Hingga suara pintu yang tertutup membuat kelopak mata Alana membuka perlahan. Kini kedua benda yang bulat dan bening itu telah berkaca-kaca.
“Baru saja aku merasa senang melihat kamu yang bersikap baik mau menolongku, Andra. Tapi sekarang kamu sudah buat hatiku sakit lagi dengan menjatuhkan harga diriku. Kenapa kamu senang sekali mempermainkan perasaanku?” Alana bergumam pelan. Tatapannya nyalang dan lurus ke depan.
Setelah menghembuskan napasnya dengan kasar, Alana memilih bangkit berdiri. Meski pergelangan kakinya sedikit berdenyut. Tetapi ia masih bisa berjalan ke kamar mandi.
Ya. Seperti yang Andra katakan. Tubuh Alana memang sudah basah dan kotor dengan pasir. Jadi Alana harus segera membersihkan dirinya agar tak terlihat menjijikan di hadapan lelaki itu.
Cahaya pagi yang masuk melalui celah-celah kamar membuat bola mata Alana mengerjap. Lalu kedua mata bulatnya itu mulai terbuka secara perlahan.“Andra!” namun Alana memekik terkejut saat mendapati Andra juga tidur di sofa yang sama dengannya. Kedua tangan Andra melingkar di pinggang Alana yang ramping. Sedang wajah mereka begitu berdekatan hingga napas Andra yang teratur terasa menerpa wajahnya.‘Jadi semalam Andra tidur di sofa ini denganku? Pantas saja aku bermimpi Andra memelukku. Rupanya Andra memang memelukku dalam tidur.’ Alana bergumam dalam batinnya.Tanpa sadar Alana melengkungkan senyumnya saat melihat wajah tampan Andra yang tampak tenang dari jarak sedekat ini.Lelaki yang biasanya terlihat ketus dan tanpa perasaan itu, kini wajahnya terlihat begitu polos saat terlelap. Meski rahangnya tetap nampak tegas.“Jam berapa sekarang?” Alana terkejut mendengar Andra yang tiba-tiba bersuara.
Kini mereka sudah duduk berdampingan di dalam kursi pesawat. Sabuk pengaman pun sudah membelit perut mereka dengan aman. Makanan juga telah mengisi perut mereka yang kosong.Tapi sejak tadi, tak ada satu pun dari mereka yang membuka suara. Andra dan Alana hanya saling bergeming. Sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.Bedanya, Alana tersenyum menatap kearah jendela pesawat sambil memikirkan Rehan. Sedangkan wajah Andra tak tampak sebaris pun senyum di bibir lelaki itu.‘Terimakasih Tuhan. Akhirnya aku pulang juga ke Jakarta. Aku akan memeluk Rehan lagi. Dua hari saja di bali rasanya sudah seperti setahun. Tapi sekarang aku akan bisa melepas kerinduanku pada Rehan dan ibu.’ batin Alana.Andra menopang sebelah pipinya dengan tangan kanan. Lalu ia mengusap wajahnya dengan gusar.‘Aku masih penasaran dengan sosok lelaki yang ada di sekeliling Alana. Sebenarnya ada berapa lelaki dalam hidup wanita itu? Siapa Rehan? Dan siapa pula Da
Andra hanya menoleh pada ibunya itu, lalu mengedikkan bahu. “Tentu saja aku sudah menidurinya, Ma. Alana ‘kan pernah menjadi istriku dulu. Kalau aku belum pernah menidurinya, mungkin dia masih tetap perawan hingga saat ini.”Seketika Nita langsung menarik napas lega setelah mendengar kalimat Andra barusan.‘Hah, syukurlah. Berarti Andra memang tidak melakukan apapun dengan wanita murahan itu selama mereka berada di bali. Karena kalau sampai Andra menyentuh Alana. Aku takut Alana akan hamil. Cuih. Mana sudi aku memiliki cucu dari rahim wanita miskin seperti Alana.’ batin Nita berdecih.“Sudahlah, Ma. Aku sangat pusing. Apa Mama bisa pergi meninggalkanku untuk istirahat sebentar?” pinta Andra mengusir Nita secara halus.Nita menghembuskan napas kasar. Tapi ia tak urung bangkit dari duduknya.“Ya sudah. Kamu istirahat saja. Tapi ingat satu hal, Andra. Mama tidak mau kejadian Tuan Arwen yang k
Ya. Andra yang sekarang adalah seorang lelaki yang lebih menyukai warna-warna netral dalam segala hal. Baik itu berpakaian sekalipun.Bagi Andra, warna netral lebih menggambarkan dirinya yang tak lagi memiliki warna dalam hidup. Andra sudah kehilangan warna cerah dalam hidupnya delapan tahun silam. Dan semenjak itu, Andra mulai membenci sosok dirinya yang dulu.“Kira-kira sedang apa wanita itu malam ini?” gumam Andra bertanya-tanya setelah tubuhnya berbaring telentang di atas ranjang. Sedang matanya lurus menatap pada langit-langit kamar. Tentu saja wanita yang dimaksud Andra adalah Alana.“Apa Alana masih mengingat malam-malam kami selama di bali kemarin? Apa dia juga masih mengingat sentuhanku?” tanya Andra lagi. Kedua tangannya terlipat di bawah kepala. Andra menjadikannya sebagai bantal.Sebaris senyum tipis terukir di bibir Andra kala membayangkan bagaimana ia menikmati tubuh Alana dan menyusuri setiap inchi
