Keduanya kini makan di lapangan belakang, dimana di sana tempat olahraga luar lapangan dilakukan. Karena sekarang sedang sepi, Cantika dan Mentari bisa duduk dibawah pohon rindang yang menyejukan."Pantas saja sekolah ini malah," gumam Cantika."Kau mengatakan sesuatu?""Hah? Tidak ada.""Jadi, apa kau akan menetap?""Aku harap begitu, aku rindu Indonesia.""Rindu Indonesia? Kemana saja kau selama ini?" tanya Mentari sambil ikut memakan nasi goreng yang dibawa Cantika. Satu sendok digunakan mereka berdua secara bergantian, mengingat keduanya sangat akrab dan tidak risih sama sekali."Di Amerika.""Kau disana? Selama ini?"Cantika mengangguk. "Mamaku sakit, jadi harus diobati di sana.""Apa sekarang sudah sembuh?"Cantika menggeleng pelan. "Dia ingin pulang dan mencoba metode dari sini. Kami sekarang tinggal di rumah Kakek dan Nenek.""Kakek dan Nenek dari Mamamu?"Cantika mengangguk. "Mamaku sudah lama tidak menemui mereka, jadi dia berharap kebahagiaan bisa membuat penyakitnya lari."
Karena Gala ingin memamerkan otot dan ketampanannya pada semua penjuru sekolah, dia tidak berganti pakaian dan hendak berkeliaran di koridor."Ar, lu mau kemana?" tanya Samuel yang juga menjadi sahabat dalam bidang olahraga."Ambil di kelas.""Lu sengaja ninggalin baju lu disana lagi?""Hai, Sam. Lu mana paham, gue cuma mencoba memberi mereka vitamin dengan melihat ketampanan seorang Gala.""Oke oke, segera kembali. Kita harus masuk kelas."Gala keluar dengan memakai pakaian basketnya, dia berjalan dengan penuh percaya diri yang mana membuat para wanita yang melihatnya itu menggila.Tidak tahan dengan ketampanan Gala, salah satu murid baru mencegat Gala di tengah perjalanan dengan cara merentangkan tangannya. "Kak Gala!""Oh astaga, apa dia bercita cita menjadi polisi dan menilang orang tampan?" gumam Gala."Kak Gala," ucap gadis itu berjongkok sambil mengeluarkan bunga. "Ini adalah hari pertamaku menjadi pacarku?"Dan orang orang disekitarnya yang melihat itu panic."Apa yang kau lak
"Belok ke kiri, kenapa kau ke kanan.""Tadi kau mengatakan ke kanan, kenapa ucapanmu berubah ubah.""Aku bilang kiri," ucap Cantika dengan suara kecilnya. "Mungkin karena helm jadi pendengaranmu kurang efektif.""Pendengaranku baik," ucap Gala memarkirkan motornya di gang yang salah masuk.Kini dia mengikuti arah Cantika lewat tunjukan tangannya untuk berbelok.Sampai akhirnya Cantika mengatakan, "Nah, sampai," ucapnya membuat Gala berhenti di depan sebuah pagar.Rumah yang ditempati Cantika berbeda jauh dengan rumah yang ditempati Gala. Bukan tentang luasnya, tapi gayanya. Rumah Kakek dan Nenek Cantika sangat luas, halamannya penuh dengan rumput hijau dan pohon rindang. Persis halaman depan istana presiden, hanya saja bagian rumahnya bergaya zaman jawa kuno."Wah, kau tinggal di sini?""Iya.""Apa angkot mengantarkanmu sampai depan sini?""Tidak, sampai gang depan sana.""Tapi jalan ini besar.""Ini bukan jalan umum.""Ouh, pantas saja.""Terima kasih," ucap Cantika memberikan helmny
Sepulang sekolah, Mentari memiliki jadwal les biola di rumah gurunya."Arinnnnnnn......." Mentari merajuk sambil memelukArin dari samping."Apa? Kenapa?""Aku tidak bisa ke mall hari ini.""Apa? Kenapa?" tanya Arin sambil memajukan bibirnya kesal. "Kau bilang bisa.""Mommyku menghubungiku dan baru memberitahuku kalau aku mulai les hari ini.""Lagi? Kapan kau akan mengupload semua tutorial make-up mu ke youtube?""Aku akan memberitahumu lagi nanti. Tapi....," ucapan Mentari menggantung sambil memasukan barang barangnya ke dalam tas, pelajaran sudah berakhir dan ini waktunya pulang ke rumah. "Aku ingin memintamu membelikanku lipstick, ada diskon di sana.""Tidak bisakah kau ikut aku ke sana?""Ayolaaah, aku titip ya.""Aku akan beli peralatan pesta, bukan ke griya kecantikan.""Peralatan pesta?" tanya Mentari bingung."Iya, bukankah Gala akan bertanding? Kita akan mempersiapkannya dengan sangat baik.""Astaga, pertandingan basket ternyata," gumam Mentari malas. "Kenapa kau menjadi Admi
