Mentari turun dari motor setelah menepuk punggung Gala dengan malas, dia benar benar kesal karena saudaranya itu menaikan kecepatan kemudian tiba tiba mengerem begitu saja.PLAK!"Apa yang kau lakukan, itu sakit," ucap Gala dengan matanya yang melotot."Kau membuat seragamku kusut dan rambutku berantakan.""Bersyukurlah kau sudah aku ajak, Tari.""Kau yang membuatku terlambat."Saat mereka sedang asyik berdebat, terdengar suara panggilan, "Mentari!" teriak salah satu teman Mentari yang juga baru turun dari mobil."Rin, tunggu aku!""Jangan berlari seperti itu!" teriak Gala memberi peringatan. "Dasar bocah," gumamnya melihat Mentari yang saling berpelukan dengan sahabatnya itu."Aku juga merindukanmu, saudaramu membawa motor?""Iya, dia membuat SIM saat liburan kemarin.""Gilaaaaa, dia semakin tampan saja. bagaimana kau bisa bertahan hidup melihatnya setiap hari," ucap Arin yang memberikan kekaguman pada Gala yang berjalan menuju kelasnya. “Aku heran, dari sekian banyak perempuan di se
"Tapi aku akan mengetahui dengan sendirinya.""Kau akan tersesat.""Aku tinggal bertanya."Sampai Gala berhenti berjalan di salah satu koridor. "Ini ruangan apa?""Ini untuk anak anak kelas sepuluh."Gala tertawa. "Bagaimana kau tau? Bagaimana jika ini Lab?""Tertulis di sana itu kelas sepuluh, Gala," ucap Cantika menunjuk penanda yang ada di atas pintu."Aishhhh," gumam Gala merasa kesal.Membuat Cantika yang memang menyukai Gala itu berkata, "Atau kau mungkin merindukanku, ini hanya alasan bukan?""Rindu apanya? Aku hanya ingin membantu sesama teman lama. Ayo," ucapnya kembali menggenggam tangan Cantika dan membawanya ke tempat lain.Yakni belakang sekolah."Kenapa kau membawaku ke sini?""Ini adalah jalan jika kau ingin bolos.""Aku tidak akan melakukannya," tegas Cantika."Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi."Cantika hanya mengikuti langkah Gala saat pria itu menariknya."Naik ke pohon ini, lalu injak bentengnya, kemudian kau bisa melompat ke luar benteng.""Dimana aku akan
Keduanya kini makan di lapangan belakang, dimana di sana tempat olahraga luar lapangan dilakukan. Karena sekarang sedang sepi, Cantika dan Mentari bisa duduk dibawah pohon rindang yang menyejukan."Pantas saja sekolah ini malah," gumam Cantika."Kau mengatakan sesuatu?""Hah? Tidak ada.""Jadi, apa kau akan menetap?""Aku harap begitu, aku rindu Indonesia.""Rindu Indonesia? Kemana saja kau selama ini?" tanya Mentari sambil ikut memakan nasi goreng yang dibawa Cantika. Satu sendok digunakan mereka berdua secara bergantian, mengingat keduanya sangat akrab dan tidak risih sama sekali."Di Amerika.""Kau disana? Selama ini?"Cantika mengangguk. "Mamaku sakit, jadi harus diobati di sana.""Apa sekarang sudah sembuh?"Cantika menggeleng pelan. "Dia ingin pulang dan mencoba metode dari sini. Kami sekarang tinggal di rumah Kakek dan Nenek.""Kakek dan Nenek dari Mamamu?"Cantika mengangguk. "Mamaku sudah lama tidak menemui mereka, jadi dia berharap kebahagiaan bisa membuat penyakitnya lari."
