Share

Puaskan Aku!

Penulis: Syifa Safaah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Andra  mendengus tak percaya. Lalu ia membalikan tubuhnya melangkah kearah pintu. Alana pikir Andra akan pergi dari kamarnya. Tetapi ternyata Alana salah besar. Andra justru menutup pintu kamar hotelnya dengan rapat, kemudian menguncinya. 

“Kenapa kamu mengunci pintunya, Andra?!” tanya Alana dengan wajah panik.

Andra menoleh dan menampilkan senyum miring.

“Agar tidak ada satu orang pun yang akan mengganggu kita. Bukankah tadi malam kesenangan kita belum tuntas, Alana?” Andra  berjalan semakin mendekat menuju ranjang tempat dimana Alana berada.

Dengan waspada, Alana beringsut mundur dan menepikan punggungnya pada hardboard ranjang. Sambil menekuk lututnya dengan kedua tangan.

“Janga

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Cara Balas Dendam

    Andra menatap lurus ke depan. Ia tak mengelak akan tuduhan Nita, ataupun membenarkannya.‘Andra!’“Sudah dulu ya, Ma. Aku belum sarapan dan siang ini harus melakukan pertemuan lagi dengan klien-ku.”TUT!Tanpa menunggu sahutan dari ibunya, Andra langsung memutuskan sambungan telponnya begitu saja. Setelah itu Andra bangkit dari sofa dan ia menarik napas pelan. Kini matanya menatap pada cermin yang ada di hadapannya.“Apa yang Mama bilang itu memang benar, Ma. Aku dan Alana sudah melakukan hubungan suami istri lagi. Aku sudah kembali menyentuhnya. Dan sialnya, tubuh Alana justru membuatku makin haus dan merindukan sentuhannya lagi,” gumam Andra sambil berkaca pinggang dan m

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Transfer setelah Melayani

    Selang beberapa saat, pelayan hotel wanita itu sudah kembali dengan membawa nampan di tangannya.“Satu pastry, segelas susu hangat, satu cangkir kopi pahit dan setangkup roti.” pelayan itu menaruh makanan yang ia sebut satu per satu di atas meja. “Apa ada lagi yang ingin dipesan?” tanya pelayan itu pada Alana dan Andra.Namun keduanya menggeleng.“Tidak. Sudah cukup ini saja. Terimakasih banyak,” jawab Alana sambil melemparkan senyum ramah. Pelayan hotel itu mengangguk dan ia kembali pamit.Kini Andra dan Alana mulai sibuk dengan makanan yang ada di depan mereka masing-masing. Andra menyeruput kopi pahitnya yang masih beruap. Sedang saat ini tidak ada yang bersuara di antara mereka.

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Pulang dari Bali

    “Emh, Maaf Mr. James. Tapi besok pagi aku dan Pak Andra harus kembali ke Jakarta,” jawab Alana dengan tidak enak.James langsung mendesah kecewa.“Kalian akan pulang besok? Kenapa secepat itu? Oh, ayolah. Ini bali. Sayang sekali jika kalian menikmati waktu hanya dua hari saja di bali. Lagipula aku masih ingin mengenalmu lebih jauh, Alana. Sepertinya kamu adalah partner bisnis yang sangat menyenangkan.” James berkata seolah ia tak melihat Andra ada di depannya.Atau mungkin James hanya menganggap Andra sebagai sebuah patung yang bisanya hanya diam membisu.“Sekali lagi aku minta maaf Mr. James. Tapi kedatangan kami ke bali bukan untuk liburan. Kami datang ke sini murni karena tujuan untuk urusan bisnis semata. Selain itu, pekerjaa

