dia berangkat bersama sang Kakek dimana dia diajak terlebih dahulu untuk makan bubur di tempat kesukaan kakeknya sebelum mereka pergi ke sekolah."Apa kau menyukai Gala?" tanya sang Kakek tiba tiba."Hmm? Ya, aku menyukainya, Kakek.""Jangan setengah-setengah jika suka, gas terus jika memang benar benar suka padanya," ucap sang Kakek saat Cantika sedang memakan bubur.Membuatnya tersedak dan batuk beberapa kali. Cantika menatap ponselnya, dimana Gala terakhir menghubunginya tadi malam, dimana dia mengatakan akan menagih jawaban sepulang sekolah. Dia juga berkata akan terlambat datang ke sekolah karena ada urusan dengan Daddy nya."Sudah makannya?""Sudah, Kek.""Ayo berangkat, anak cantik harus rajin," ucap sang Kakek membayar makanannya sebelum kembali menaiki motor bebek. "Kakek pulangnya nanti agak malam, sampaikan sama Nenek ya. Kakek harus memilah barang barang untuk di museum.""Iya, Kek.""Lumayan, Pak Praka
Cantika tidak bisa melupakan kejadian tadi pagi, dimana Gala menjadi diam mematung. Apakah sahabatnya itu sakit? Apakah dia masih marah padanya?Entahlah, Cantika bingung. Dia tidak ingin Gala sakit."Hei," panggil Laura pada Cantika.Membuat perempuan dengan rambut sebahu itu menoleh. "lya?""Nomor lima, bisakah aku melihat jawabanmu?""Um... bukankah ini pendapat masing-masing?""Anggap saja sebagai imbalan karena pacarku Gala telah mengantar jemputmu."Kalimat itu membuat Cantika tidak berdaya, akhirnya dia memberikan bukunya pada Laura saat guru sedang keluar dari kelas.Dia kembali melamun, memikirkan Gala.Sampai seseorang datang ke mejanya."Cantika, maaf aku lupa. Tadi Gala menitipkan ini untukmu," ucap salah satu anak perempuan memberikan bungkusan roti dan juga susu. "Dia memberikan bungkusan roti dan juga susu. "Dia bilang kau harus tumbuh dengan baik."Sontak, seluruh kelas yang mendengar mengatakan, "Ciiiiieeeeeee.... Cantika Cieeeee..."Kemudian disusul dengan kalimat kal
Dalam perjalanan, Laura berusaha menggoda Gala. Dia sesekali bergerak hingga bagian bawah gaunnya sedikit terangkat. Yang mana hal itu membuat Gala mengerutkan keningnya, dia heran Laura yang tidak bisa diam sejak tadi."Apa kau baik baik saja?" Tanya Gala dengan polosnya."Ah iya... aku hanya merasa tidak nyaman dengan pakaian yang aku pakai."Gala mengangguk. "Nah, aku juga akan memberitahumu tadi. Itu terlihat seperti alat memasak nasi milik Oma ku. Wahh..., apalagi suaranya kresek kresek," ungkap Gala mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya. "Kau berubah pikiran? Ingin kembali?""Tidak, aku tidak mau kembali. Teman temanku sudah menungguku di sana," ucap Laura yang memilih untuk diam. Dia heran bagaimana bisa Gala berhenti tertarik padanya hanya sampai di titik ini. Pria itu tidak menanyakan sesuatu yang menjadi tanda kalau pria itu ingin memilikinya.Bagaimana Laura tau? Tentu saja dia memiliki banyak pengalaman dengan pria pria di luar sana. Dan pria lebih muda tidak sulit d
Cantika berusaha menahan tawanya ketika melihat Galayang menengadah dengan dokter yang mencoba mengambil mangga mungil itu dari lubang hidungnya. Untuk menahan tawanya, Cantika memalingkan wajahnya, sementara tangannya terus digenggam oleh Galayang sesekali merengek karena rasa pegal dan malu."Tutup tirainya!" teriak Galasaat melihat beberapa pasang mata yang melihat ke arahnya sambil menahan tawa. Yang mana membuat dokter itu memberikan isyarat pada perawat untuk segera menutup tirai.Mereka berada di ruang terbuka yang berada di dekat lobi, kepanikan Galamembuatnya lupa kalau dirinya adalah pemilik rumah sakit ini dan tidak datang ke lantai VVIP. Dia berlari dan langsung duduk di hospital bed yang ada di sana, sementara Cantika sibuk mencari bantuan.Dokter yang mengenali siapa Galalangsung menanganinya di sana, melihat Galayang panic juga membuat dokter itu lupa untuk membawanya ke lantai VVIP di paling atas."Apakah keluar?" tanya Galamasih menengadahkan kepala mengadahkan lubang