Andro melangkah lebar menuju gerbang, dimana di sana ada seorang wanita yang benar benar membuatnya kesal. Tatapan Andro tajam, dia tidak paham bagaimana cara wanita itu berpikir.Saat Andro datang, jelas Elizabeth tersenyum."Pergi dari sini," ucapnya menyeret tangan Elizabeth menjauhi gerbang dan melepaskannya di sana. "Pergi dari sini dan jangan ganggu aku lagi. Apa yang sebenarnya kau inginkan?"Elizabeth malah tersenyum. "Bisakah kau beri aku pekerjaan?""Apa?" tanya Andro tidak percaya. Wanita itu datang hanya karena pekerjaan."Tolong berikan aku pekerjaan, aku yakin ada banyak lowongan untukku di perusahaanmu.""Tidak ada, perusahaanku tidak menerima wajah sepertimu.""Aku akan operasi plastik kalau perlu."Andro tertawa tidak percaya, Elizabeth benar benar tidak peka. "Pergi dari sini sebelum aku menyuruh satpam menyeretmu.""Aku hanya ingin pekerjaan darimu.""Tidak ada pekerjaan. Dengar. Eliiii-”"Senang rasanya kau memanggil namaku lagi."Andro terdiam tidak percaya, tern
"Cat, come here!" teriak Gala ketika anjing besarnya kembali. Dia tersenyum dan mengusap kepala anjingnya penuh kasih sayang. "Apa kau suka?"Anjing itu menyahut dengan gonggongan.Gala tertawa, dia membawa Cat ke belakang dan menyuruhnya bermain di areanya sendiri. "Terima kasih, nanti aku panggil lagi jika ada kecoa." Ucapnya pada si anjing.Gala kembali ke dalam rumah untuk menemui adiknya, dia melihat Mentari yang sedang bermain main dengan slime. Tapi baunya aneh, membuat Gala menahan diri untuk masuk kamar. "Eooohhh, apa itu?""Jangan ganggu," ucap Mentari tanpa mengalihkan perhatiannya.Membuat Gala bergidik, dia memilih menemui pengasuhnya dan memintanya untuk menghubungi Prabu. Pengasuhnya melakukannya, dia melakukan panggilan video call.Sambil menunggu jawaban dari pamannya, Gala duduk sambil minum jus mangga dan kue coklat."Hallo,.........," sahut Prabu saat panggilan terhubung.Memperlihatkan wajah pamannya yang berwarna hitam, hal itu membuat Gala heran. "What is that?"
Akhirnya Andro menyerah membuat slime, dia juga baru sadar jika seharusnya tidak mengikuti instruksi Mentari untuk membuat slime sebagai hadiah."Um, Tari Sayang, Daddy rasa bukan ide yang bagus membuat slime sebagai hadiah.""Daddy hanya malas bukan?"Andro mengangguk, dia menatap jam yang sudah malam. "Ini waktunya tidur, besok ada pelajaran bukan?""Tari bisa bangun tepat waktu meski belgadang."Andro mengantuk, tapi dia tidak tega meninggalkan anaknya sendirian. Alhasil dia mengikuti kmauan anaknya.Sampai akhirnya selesai membuat slime yang dipenuhi glitter hingga menyerupai warna ungu luar angkasa yang sangat cantik."Astaga, ini sangat indah. Tapi nanti Uncle menggunakannya untuk apa, Tari Sayang?""Untuk mainan bayinya."Seketika Andro tersenyum, dia memiliki alasan. Setidaknya Prabu tidak bisa marah nantinya."Ide yang bagus, Tari. Sekarang waktunya tidur. Come on."Setelah membungkusnya dalam bentuk kaca yang cantik, dengan dibalut pita berwarna hitam."Tari ingin digendong.