Karena Gala ingin memamerkan otot dan ketampanannya pada semua penjuru sekolah, dia tidak berganti pakaian dan hendak berkeliaran di koridor."Ar, lu mau kemana?" tanya Samuel yang juga menjadi sahabat dalam bidang olahraga."Ambil di kelas.""Lu sengaja ninggalin baju lu disana lagi?""Hai, Sam. Lu mana paham, gue cuma mencoba memberi mereka vitamin dengan melihat ketampanan seorang Gala.""Oke oke, segera kembali. Kita harus masuk kelas."Gala keluar dengan memakai pakaian basketnya, dia berjalan dengan penuh percaya diri yang mana membuat para wanita yang melihatnya itu menggila.Tidak tahan dengan ketampanan Gala, salah satu murid baru mencegat Gala di tengah perjalanan dengan cara merentangkan tangannya. "Kak Gala!""Oh astaga, apa dia bercita cita menjadi polisi dan menilang orang tampan?" gumam Gala."Kak Gala," ucap gadis itu berjongkok sambil mengeluarkan bunga. "Ini adalah hari pertamaku menjadi pacarku?"Dan orang orang disekitarnya yang melihat itu panic."Apa yang kau lak
"Belok ke kiri, kenapa kau ke kanan.""Tadi kau mengatakan ke kanan, kenapa ucapanmu berubah ubah.""Aku bilang kiri," ucap Cantika dengan suara kecilnya. "Mungkin karena helm jadi pendengaranmu kurang efektif.""Pendengaranku baik," ucap Gala memarkirkan motornya di gang yang salah masuk.Kini dia mengikuti arah Cantika lewat tunjukan tangannya untuk berbelok.Sampai akhirnya Cantika mengatakan, "Nah, sampai," ucapnya membuat Gala berhenti di depan sebuah pagar.Rumah yang ditempati Cantika berbeda jauh dengan rumah yang ditempati Gala. Bukan tentang luasnya, tapi gayanya. Rumah Kakek dan Nenek Cantika sangat luas, halamannya penuh dengan rumput hijau dan pohon rindang. Persis halaman depan istana presiden, hanya saja bagian rumahnya bergaya zaman jawa kuno."Wah, kau tinggal di sini?""Iya.""Apa angkot mengantarkanmu sampai depan sini?""Tidak, sampai gang depan sana.""Tapi jalan ini besar.""Ini bukan jalan umum.""Ouh, pantas saja.""Terima kasih," ucap Cantika memberikan helmny
Sepulang sekolah, Mentari memiliki jadwal les biola di rumah gurunya."Arinnnnnnn......." Mentari merajuk sambil memelukArin dari samping."Apa? Kenapa?""Aku tidak bisa ke mall hari ini.""Apa? Kenapa?" tanya Arin sambil memajukan bibirnya kesal. "Kau bilang bisa.""Mommyku menghubungiku dan baru memberitahuku kalau aku mulai les hari ini.""Lagi? Kapan kau akan mengupload semua tutorial make-up mu ke youtube?""Aku akan memberitahumu lagi nanti. Tapi....," ucapan Mentari menggantung sambil memasukan barang barangnya ke dalam tas, pelajaran sudah berakhir dan ini waktunya pulang ke rumah. "Aku ingin memintamu membelikanku lipstick, ada diskon di sana.""Tidak bisakah kau ikut aku ke sana?""Ayolaaah, aku titip ya.""Aku akan beli peralatan pesta, bukan ke griya kecantikan.""Peralatan pesta?" tanya Mentari bingung."Iya, bukankah Gala akan bertanding? Kita akan mempersiapkannya dengan sangat baik.""Astaga, pertandingan basket ternyata," gumam Mentari malas. "Kenapa kau menjadi Admi
"Ganti dulu bajunya, Tika. Nanti bantu Nenek masak.""Iya, Nek." Cantika masuk ke dalam lebih dulu."Nak Gala ganti bajunya ya, ada punya Kakek belum dipake kok. Kasihan itu basah."Karena Gala diajarkan oleh Oma tentang tatakrama, dia mengangguk. "Iya, Nek.""Ayo masuk dulu," ucap Nenek membawa masuk dari pintu belakang.Gala menunggu di sana, sementara Nenek membawakan pakaian ganti untuknya."Ini pakaian gantinya, pakai kamar mandi yang itu saja.""Baik, Nek."Gala membawa kaos itu ke dalam kamar mandi, dia membentangkannya saat sudah sampai di dalam kamar mandi. Gala menelan ludahnya kasar, itu kaos yang bertuliskan petugas museum. Memang masih baru, tapi jelas jelas ini terlihat seperti penjaga museum.Untuk menghormati, Gala memilih untuk memakainya. Dan bukan hanya tulisannya yang aneh, tapi bajunya yang juga kebesaran. Kaos itu berukuran XXL yang mana membuat Gala terlihat aneh. "Wah, aku mirip remaja yang baru saja memakai baju curian. Bukankah aku terlihat seperti orang oran