"Ganti dulu bajunya, Tika. Nanti bantu Nenek masak.""Iya, Nek." Cantika masuk ke dalam lebih dulu."Nak Gala ganti bajunya ya, ada punya Kakek belum dipake kok. Kasihan itu basah."Karena Gala diajarkan oleh Oma tentang tatakrama, dia mengangguk. "Iya, Nek.""Ayo masuk dulu," ucap Nenek membawa masuk dari pintu belakang.Gala menunggu di sana, sementara Nenek membawakan pakaian ganti untuknya."Ini pakaian gantinya, pakai kamar mandi yang itu saja.""Baik, Nek."Gala membawa kaos itu ke dalam kamar mandi, dia membentangkannya saat sudah sampai di dalam kamar mandi. Gala menelan ludahnya kasar, itu kaos yang bertuliskan petugas museum. Memang masih baru, tapi jelas jelas ini terlihat seperti penjaga museum.Untuk menghormati, Gala memilih untuk memakainya. Dan bukan hanya tulisannya yang aneh, tapi bajunya yang juga kebesaran. Kaos itu berukuran XXL yang mana membuat Gala terlihat aneh. "Wah, aku mirip remaja yang baru saja memakai baju curian. Bukankah aku terlihat seperti orang oran
"Pesanan anda, Tuan Putri," ucap Arin memberikan lipstik yang diinginkan oleh Mentari.Seketika Mentari yang sedang melamun itu bertepuk tangan. "Aaaaa.... Thankyou, nanti aku transfer."“Santai, nanti makan di luar yuk.""Tidak bisa, aku mulai sibuk dengan berbagai les.""Oh, Tari....," ucap Arin merengek, dia duduk di samping temannya itu. “Kenapa kau sangat sibuk?""Ini tahun terakhir kita, kita harus bersiap untuk masuk ke universitas.""Dimana kau akan melanjutkannya?"“Aku akan keluar dari Negara ini, kurasa Gala juga akan melakukannya. Mengingat dia yang akan memegang kendali perusahaan.""Wah....., dia akan sangat keren."Mentari berdecak, dia menggeleng gelengkan kepalanya. "Karena tampangnya saja dia terlihat keren, entah jika nanti."Saat menoleh, ternyata Arin tidak mendengarkannya. Mentari menatap ke arah tatapan Arin keluar jendela kelas, ternyata di sana Gala dan gerombolannya sedang lewat."Astaga.""Samuel mengirimiku pesan akhir akhir ini.""Hati hati, dia itu playbo
Saat sedang bercengkrama dengan orang orang di bengkel, tiba tiba seseorang menghubunginya, dan itu adalah nomor baru.Bukan pertama kalinya Gala mendapatkan telpon terus menerus seperti ini. karena dia mengira itu adalah penggemarnya yang fanatic, Gala memilih untuk menolaknya."Siapa, Bang?" tanya pegawai di sana yang sedang membetulkan motor Gala supaya lebih keren."Orang tidak dikenal.""Banyak cewek yang demen sama Abang di sekolah?""Wajah menjelaskan semuanya, 'kan?""Cewek pasar kemarin, yang manis itu. Punya Abang?""Temen masa kecil.""Saya gebet gak papa, Bang?""Jangan main main," ucap Gala memperingati.Sampai Gala kembali mendapat panggilan dari nomor itu, Gala tetap menolaknya. Dan karena terus menerus menelpon, akhirnya Gala tidak tahan dan mengangkatnya."Hallo?""Gala, ini Mommy. Kenapa kau terus menolak?" terdengar suara marah dari sana."Mommy?" Gala sedikit terkejut. "Maaf, nomor Mommy baru. Aku tidak mengenalinya," ucap Gala memberi alibi."Gala dimana?""Di ben
Seperti biasanya, orang orang melihat Cantika yang dibawa oleh Gala dengan tatapan aneh. Yang mana membuat Cantika semakin terbiasa, dirinya tidak peduli yang penting hatinya bahagia."Cantikaaaaaa......," ucap Arin memeluk Cantika saat perempuan berkulit kecokelatan itu turun dari motor.Kemudian Arin berdehem. "Hallo, Gala.""Hallo, Fitria.""Namaku Arin.""Oh iyakah?" tanya Gala sambil melangkah pergi.Membuat Arin menjerit. "Ahhhh.... Pria tampan itu tahu namaku," ucapnya kembali memeluk Cantika."Dia menyebutmu Fitria, Arin.""Tapi Fitria tidak beda jauh dengan Arin kan, Cantika?"Cantika hanya tertawa, apalagi mengingat bagaimana jauhnya nama Arin dan Fitria. "Ngomong ngomong kau terlihat bahagia."Arin mengangguk. "Aku sekarang punya pacar.""benarkah? Siapa?""Temannya Gala.""Yang mana?""Namanya Samuel.""Wah..... selamat ya.""Sssstttt... ini rahasia ya, aku baru jadian dengannya lima menit yang lalu. Lihat,” ucap Arin memperlihatkan pesan antara dirinya dan Samuel."Oke ok