Sepasang suami istri itu menatap kedua anaknya yang hendak berangkat ke sekolah. Mereka berlarian dengan kaki kecil mereka, membuat Andro maupun Raya tersenyum di sana.Senakal nakalnya Gala dan secengeng cengengnya Mentari, mereka berdualah alasan rumah ini menjadi hangat.Andro tersenyum kemudian mencium puncak kepala istrinya, dengan tangan mengusap calon bayi mereka yang ada dalam kandungan."Hangat sekali.""Pelukanku?" tanya Andro yang percaya diri. "Terima kasih, Sayang.""Bukan, tapi hatiku yang hangat.""Karena ciumanku? Aku bisa melakukannya setiap hari."Raya malah tertawa, dia memberikan kecupan di pipi suaminya sebelum kembali ke dalam.Andro yang masih percaya diri dan mengira hati istrinya menghangat karena dirinya itu ikut masuk ke dalam. Dia membantu istrinya membereskan barang belanjaan.Jika dirinya ada di rumah, Andro selalu meminta asisten rumah tangga melakukan pekerjaan di luar rumah seperti di tanam. Alasannya jelas supaya dia dan istrinya bisa bermesraan di ma
"Tidak sembarangan orang bisa membawa makanan sebanyak ini Tuan. Anda tahu, itu sebabnya pelayan yang lain tidak bisa.""Terima kasih, kau yang terbaik. Bagaimana Prabu dan istrinya?""Mereka sudah pergi.""Acara belum selesai bukan?"Hans mengangguk. "Abda paham bagaimana Tuan Prabu.""Cih, dia pemain wanita. Kau lihat Oma?""Saya lihat tadi, Nyonya beaar membuntuti Tuan Prabu.""Aduh gawat," ucap Andro segera pergi."Anda mau kemana, Tuan!"Andro tidak menjawab. Dengan membawa keranjang berisi makanan, dia mencari Oma takut Oma malah mengganggu Prabu. Andro takut Oma akan mengarahkan Prabu terlalu detail.Dan ketika belok di koridor, kening Andro berkerut melihat sosok bongkok yang sedang mengintip di balik tembok. Andro berjalan mendekat dan menyentuh punggungnya perlahan."Dragon," ucap Oma terkejut sambil menoleh ke belakang. "Andro! Dasar cucu tengik!""Apa yang sedang Oma lakukan?”"Shhhttttt... lihatlah."Andro ikut mengintip dan menatap ada kakeknya Prabu yang sedang merokok
"Aunty sangat baik," ucap Gala yang duduk di kursi belakang bersama Mentari memuji istri Prabu.Raya dan Andro yang duduk di bangku mobil depan itu hanya mendengarkan percakapan kedua anaknya sambil asyik memakan cokelat."Dia cantik dan baik, sepelti Thali."Gala tertawa. "Thali baik jika berbagi cokelat ini.""Aaaaa kembalikan!" teriak Mentari saat coklatnya direbut.Apalagi Gala mengangkat tinggi tangannya. "No! no!"Dala!""Kau bilang kau baik.""Aku baik jika Dala meminta baik juga."Dan saat mendengar suara getir anaknya yang menahan tangis, baru Raya bereaksi, "Gala....""Oke, Mommy," ucapnya mengembalikan makanan milik adiknya.Andro tersenyum melihatnya dari kaca spion. "Tidak ada kedamaian dalam satu hari pun.""Kau akan kesepian jika mereka tidak ada.""Kau melihatnya tadi, Sayang?""Apa?" tanya Raya sembari menyuapi suaminya kue kering."Tatapan Prabu pada istrinya."Raya mengangguk, dia mengingat pertemuannya mereka di hotel tadi. Prabu terlihat sangat mencintai istrinya
Andro tertawa. "Aku sudah menghancurkannya tau.""Siapa bilang hanya ada satu? Oma membeli lagi untuk istrinya Prabu, dan untuk berjaga jaga Oma juga membeli untuk Ria.""Oma!"Andro tersenyum secara terpaksa melihat anak anaknya berlarian enggan tidur, itu membuat kepalanya terasa pusing. Apalagi ini sudah lewat malam dan anak anak belum juga tidur, semua ini didalangi oleh Oma."Oma," panggil Andro.Oma malah bersenang senang berperan sebagai putri Diana yang sedang bertamu di rumah-rumahan milik Mentari, dipandu oleh ultramen yang tidak lain adalah Gala."Oma," panggil Andro lagi. "Oma.""Apa?" tanya Oma langsung menghilangkan raut wajah bahagianya saat menatap Andro. "Kau tidak sopan mengganggu tuan putri.""Daddy, itu tidak sopan. Putli Diana sedang beltamu di lumah kita."Andro hanya tertawa. “Ini sudah malam, Oma.""Besok mereka libur bukan?""Yesssss!" teriak Gala yang sedang berkeliling sebagai ultramen.Andro menatap kamarnya dimana istrinya berada di dalam sana. "Daddy, du
Raya mengerutkan keningnya sambil melihat jam, Oma belum juga datang sesuai jam yang dijanjikan."Oma kenapa belum datang?" tanya Raya pada dirinya sendiri. Dia berbalik menatap Andro yang ternyata sedang asyik memainkan game di ponsel."Sayang, bukankah kamu harus bekerja?""Tidak, aku baru akan pergi saat Oma datang.""Oma tidak mengangkat telponku, apa sesuatu terjadi?""Tenang saja, Oma mungkin sedang menghitung uang yang kita berikan kemarin."Bukannya tenang, Raya malah khawatir. Dia tidak bisa menghubungi ponsel Oma. Dan salah satu ide muncul di benak Raya, dia akan memesankan sesuatu sehingga saat Oma datang dia akan senang."Sayang, kau akan pesan sesuatu?""Bagaimana kau tau?" tanya Raya yang masih memegang ponsel dan bahkan belum memesan.Andro tertawa. "terlihat dari bibirmu yang digigit, kau selalu melakukan itu saat sedang akan memesan makanan."Raya menghembuskan napasnya kasar. "Kamu juga mau sesuatu, Sayang?""Ya, pesankan aku ayam goreng.""Bagaimana dengan rapatmu?"