"Pesanan anda, Tuan Putri," ucap Arin memberikan lipstik yang diinginkan oleh Mentari.Seketika Mentari yang sedang melamun itu bertepuk tangan. "Aaaaa.... Thankyou, nanti aku transfer."“Santai, nanti makan di luar yuk.""Tidak bisa, aku mulai sibuk dengan berbagai les.""Oh, Tari....," ucap Arin merengek, dia duduk di samping temannya itu. “Kenapa kau sangat sibuk?""Ini tahun terakhir kita, kita harus bersiap untuk masuk ke universitas.""Dimana kau akan melanjutkannya?"“Aku akan keluar dari Negara ini, kurasa Gala juga akan melakukannya. Mengingat dia yang akan memegang kendali perusahaan.""Wah....., dia akan sangat keren."Mentari berdecak, dia menggeleng gelengkan kepalanya. "Karena tampangnya saja dia terlihat keren, entah jika nanti."Saat menoleh, ternyata Arin tidak mendengarkannya. Mentari menatap ke arah tatapan Arin keluar jendela kelas, ternyata di sana Gala dan gerombolannya sedang lewat."Astaga.""Samuel mengirimiku pesan akhir akhir ini.""Hati hati, dia itu playbo
Arin dan juga Samuel bergegas menuju rumah Cantika begitu pulang sekolah. Suasananya jauh berbeda dari sebelumnya, semua orang di sana terlihat sangat berduka."Nek, Cantika mana ya?" tanya Arin sambil memberi salam."Ada di dalam, sana ke kamarnya ya."Arin langsung menarik tangan Samuel untuk mengikuti langkahnya, mereka memasuki kamar Cantika dimana sosok itu terlihat sedang bersiap. mereka akan pergi ke gereja untuk Misa Arwah."Cantika?"Sosok itu langsung menoleh seketika, air matanya langsung turun begitu dia melihat Arin. Sosok yang lebih kecil itu langsung menangis dengan kuat saat Arin memeluknya. Mengungkapkan perasaanya yang sebenarnya. Cantika benar benar merasa tersakiti, kehilangan sosok yang selalu bersamanya, membesarkannya, dia kehilangannya saat itu juga.Dunianya terasa runtuh, bahkan Cantika tidak yakin dirinya bisa bertahan tanpa sosok itu."Hei, udah.... Inget loh, Mama kamu ada di tempat terbaik bersama dengan Tuhan," ucap Arin mencoba untuk menenagkan sahabatn
Gala kembali ke rumah setelah mengantarkan sang Pujaan Hati. Dia terdiam sejenak di ambang pintu, rasanya sangat sepi tanpa kedua orang tua dan juga adik adiknya yang selalu ribut."Hiks... Aku merindukan kalian," ucapnya dengan Satu Tetes air mata yang tidak sempat jatuh; Gala lebih dulu menyukainya. "Tapi... Rasanya tenang sekali, hehehe."BUK!"Astaga naga!" teriak Gala dengan spontan saat sebuah sendal melayang dan mengenai kepalanya, akan membuatnya kini tengah tertunduk di atas lantai.Belum juga memarahi sosok yang membuatnya terjatuh dia terlebih dulu melihat dua orang yang sedang kejar-kejaran. "Kembali ke sini, Alden, kau harus mandi," teriak Mentari sambil membawa ember dan gayung yang berisi air.Di belakang sana ada pelayan yang berusaha mengeringkan lantai supaya tidak ada yang terjatuh. Gala mengerjapkan matanya. "Apa yang terjadi?" tanya Gala pada sang pelayan."Mari saya bantu Anda berdiri, Tuan muda.""Berapa lama mereka seperti itu?""Sejak Tuan Alden pulang ke ruma
