"Pesanan anda, Tuan Putri," ucap Arin memberikan lipstik yang diinginkan oleh Mentari.Seketika Mentari yang sedang melamun itu bertepuk tangan. "Aaaaa.... Thankyou, nanti aku transfer."“Santai, nanti makan di luar yuk.""Tidak bisa, aku mulai sibuk dengan berbagai les.""Oh, Tari....," ucap Arin merengek, dia duduk di samping temannya itu. “Kenapa kau sangat sibuk?""Ini tahun terakhir kita, kita harus bersiap untuk masuk ke universitas.""Dimana kau akan melanjutkannya?"“Aku akan keluar dari Negara ini, kurasa Gala juga akan melakukannya. Mengingat dia yang akan memegang kendali perusahaan.""Wah....., dia akan sangat keren."Mentari berdecak, dia menggeleng gelengkan kepalanya. "Karena tampangnya saja dia terlihat keren, entah jika nanti."Saat menoleh, ternyata Arin tidak mendengarkannya. Mentari menatap ke arah tatapan Arin keluar jendela kelas, ternyata di sana Gala dan gerombolannya sedang lewat."Astaga.""Samuel mengirimiku pesan akhir akhir ini.""Hati hati, dia itu playbo
Saat sedang bercengkrama dengan orang orang di bengkel, tiba tiba seseorang menghubunginya, dan itu adalah nomor baru.Bukan pertama kalinya Gala mendapatkan telpon terus menerus seperti ini. karena dia mengira itu adalah penggemarnya yang fanatic, Gala memilih untuk menolaknya."Siapa, Bang?" tanya pegawai di sana yang sedang membetulkan motor Gala supaya lebih keren."Orang tidak dikenal.""Banyak cewek yang demen sama Abang di sekolah?""Wajah menjelaskan semuanya, 'kan?""Cewek pasar kemarin, yang manis itu. Punya Abang?""Temen masa kecil.""Saya gebet gak papa, Bang?""Jangan main main," ucap Gala memperingati.Sampai Gala kembali mendapat panggilan dari nomor itu, Gala tetap menolaknya. Dan karena terus menerus menelpon, akhirnya Gala tidak tahan dan mengangkatnya."Hallo?""Gala, ini Mommy. Kenapa kau terus menolak?" terdengar suara marah dari sana."Mommy?" Gala sedikit terkejut. "Maaf, nomor Mommy baru. Aku tidak mengenalinya," ucap Gala memberi alibi."Gala dimana?""Di ben
Seperti biasanya, orang orang melihat Cantika yang dibawa oleh Gala dengan tatapan aneh. Yang mana membuat Cantika semakin terbiasa, dirinya tidak peduli yang penting hatinya bahagia."Cantikaaaaaa......," ucap Arin memeluk Cantika saat perempuan berkulit kecokelatan itu turun dari motor.Kemudian Arin berdehem. "Hallo, Gala.""Hallo, Fitria.""Namaku Arin.""Oh iyakah?" tanya Gala sambil melangkah pergi.Membuat Arin menjerit. "Ahhhh.... Pria tampan itu tahu namaku," ucapnya kembali memeluk Cantika."Dia menyebutmu Fitria, Arin.""Tapi Fitria tidak beda jauh dengan Arin kan, Cantika?"Cantika hanya tertawa, apalagi mengingat bagaimana jauhnya nama Arin dan Fitria. "Ngomong ngomong kau terlihat bahagia."Arin mengangguk. "Aku sekarang punya pacar.""benarkah? Siapa?""Temannya Gala.""Yang mana?""Namanya Samuel.""Wah..... selamat ya.""Sssstttt... ini rahasia ya, aku baru jadian dengannya lima menit yang lalu. Lihat,” ucap Arin memperlihatkan pesan antara dirinya dan Samuel."Oke ok
"Ar, kita latihan. Lu mau kemana?" tanya Samuel melihat sahabatnya itu malah pergi."Tar gue balik lagi.""Mau ngapain dulu sih?""Ke panjalu beli tahu bulat.""Hah? Ngapain ke Panjalu?""Mau tau aja lu, perut ulat.""Anjiim dia lagi pantun," ucap Samuel membiarkan Gala pergi dari ruangan latihan basket.Dimana di sana tertahan karena melihat pelatih. “Mau kemana, Ar?""Keluar sebentar, Pak. Nanti ke sini lagi kok.""Jangan lama lama, mau nganterin cewek doang kan?""Eh, bapak tau aja," ucap Gala kembali melangkah meninggalkan guru olahraganya itu.Gala mengedarkan pandangannya, sepertinya kelas 12 IPA sudah pulang. Dilihatnya jam, ini sudah pukul empat sore.Sampai Gala ingat dia memiliki nomor Cantika, dan menghubunginya. Sebelumnya Gala dipanggil oleh kepala sekolah untuk mempersiapkan pertandingan, jadi dia melupakan Cantika."Hallo?" tanya Cantika dari sana."Centini, kau dimana?""Di perpustakaan.""Belum pulang?""Belum, aku meminjam beberapa buku dulu.""Tunggu aku di sana," u
