Maaf ya, Authir lagi kurang enak badan jadi update sedikit. Semoga besok lebih baik dan bis up dua bab lagi... Mohon doanya juga janganlupa vote ya untuk semangat... komen juga penting loh, dengan begitu Author tahu seberapa menriknya cerita ini.
Di kediaman Prakarsa, tempat tinggal Raya sebelum dinikahi Andro, tempat yang menjadi saksi bisu bagaimana seorang Rayana Lazuardi menjalani masa-masa yang cukup berat sebagai seorang cucu dikala anak-anak dan masa remajanya, menjadi anak yang patuh, hanya bisa menerima setiap keputusan dengan anggukan kepalanya. Yarina sudah mondar-mandir di ruang makan, sedangkan ibunya duduk di kursi makan. Nenek Raya sedang melakukan check up kesehatan rutin di salah satu rumah sakit negara sebelah. Dan saat ini, wajah mereka berdua sudah sangat gelisah. Hari ini adalah batas akhir permohonan maaf mereka dengan Raya yang harus mereka lakukan sesuai prosedur sekretaris Hans. “Mama bagimana ini? Kalau kita belum juga minta maaf pada Raya, syuting iklan ku tidak akan pernah di mulai. Kita harus bagaimana, Ma?” Yarina merengek seperti biasanya. Tidak mudah mendapatkan kesempatan menjadi Brand Ambassador produk kecantikan nomor dua negri ini. Yarina sudah pamer kemana-mana. Kalau sampai ini gagal, r
Apa aku benar-benar menyukai Andromeda? Apa benar aku tidak akan menangis kalau dia membuangku? Aku bahkan menikmati tidur bersamanya setiap malam… Aku tersipu saat dia memujiku, meskipun pujian itu mungkin hanay karena lidahnya kepeleset. Apalagi saat dia memanggilku sayang. Jantungku rasanya ingin meledak saking senangnya.Tidak, tidak. Aku tidak boleh terlalu berharap seperti itu.Raya mengusir kegalauannya dengan memutus harapannya.Bunyi ponsel juga ikut memutus lamunannya. Panggilan dari Yarina masuk dan membuat Raya mengerutkan alisnya ketika mendengar permohonannya untuk bertemu di sebuah kafe sore ini. Tak hanya Yarina, Raya juga mendengar suara ibu Yarina ikut memohon.Apa sebaiknya aku menghubungi Sekretaris Hans dulu, bertanya suamiku akan kembali sebelum makan malam atau tidak. Pikiran itu muncul ketika Raya telah memutus panggilan telepon Yarina dan sekarang dia akan mengirim pesan pada Hans.“Sekretaris Hans, apa tuan Andro akan kembali sebelum makan malam?” Pesan terki
Setelah menyelesaikan urusan dengan keluarganya, Andro mengajak Raya makan malam hangat di sebuah restoran privat di tengah kota.Hans memilih keluar ruangan, meninggalkan bosnya yang sedang di mabuk cinta pada istrinya. Raya sudah mencegah Hans keluar ruangan agar dia ikut makan malam bersama. Namun lirikan mata Andro pada Hans berkata berbeda. Jadi Hans hanya bisa berkata dalam hati, ‘maaf nona, saya tidak bisa menolong anda, kendalikan sendiri laki-laki yang sudah tergila-gila pada anda ini semampu anda. Selamat menikmati makan malam kalian berdua.’Begitulah pada akhirnya Raya menikmati makan malamnya di sudut sebuah meja tanpa bicara sepatah katapun, tenang dan hanya menikmati makanan dengan ekspresi wajah yang datar, entah makanan itu enak atau tidak bagi dirinya, hanya dia yang tahu.Saat pulang ke rumah setelah makan malam yang cukup memakan waktu lama jika diukur dari kegiatan yang hanya sekedar makan malam, sepanjang perjalanan, di kursi belakang hanya terdengar suara, “Saya
Beberapa hari lagi adalah hari ulang tahun Oma. Pesta yang sebenarnya sudah menjadi topik hangat di kalangan para pelayang di rumah besar Keluarga Prakarsa. Perancang busana membawakan beberapa gaun untuk di coba Raya di kamar lantai satu. Karena terlalu lama, Andro menyusulnya dan mengetuk pintu dengan kuat. “Apa yang sedang kalian lakukan? Zay! Jauhi istriku!” Zay segera keluar sambil mengangkat tangannya. Dia memang sengaja mengunci pintu agar Andro tidak masuk tadi. “Jangan Tuan, Nona Muda sedang ganti baju.” “Kau melihatnya?” “Tidak, Tuan. Demi Tuhan. Tuan kan tahu, aku sudah…” Zay memperagakan tangannya seperti menggunting sesuatu. “Mengerti maksudku, bukan?” “Diam kau,” ucap Andro merasa jijik. “Kalo boleh memilih, saya lebih pilih melihat anda ganti baju daripada Nona Muda.” Zay menutup mulutnya dengan bibir setelah bicara. Seketika Andro menjauh, tanpa berkata apapun dia kembali menonton televisi di ruang tengah lantai satu sambil menunggu istrinya. Duduk di sofa dengan