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Andra dan Alana

    “Ck! Ceroboh sekali! Bagaimana bisa kamu terjatuh begini. Ayo bangun!” Andra berdecak saat ia berjongkok di depan Alana. Tangannya terulur untuk membantu Alana berdiri.Namun Alana menampiknya dengan pelan.“Tidak perlu. Terimakasih. Mau aku jatuh atau tidak pun. Tidak usah memerdulikan itu!” Alana mencoba bangkit berdiri, namun ia kembali terjatuh lagi. Sepertinya pergelangan kakinya yang kemarin terkilir, kini mulai terasa sakit lagi.“Siapa juga yang peduli padamu. Dengar ya, kalau bukan karena kamu itu sekretarisku yang tenaganya sangat ku butuhkan. Mana sudi aku menolongmu!” Andra menatap Alana dengan mengatakan ucapannya setegas mungkin.Padahal tentu saja Andra berbohong. Sebab kenyataannya hati lelaki itu nyaris copot han

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Senang Mempermainkan Perasaan

    Hingga suara pintu yang tertutup membuat kelopak mata Alana membuka perlahan. Kini kedua benda yang bulat dan bening itu telah berkaca-kaca.“Baru saja aku merasa senang melihat kamu yang bersikap baik mau menolongku, Andra. Tapi sekarang kamu sudah buat hatiku sakit lagi dengan menjatuhkan harga diriku. Kenapa kamu senang sekali mempermainkan perasaanku?” Alana bergumam pelan. Tatapannya nyalang dan lurus ke depan.Setelah menghembuskan napasnya dengan kasar, Alana memilih bangkit berdiri. Meski pergelangan kakinya sedikit berdenyut. Tetapi ia masih bisa berjalan ke kamar mandi.Ya. Seperti yang Andra katakan. Tubuh Alana memang sudah basah dan kotor dengan pasir. Jadi Alana harus segera membersihkan dirinya agar tak terlihat menjijikan di hadapan lelaki itu.

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Tidur Bersama Andra

    Cahaya pagi yang masuk melalui celah-celah kamar membuat bola mata Alana mengerjap. Lalu kedua mata bulatnya itu mulai terbuka secara perlahan.“Andra!” namun Alana memekik terkejut saat mendapati Andra juga tidur di sofa yang sama dengannya. Kedua tangan Andra melingkar di pinggang Alana yang ramping. Sedang wajah mereka begitu berdekatan hingga napas Andra yang teratur terasa menerpa wajahnya.‘Jadi semalam Andra tidur di sofa ini denganku? Pantas saja aku bermimpi Andra memelukku. Rupanya Andra memang memelukku dalam tidur.’ Alana bergumam dalam batinnya.Tanpa sadar Alana melengkungkan senyumnya saat melihat wajah tampan Andra yang tampak tenang dari jarak sedekat ini.Lelaki yang biasanya terlihat ketus dan tanpa perasaan itu, kini wajahnya terlihat begitu polos saat terlelap. Meski rahangnya tetap nampak tegas.“Jam berapa sekarang?” Alana terkejut mendengar Andra yang tiba-tiba bersuara.

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Apa Kamu Meniduri Alana?

    Kini mereka sudah duduk berdampingan di dalam kursi pesawat. Sabuk pengaman pun sudah membelit perut mereka dengan aman. Makanan juga telah mengisi perut mereka yang kosong.Tapi sejak tadi, tak ada satu pun dari mereka yang membuka suara. Andra dan Alana hanya saling bergeming. Sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.Bedanya, Alana tersenyum menatap kearah jendela pesawat sambil memikirkan Rehan. Sedangkan wajah Andra tak tampak sebaris pun senyum di bibir lelaki itu.‘Terimakasih Tuhan. Akhirnya aku pulang juga ke Jakarta. Aku akan memeluk Rehan lagi. Dua hari saja di bali rasanya sudah seperti setahun. Tapi sekarang aku akan bisa melepas kerinduanku pada Rehan dan ibu.’ batin Alana.Andra menopang sebelah pipinya dengan tangan kanan. Lalu ia mengusap wajahnya dengan gusar.‘Aku masih penasaran dengan sosok lelaki yang ada di sekeliling Alana. Sebenarnya ada berapa lelaki dalam hidup wanita itu? Siapa Rehan? Dan siapa pula Da