Galuh berjalan begitu saja melewati Gala dan gerombolannya, membuat Mentari menghela napas kemudian mengikuti sosok itu."Heh, kau mau kemana?!" teriak Gala pada sang adik."Masuk kelas.""Kenapa bersama dengannya?!""Kami sekelas!""Iya juga," gumam Gala baru mengingat.Yang mana membuat Cantika speechless dengan. Gala, tapi hal itu tidak mengurangi kekaguman Cantika terhadap sosok di depannya itu."Kapten, bisa kami Kembali ke kelas sekarang?""Ya, kembalilah ke kelas kalian, dan belajarlah dengan giat. Sudah sana.”Mereka yang ikut menghadang Galuh adalah pasukan basket, dimana Samuel yang memanggil mereka semua lewat Group Chat atas perintah Gala. Saat semuanya mulai bubar, di sana mulai tertinggal Gala yang masih menggenggam tangan Cantika, bersama dengan Samuel yang masih menatap heran pada pasangan baru itu."Lu ngapain masih di sana?" tanya Gala menyadari keberadaan Samuel."Lu jangan lupa, Gal, ada PR yang belum kelar. Cantika, bilang sama Gala buat berhenti nyontek sama gue
"Mommy dan Daddy akan ke Amerika sebentar, untuk menemani Oma sambil mengurus beberapa hal. Jaga baik baik adikmu ya. Dan jika butuh sesuatu, minta saja pada Samuel.""What the....," ucapan Gala terhenti tatkala dia mendapatkan tatapan tajam dari sang Mommy. "Kenapa Samuel?""Dia temanmu 'kan? Daddy tau dia bisa diandalkan, jadi Daddy memberinya upah untuk menjagamu." Andro bicara sambil memakai jasnya."Eoohh, dia itu lelet, Dad. Lagipula aku bisa sendiri.""Jangan seperti itu," ucap Raya dengan lembut, yang sontak membuat Gala bungkam. Mana bisa dia melawan bidadari kesayangannya. Jadi dia merentangkan tangannya dan memeluk sang Mommy. "Apa ini? nanti parfume Mommy menempel.""Hati hati dijalan ya, Mom. Jangan khawatirkan yang lain, adik adik akan aman bersama denganku."PLETAK! Andro melayangkan jitakan di kepala anaknya, membuat Gala mengaduh sambil melepaskan pelukannya. "Daddy ini kenapa?!""Pamitannya nanti, jangan lebay. Kau ini habis nonton apa semalam?""Film India," gumam G
Kenyataannya, mereka berdua hanya makan saat pulang sekolah saja. Selebihnya Gala kembali mengantarkan Cantika karena dirinya tiba-tiba ditelpon oleh sang pelatih untuk ke sekolah dan melakukan persiapan untuk pertandingan."Maaf ya, aku akan mengajakmu main lagi lain kali.""Jangan khawatir, aku baik baik saja," ucap Cantika yang masih berada di bangku belakang kuda besi tersebut.Sementara Gala tidak bisa menahan kekecewaannya terhadap diri sendiri. "Nanti malam aku akan menghubungimu, mengirimimu pesan. Oke?""Oke," ucap Cantika yang masih sedikit kikuk karena status diantara mereka kini tengah berubah.Yang mana pria yang sedang dia peluk saat ini adalah pacarnya. Astaga, rasanya Cantika ingin mati saja ketika mengingat Gala adalah pacaranya."Dan masalah Laura, jangan biarkan dia menggertakmu oke? Aku akan meminta pengacaraku untuk membereskannya.""Apa yang akan kau lakukan, Gala?" tanya Cantika khawatir."Tidak banyak, hanya membuatnya jera.""Jangan keterlaluan ya, dia bersika
Sesuai perkataannya, Cantika tidak bisa berangkat bersama dengan Gala, dia berangkat bersama sang Kakek dimana dia diajak terlebih dahulu untuk makan bubur di tempat kesukaan kakeknya sebelum mereka pergi ke sekolah."Apa kau menyukai Gala?" tanya sang Kakek tiba tiba."Hmm? Ya, aku menyukainya, Kakek.""Jangan setengah-setengah jika suka, gas terus jika memang benar benar suka padanya," ucap sang Kakek saat Cantika sedang memakan bubur.Membuatnya tersedak dan batuk beberapa kali. Cantika menatap ponselnya, dimana Gala terakhir menghubunginya tadi malam, dimana dia mengatakan akan menagih jawaban sepulang sekolah. Dia juga berkata akan terlambat datang ke sekolah karena ada urusan dengan Daddy nya."Sudah makannya?""Sudah, Kek.""Ayo berangkat, anak cantik harus rajin," ucap sang Kakek membayar makanannya sebelum kembali menaiki motor bebek. "Kakek pulangnya nanti agak malam, sampaikan sama Nenek ya. Kakek harus memilah barang barang untuk di museum.""Iya, Kek.""Lumayan, Pak Praka