“Ssh! Hmp…” desah Raya saat Andro mendudukkannya di atas pangkuan pria itu, milik Andro sudah begitu tegang, menusuk tepat ke lubang tempat dia seharusnya berada. Menenggelamkan diri dalam kehangatan sang istri.Posisi duduk membuat Raya semakin merasakan bagaimana kekarnya milik Andro, menusuk sampai kedalam. Perih, sedikit nyeri, geli dan nikmat datang bersamaan. Bibir mereka terus saling bertaut, menyatukan saliva yang menambah guncangan gairah.Jubah itu masih melekat di tubuh Raya meski bagian dadanya telah tersibak memampangkan dada Raya yang bagi Andro menggemaskan. Sedangkan bagian bawahnya terangkat.Raya kembali merasakan geli saat ujung dadanya bergesekan dengan dada Andro yang bidang.“Aaaa, akh…” Raya mendesah kecil dan sangat pelan. Seperti biasa, Raya sangat hati-hati mengendalikan suaranya yang penuh kenikmatan. “Sayang…”Raya mulai kebingungan saat Andro tak kunjung bergerak lagi, hanya diam dengan miliknya yang masih menancap, membuat kewanitaan Raya berkedut ingin d
Hari perayaan ulang tahun Oma. “Nona, maaf. Kita akan langsung menyusul ke hotel. Nyonya besar belum selesai menghabiskan infusnya. Dan pesan saya, jangan pedulikan Nona Celine jika anda bertemu dengannya sebelum kami datang.” Pesan dari Jeta. Hari ini adalah jadwal infus vitamin Oma. Jadi Oma melakukan jadwal rutinnya lebih dulu sebelum menggelar pesta ulang tahunnya. “Baiklah.” Jawab singkat Raya. Raya meletakkan ponselnya. Beralih pada pantulan dirinya di dalam cermin. Dai sudah memakai riasan yang cukup baik sekarang. Kemampuan berdandannya sudah melewati tingkat dasar dan berkembang dengan sangat baik setelah beberapa kali mengikuti kelas make-up dirumah, tentu saja dengan paksaan Oma. Raya meyakinkan dirinya untuk berani berangkat ke tempat acara sendirian, dengan diantar seorang supir. Karena Andro sedang sangat sibuk dan entah pukul berapa dia bisa datang ke pesta ulang tahun Oma.. Dia hanya perlu menunggu Oma dan Jeta datang. Raya mengambil hadiah kecil yang sudah dia s
Pesta semakin meriah ketika artis papan atas mulai menyanyikan lagu berirama ceria Raya duduk bersama Oma dan Jeta dengan murung. Sepanjang acara Raya sudah mendengar dan menerima banyak sekali tatapan menyedihkan akibat keberadaan Celine disana. Oma mengira Andro yang mengundangnya, sedangkan si tersangka belum nampak batang hidungnya hingga saat ini. Sementara Celine terus berkeliling menunjukkan eksistensinya, memperkenalkan diri penuh kebanggaan dan memanfaatkan ketidaktahuan orang akan pada status hubungannya dengan Andro yang telah kandas sejak tiga tahun silam. “Ria, jangan hiraukan dia dan mereka yang bersikap tidak baik padamu, lihat saja, nanti aku akan memberi mereka semua pelajaran.” Oma berapi-api menenangkan Raya sambil waspada menunggu kedatangan cucunya.. “Kalau mereka tahu Nona adalah kesayangan tuan muda, mereka pasti tidak akan berani bersikap seperti itu.” Ucap Jeta. Hah? Kesayangan!? Benarkah begitu? Raya meragu dengan apa yang dikatakan Jeta. Dalam riuhnya
Dua jam berlalu, Andro masih tak juga mendapat kepastian kapan dia bisa terbang. Sudah akan membanting ponsel di tangannya karena kesal, tapi urung ketika melihat benda berbentuk hati di ponselnya lalu malah menciumnya. Hans merasa konyol melihat kelakuan gila tuan mudanya. Mendekat ke arah jendela, mengetikkan beberapa pesan di ponselnya untuk memastikan semua berjalan sebagaimana mestinya. “Tuan Muda, sebaiknya anda makan malam dulu.” Hans mendekat ke meja makan. “Makan? Kau pikir aku bisa makan sekarang?” Berkata dengan marah. “Bukankah demi Nona Raya, anda harus makan?” Nona pasti juga sedang makan malam sekarang. Anggap saja Tuan sedang menemani Nona makan meski di belahan kota yang berbeda.” “Jangan bicara sembarangan!” Tapi Andro bangun dan mendekati meja makan, menunjuk beberapa hidangan yang mengundang selera. Lalu duduk dan menikmati makan malamnya. Konsep menemani makan di belahan kota berbeda membuat Andro tersenyum, mengulangi kata itu di hatinya. Saat tengah malam,