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Candu pada Alana

    Andra hanya menoleh pada ibunya itu, lalu mengedikkan bahu. “Tentu saja aku sudah menidurinya, Ma. Alana ‘kan pernah menjadi istriku dulu. Kalau aku belum pernah menidurinya, mungkin dia masih tetap perawan hingga saat ini.”Seketika Nita langsung menarik napas lega setelah mendengar kalimat Andra barusan.‘Hah, syukurlah. Berarti Andra memang tidak melakukan apapun dengan wanita murahan itu selama mereka berada di bali. Karena kalau sampai Andra menyentuh Alana. Aku takut Alana akan hamil. Cuih. Mana sudi aku memiliki cucu dari rahim wanita miskin seperti Alana.’ batin Nita berdecih.“Sudahlah, Ma. Aku sangat pusing. Apa Mama bisa pergi meninggalkanku untuk istirahat sebentar?” pinta Andra mengusir Nita secara halus.Nita menghembuskan napas kasar. Tapi ia tak urung bangkit dari duduknya.“Ya sudah. Kamu istirahat saja. Tapi ingat satu hal, Andra. Mama tidak mau kejadian Tuan Arwen yang k

Bab terbaru

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   TAMAT- Aku Tetap Milikmu

    Yang seketika membuat Alana menelan ludahnya. Alana lalu menggigit bibir. Tentu saja ia mengerti dengan apa maksud dari perkataan Andra barusan. Andra mempertanyakan apakah ia sudah boleh menyentuh Alana lagi malam ini? Ya. Karena setelah kelahiran Alin, Andra sama sekali belum buka puasa. Ia berusaha menahannya hingga Alana siap.“Belum..” cicit Alana pelan. Membuat Andra menghela napasnya. “Jahitannya belum kering. Jadi kita belum bisa melakukannya malam ini,” dusta Alana pada Andra.Karena sebenarnya jahitanya sudah kering. Alana bahkan sudah siap jika Andra ingin menyentuhnya. Hanya saja, Alana sengaja mengerjai Andra.Alana sengaja membohongi Andra karena ia sudah mempersiapkan sebuah kejutan untuk suaminya itu.“Begitu ya? Ya sudah. Tidak apa-apa,” ucap Andra meskipun terdengar helaan pelan yang keluar dari mulutnya.Alana menangkup kedua tangan Andra yang masih memeluk perutnya.“Kamu ti

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Rindu Alana

    Waktu berlalu begitu cepat. Tanpa terasa kini usia Alin sudah memasuki bulan ketiga. Alin sudah pintar mengoceh dan mengemut tangannya sendiri. Kadang ia akan menjambak pelan rambut Andra dan Rehan saat Papa dan kakaknya itu menciumi wajahnya.“Alin! Sayang! Berapa kali Papa bilang, berhenti mengemuti tanganmu seperti ini. Tadi ‘kan sebelum berangkat ke taman, kamu sudah minum susu yang banyak dari Mama Alana. Perut kamu pasti sudah kenyang ‘kan? Jadi sekarang hentikan mengemut tangannya ya!” Andra menarik tangan Alin yang mengepal dan masuk ke dalam mulutnya.Andra tidak ingin Alin terbiasa melakukan itu. Tapi yang namanya bayi berusia tiga bulan. Tentu saja dia tidak akan mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Papanya.Berulang kali Andra menarik tangan Alin dari mulut mungilnya, berulang kali pula Alin tetap memasukan tangannya itu ke dalam mulut lagi.Hingga akhirnya Andra menyerah. Ia menghembuskan napasnya pelan.“B