Cantika tidak bisa melupakan kejadian tadi pagi, dimana Gala menjadi diam mematung. Apakah sahabatnya itu sakit? Apakah dia masih marah padanya?Entahlah, Cantika bingung. Dia tidak ingin Gala sakit."Hei," panggil Laura pada Cantika.Membuat perempuan dengan rambut sebahu itu menoleh. "lya?""Nomor lima, bisakah aku melihat jawabanmu?""Um... bukankah ini pendapat masing-masing?""Anggap saja sebagai imbalan karena pacarku Gala telah mengantar jemputmu."Kalimat itu membuat Cantika tidak berdaya, akhirnya dia memberikan bukunya pada Laura saat guru sedang keluar dari kelas.Dia kembali melamun, memikirkan Gala.Sampai seseorang datang ke mejanya."Cantika, maaf aku lupa. Tadi Gala menitipkan ini untukmu," ucap salah satu anak perempuan memberikan bungkusan roti dan juga susu. "Dia memberikan bungkusan roti dan juga susu. "Dia bilang kau harus tumbuh dengan baik."Sontak, seluruh kelas yang mendengar mengatakan, "Ciiiiieeeeeee.... Cantika Cieeeee..."Kemudian disusul dengan kalimat kal
Dalam perjalanan, Laura berusaha menggoda Gala. Dia sesekali bergerak hingga bagian bawah gaunnya sedikit terangkat. Yang mana hal itu membuat Gala mengerutkan keningnya, dia heran Laura yang tidak bisa diam sejak tadi."Apa kau baik baik saja?" Tanya Gala dengan polosnya."Ah iya... aku hanya merasa tidak nyaman dengan pakaian yang aku pakai."Gala mengangguk. "Nah, aku juga akan memberitahumu tadi. Itu terlihat seperti alat memasak nasi milik Oma ku. Wahh..., apalagi suaranya kresek kresek," ungkap Gala mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya. "Kau berubah pikiran? Ingin kembali?""Tidak, aku tidak mau kembali. Teman temanku sudah menungguku di sana," ucap Laura yang memilih untuk diam. Dia heran bagaimana bisa Gala berhenti tertarik padanya hanya sampai di titik ini. Pria itu tidak menanyakan sesuatu yang menjadi tanda kalau pria itu ingin memilikinya.Bagaimana Laura tau? Tentu saja dia memiliki banyak pengalaman dengan pria pria di luar sana. Dan pria lebih muda tidak sulit d
Cantika berusaha menahan tawanya ketika melihat Galayang menengadah dengan dokter yang mencoba mengambil mangga mungil itu dari lubang hidungnya. Untuk menahan tawanya, Cantika memalingkan wajahnya, sementara tangannya terus digenggam oleh Galayang sesekali merengek karena rasa pegal dan malu."Tutup tirainya!" teriak Galasaat melihat beberapa pasang mata yang melihat ke arahnya sambil menahan tawa. Yang mana membuat dokter itu memberikan isyarat pada perawat untuk segera menutup tirai.Mereka berada di ruang terbuka yang berada di dekat lobi, kepanikan Galamembuatnya lupa kalau dirinya adalah pemilik rumah sakit ini dan tidak datang ke lantai VVIP. Dia berlari dan langsung duduk di hospital bed yang ada di sana, sementara Cantika sibuk mencari bantuan.Dokter yang mengenali siapa Galalangsung menanganinya di sana, melihat Galayang panic juga membuat dokter itu lupa untuk membawanya ke lantai VVIP di paling atas."Apakah keluar?" tanya Galamasih menengadahkan kepala mengadahkan lubang