Gala baru pulang sekolah dimana langit sudah gelap. Dia sangat kelelahan karena berlatih basket.Tidak ada jawaban. "Mommy?""Tuan muda, anda sudah datang? Ingin disiapkan makan malam atau mandi dahulu?" tanya pelayan itu."Dimana Mommy?"Pelayan itu tidak menjawab, sampai akhirnya Mentari yang menuruni tangga sambil minum jus berkata, "Nyonya sibuk bersama Tuan Besar di kamar.""Ugghhhh Daddy," gumam Gala kesal, dia benar benar merindukan Mommy nya akhir akhir ini. apalagi dirinya disibukan oleh kegiatan di sekolah. "Kau sudah pulang les?""Kalau aku belum pulang, lalu siapa yang sedang bicara denganmu, Bodoh?""Tari." Gala mendekat. "Kau tidak berfikir Daddy akan membuat adik untukku lagi bukan?""Tidak," jawab Mentari yang membuat Gala tenang. "Daddy membuat adik untukku.""Aku ingin adik perempuan, aku tidak bisa bermain. dengan kalian berdua.""Kau bisa bermain denganku, ayo main lagi.""Tidak mau, terakhir kali kau bermain denganku, kau memukulku dengan diapers Oma.""Itu salahm
"Kenapa kau terlihat begitu murung?" tanya Gala yang melihat wajah adiknya itu. "Ada apa?"Mentari hanya menghela napas sambil mengaduk susu."Kenapa?""Jangan mengganguku!""Aku bertanya padamu. Ini malam minggu, kenapa kau murung? Bukankah biasanya senang besok akan jalan jalan bersama temanmu itu?!"Mentari kembali menarik napas dalam. "Aku ada les, jadi besok tidak jadi.""Ah, pantas saja kau menyebalkan," ucap Gala kembali melanjutkan langkah."Kau mau kemana?" Tanya Mentari.Tidak dijawab, membuat Mentari kesal dan melemparkan bantal sofa hingga Gala hampir terjatuh. Pria itu membalikan badannya seketika dan menatap kesal adik perempuannya. "Aku mau keluar, kau tahu kemana aku pergi setiap malam minggu atau hari llibur."Mentari mengerucutkan bibirnya menahan kesal, dia merasa sedih ditinggal sendirian di rumah. "Mommy dan Daddy sedang berkencan, Alden bermain dengan Oma dan mungkin sekarang sudah tidur. Apa yang harus aku lakukan?""Biasanya juga kau memiliki kesibukan.""Arin
Gala menatap tidak percaya sosok penjaga sekolah yang sedang mencuci wajahnya. Ternyata bukan setan perak, melainkan penjaga sekolah yang menggunakan masker wajah berwarna perak hingga berkilauan."Lagian, Pak. Kalau pakai masker itu mulut sama kelopak matanya tidak perlu. Ya mana saya tahu bapak ini manusia, apalagi seluruh wajah sampai leher memakai masker. Itu warna maskernya juga sama kayak penambal panci ibu saya."Penjaga itu sibuk mencuci wajahnya."Bapak juga kenapa pakai daster? Kenapa tidak pakai seragam? Atau bapak lagi cosplay jadi setan di sini? Itu beneran penambal panci, Pak? Yang dijadikan masker?"Cantika menepuk bahu Gala mendengar pria itu mengatakan hal tersebut."Apa? Aku bicara jujur," gumam Gala.Dan penjaga sekolah itu berbalik. "Saya pakai seragam, De. Di dalem sini. Saya sengaja kalau maskeran selalu pakai daster biar gak belepotan kemana mana. Biar gak kotor seragamnya.""Terus keliling sekolah dengan penampilan seperti itu?" tanya Gala. "Bapak bisa bikin or
Semua orang berdiri di dalam kelas XII IPA 2 itu sebagaimana yang disuruh oleh guru."Tidak ada yang boleh duduk sebelum ada yang menjawab betul soal di depan."Semuanya saling berbisik bisik."Minggu kemarin kalian bilang sudah paham, Bapak kasih tugas dirumah masa tidak ada yang betul? Ini yang tidak mengerjakan juga kenapa? Kemarin libur kemana saja?" tanya guru tersebut. "Siapa yang mau mengisi nomor terakhir? Tidak ada yang bisa menjawab tidak boleh duduk."Dan saat itulah Cantika memberanikan diri mengangkat tangannya."Anak baru, ayo kerjakan. Siapa namamu?""Cantika, Pak.""Ya, Cantika. Coba kerjakan."Cantika dengan modal otak dan ingatan dari minggu kemarin, dia mencoba mengerjakan soal sebagaimana dia mengerjakan di dalam buku tugasnya.Dan sampai angka terakhir Cantikamenyelesaikannya dia mendapat topuk tangan dari menyelesaikannya, dia mendapat tepuk tangan dari guru tersebut. "Nah lihat, contoh Cantika. Belajar darinya yang belum paham. Sekarang semuanya duduk.""Terima