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Alindra

    Kening Alana berkerut menatap pada suaminya."Alindra?" ulang Alana.Dan Andra langsung mengangguk mantap."Ya. Alindra. Alindra Wijaya. Dia akan menjadi seorang perempuan yang kuat dan berhati lembut. Dia akan pintar dan berwawasan luas. Dia juga akan tumbuh menjadi orang yang penuh kasih sayang. Semua orang akan memanggilnya dengan sebutan Alin!" ujar Andra menuturkan.Membuat Alana yang mendengarnya kini menarik kedua sudut bibirnya ke samping.Hingga membentuk sebuah senyuman."Alindra Wijaya? Aku setuju. Nama yang sangat indah," ucap Alana.Kemudian ia mengelus pipi mungil Alin yang masih sibuk menyusu--di dadanya."Hei, Alin! Ini Mama! Kata Papa, mulai sekarang nama kamu adalah Alin, ya. Nanti kamu akan bertemu dengan kakak Rehan. Juga dengan kedua nenek kamu. Kakak Rehan pasti akan senang saat melihat kamu yang secantik ini!" ujar Alana.Ya. Rehan adalah salah

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Kelahiran Bayi Kedua

    “Emhh.. Maaf Pak Andra! Mr. Steve! Saya mau pamit ke kamar kecil dulu sebentar. Boleh?” tanya Vani dengan wajah sungkan.Yang kemudian langsung diangguki oleh Andra dan Mr. Steve.“Tentu saja boleh. Silakan Vani!”Vani mengangguk. Lalu ia bangkit berdiri sambil meraih ponselnya. Kaki Vani terus bergerak menjauhi meja itu. Lantas ia berhenti ketika berada di dekat kamar kecil.Vani segera saja mengangkat panggilan dari Nita.“Hallo Nyonya Nita! Mohon maaf saya baru mengangkat telpon Anda. Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?” tanya Vani setelah menempelkan ponselnya di telinga kanan.‘Kenapa ponsel Andra tidak aktif? Sejak tadi saya menghubungi ponsel Andra sampai berpuluh-puluh kali. Tapi tidak satu pun yang tersambung. Jadi saya menghubungimu. Mana Andra?! Saya mau bicara dengannya?’ tanya Nita dari seberang telpon.Pertanyaan Nita itu seketika membuat Vani menggigit bibirnya. Ia tergugu dan

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Tak Perlu Bahas Masa Lalu

    Sambil memegangi kepalanya dengan sebelah tangan, Andra menatap Alana dengan alis yang bertaut.“Kenapa kepalaku dijitak?” tanya Andra dengan memasang wajah sok polos.Alana berkaca pinggang di hadapannya. “Aku melakukan itu agar isi otak suamiku tetap waras. Ini sudah malam ‘kan? Kalau aku yang mandikan, bisa-bisa kita menghabiskan waktu berjam-jam di dalam kamar mandi itu. Karena aku sudah tahu betul dengan apa yang ada di dalam pikiranmu!” Alana berkata dengan tegas. Dan dagunya terangkat kearah Andra.Andra mengusap wajahnya dengan sebelah tangan, kemudian ia menghembuskan napasnya pelan. Lalu matanya menatap Alana lurus.“Hhh.. padahal aku sudah membelikanmu bunga. Tapi aku tidak mendapatkan balasan apa-apa,” gumam Andra pelan.Namun gumaman itu masih bisa terdengar dengan jelas di telinga Alana. Hingga membuat kedua bola mata Alana melebar dan ia mendelik kearah suaminya.“Oh! Jadi kamu sengaja membe

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Suami Genit

    Membuat Alana dan Rehan sama-sama tersenyum mendengarnya.“Oh iya. Apa PR-nya Rehan sudah selesai?” tanya Andra yang melemparkan tatapanya ke arah buku tulis milik Rehan.“Sudah, Pa. Kalau untuk PR-nya, aku sudah mengerjakannya tadi. Sekarang hanya tinggal belajar membaca saja. Karena besok ada tes membaca oleh Ibu Guru,” sahut Rehan menjawab. Dan Andra mengangguk-anggukan kepalanya.“Oh begitu. Baiklah. Berhubung sekarang Papa sudah pulang ke rumah. Jadi bagaimana kalau Papa saja yang membantu kamu belajar membaca? Kamu mau?” Andra menaruh tas kerjanya di atas tempat tidur Rehan. Kemudian ia bertanya pada bocah kecil itu.“Mau Pa! Rehan mau!” seru Rehan dengan senang. Sampai ia mengangkat kedua tangannya ke atas hingga Andra terkekeh menggeleng-gelengkan kepalanya.Namun Alana menatap Andra dengan mengerutkan keningnya.“Tapi, Andra. Kamu ‘kan baru pulang dari kantor. Pasti k