“Inilah hadiahnya.” Danu sengaja membuka kotak beludru itu di depan Alana. Rehan dan Winarti kembali saling melempar senyum.Alana terdiam dan menatap Danu dengan tatapan keberatan untuk menerimanya.“Maaf, Alana. Ini hanya cincin yang ku hadiahkan khusus di hari ulang tahunmu. Aku memberikannya murni hanya untuk itu. Bukan karena apapun. Jadi aku mohon.. jangan tolak pemberianku ya,” pinta Danu yang akhirnya membuat Alana menghela napas lega.‘Hah, aku pikir Danu mau melamarku di hadapan ibu dan Rehan. Tapi rupanya Danu memberikan cincin ini hanya sebagai kado ulang tahun saja. Syukurlah. Karena jika Danu benar-benar melamarku di hadapan ibu ataupun Rehan. Aku tidak bisa membayangkan apa yang harus ku lakukan nantinya.’ Alana bergumam dalam hati.“Baiklah. Aku akan menerima hadiah darimu ini. Terimakasih banyak untuk semua yang telah kamu lakukan dalam hidupku. Baik dulu maupun sekarang. Aku tid
Setelah berfoto dan menghabiskan kue ulang tahun, kini Alana dan Danu tengah mengobrol di ruang tamu. Obrolan mereka kali ini tampak hangat. Bahkan sesekali Alana akan tertawa atau tersenyum menggeleng-gelengkan kepalanya saat Danu mulai mengajaknya berseloroh.Winarti sedang tidur siang. Sementara Rehan sendiri sibuk dengan kamera milik Danu. Menatap satu per satu foto hasil jepretannya sambil tersenyum.“Ibuku menitip salam untukmu dan Rehan. Katanya dia juga merindukan Rehan. Bahkan ibuku sering bertanya, kapan Alana akan datang lagi ke jogja dan membawa Rehan untuk berkunjung ke rumah kita?” Danu bercerita sembari menirukan ucapan ibunya yang mana sudah menganggap Rehan seperti cucunya sendiri.Alana tersenyum. Hatinya terenyuh mendengar cerita Danu.“Tidak menutup kemungkinan jika suatu saat nanti mungkin aku akan datang kembali ke jogja. Tapi bukan untuk pulang. Karena tempatku yang sebenarnya adalah di Jakarta. Jogja hanyalah sebu
Ya. Andra sengaja sekali mencari tahu alamat rumah Alana pada seorang HRD di perusahaannya. Lantas Andra memesan buket bunga yang mewah, dan cokelat yang paling enak dan tentu saja mahal untuk Alana.“Bahkan aku masih mengingat kesukaanmu sampai detik ini. Cokelat memang manis, Alana. Tapi apa kamu masih bisa menelannya jika tahu cokelat itu dariku? Aku jadi membayangkan akan bagaimana reaksimu? Apakah kamu akan membuang semua hadiah pemberianku, atau justru tetap menerimanya.” Andra masih menyunggingkan senyum miring di wajahnya.Matanya menyipit menatap pada langit yang tempak terang di atas sana. Andra jadi tidak sabar ingin segera menelpon Alana, dan memberitahukan kalau ialah yang memberikan kejutan itu.Tapi tentu saja Andra akan sambil mengucapkan selamat ulang tahun dengan bahasa yang paling manis untuk Alana. Mantan istri yang sudah membuat hidupnya hancur berantakan.***“Hallo, Vir? Aku mau tanya. Apa yang n
“Kamu sedang apa? Kenapa kamu terlihat gelisah seperti sedang memikirkan sesuatu? Apa kamu sedang ada masalah, Alana? Kamu bisa cerita sama aku kalau kamu mau.” Danu tetap berdiri di tempatnya. Tak berani masuk ke dalam kamar Alana di saat Rehan tak sedang ada di sana.Alana menggelengkan kepala sambil memaksakan senyumnya. Lantas ia berdiri menghampiri Danu.“Sungguh, Alana. Aku tak akan keberatan jika menjadi tempatmu menceritakan segala keluh kesah. Aku akan setia mendengarnya agar beban di hatimu berkurang.” Danu kembali menawarkan dirinya.Danu tahu sekali jika ada sesuatu yang tidak beres dengan Alana. Wanita itu sedang menyembunyikan sesuatu namun enggan mengatakannya. Danu hanya ingin membuat Alana merasa lega, itu sebabnya ia menawarkan diri.‘Danu sangat peka. Dia selalu tahu saat aku sedang ada masalah. Tapi aku tidak mungkin mengatakannya pada Danu. Cukup aku yang menelan sendiri perlakuan Andra padaku