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Mengajari Berbohong

    “Apa pensil warnanya sudah? Jangan sampai ada yang tertinggal, Rehan!” Alana sedang mengecek perlengkapan sekolah Rehan yang ada di tas anak itu.“Sudah Rehan masukan semuanya, Ma? Isi tasku sudah lengkap, ‘kan?” Rehan balas bertanya pada Alana yang duduk di tepi ranjang sambil meneliti isi tas anak lelakinya itu.Pagi ini Alana memang langsung mendatangi Rehan ke kamarnya. Hal yang selalu menjadi kebiasaan Alana. Ia selalu memeriksa PR Rehan dan isi tas bocah itu. Alana takut jika sampai ada yang tertinggal di rumah.Merasa semuanya sudah lengkap, Alana menganggukan kepalanya lalu ia memberikan tas itu kembali ke tangan Rehan.“Ternyata semuanya sudah lengkap. Kalau begitu kemarikan sisirnya. Biar Mama yang sisirkan rambut kamu!” pinta Alana menengadahkan tangannya pada Rehan.Namun Rehan menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Tidak usah, Ma. Rehan sudah besar sekarang. Mama tidak perlu lagi menyisiri rambut R

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Ingin seperti Papa

    Malam ini, Andra sedang duduk di kursi yang terletak di balkon kamarnya. Tampak kaki kanannya tertumpang di kaki kiri. Dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, Andra mengamati lamat-lamat buku-buku tebal yang ia pangku di atas—paha.Yang sedang Andra baca itu tentu saja sebuah buku bisnis.Ketika itu Rehan datang dengan membawa snack di tangannya. Bocah kecil itu melangkah mendekati Papanya yang langsung menoleh dan tersenyum begitu melihat Rehan.“Hei! Papa pikir kamu sudah tidur?” Andra tersenyum pada Rehan sembari melepas kacamatanya dan menaruhnya di atas meja.“Belum, Pa. Rehan tidak bisa tidur.” Rehan kini menghempaskan pantatnya di kursi yang ada di depan Andra.“Kenapa kamu tidak bisa tidur? Apa kamu sudah minum susu hangatnya dari Bik Sumi?” tanya Andra kemudian ia menaruh buku tebalnya juga di atas meja. Untuk bergabung dengan kacamatanya.Rehan mengangguk sebagai j

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Istri yang Manis

    Kini Andra dan Alana sudah ada di mobil. Alana mengerutkan keningnya menatap kearah jendela di sampingnya, benaknya berpikir kemana Andra akan menjalankan mobilnya ini?Andra bilang, mereka akan pergi jalan-jalan. Tapi Andra belum memberitahunya kemana tujuan mereka sebenarnya.Sementara Andra sendiri tampak fokus menyetir sembari tatapannya tajam ke depan sana.“Andra!”“Hmm?” Andra berdeham, melirik sekilas kearah Alana yang duduk di sampingnya. Sebelum kemudian kembali memusatkan pandangannya ke jalanan.“Sebenarnya kamu mau bawa aku ke mana?” Alana tak bisa menahan diri untuk tidak menanyakan hal itu. Ia sungguh penasaran.Tapi Andra hanya menahan senyumnya. Melihat Alana yang menatapnya dengan pandangan penuh tanya, membuat Andra merasa geli.“’Kan sudah ku bilang, kalau aku mau membawamu ke sebuah tempat yang akan membuatmu senang melihatnya. Karena it

DMCA.com Protection Status