Happy Reading*****Ashwin menggerakkan kedua bahunya. "Coba kamu tanya Zakaria. Siapa sebenarnya Wibisana dan bagaimana sepak terjang orang yang kamu cintai itu? Jangan sampai kamu menyesal karena sudah menyerahkan segalanya pada lelaki seperti dia," ucap sang pemilik rumah.Dari tempatnya berdiri, Zakaria menatap aneh tante yang sudah dianggapnya ibu. Sejak kemaatian kedua orang tuanya, papanya Oza itu sudah menganggap Ashwin dan Hasna sebagai orang tua. Ashwin adalah satu-satunya saudara dari mendiang sang ayah. Dia juga satu-satunya keluarga yang dimiliki. Tidak ada kerabat lainnya."Kenapa dengan WIbisana, Om?" Zakaria makin penasaran, pasalnya beberapa hari lalu dia sempat melihat sekilas Hasna berbocengan dengan sang sahabat. Saat itu, Oza juga melihat dan bertanya. Namun, bapak satu anak itu tak menyangka jika hubungan keduanya sampai sejauh ini. "Coba tanya pada tantemu," kata Ashwin enteng. Dia melangkah meninggalkan keduanya menuju kamar tamu. Melihat Ayumi masih terlelap
Happy Reading*****"Om Ashwin?" tanya Ayumi. Sang gadis berada cukup dekat dengan lelaki tersebut, jika Ayumi menggerakkan kepala sedikit saja, maka dipastikan bibir sahabat ayahnya akan menempel di pipi."Apa kamu juga dekat dengan Wibisana?" ulang Ashwin dengan pertanyaan yang lebih tegas serta tertuju pada nama lelaki bajingan itu."Saya tidak mengerti dengan pertanyaan itu," jawab Ayumi tanpa menoleh pada lawan bicaranya. "Jika kamu tidak mengerti, mengapa kalimat yang kamu ucapkan tadi seolah mengenal Wibisana." Pertanyaan itu begitu menuntut. Terus terang, Ashwin jengkel dengan sikap sang Don Juan yang sok kecakapan. Merasa banyak wanita bisa ditaklukkan."Saya berkata demikian bukan berarti mengenal dia, kan?" Ayumi maju dua langkah, lalu berbalik supaya bis menatap lawan bicaranya. "Kalimat sebelumnya yang saya keluarkan, terucap karena saya merasa pernah bertemu dengan lelaki itu.""Di mana?" Pertanyaan Ashwin makin menuntut."Apa penting saya mengungkapnya?" Ayumi sengaja
Happy Reading *****Zakaria gelagapan, bingung harus menjawab apa, sedangkan Ayumi malah mengerutkan kening. Si gadis sama sekali tidak mengetahui maksud aneh dari perkataan Ashwin. Bagaimana bisa seseorang yang selalu menghina seperti Zakaria cemburu."Om salah paham," sahut papanya Oza setelah beberapa saat terdiam."Salah paham bagaimana? Om cuma bertanya, Zak. Kemarahanmu pada Ayumi sangat tidak beralasan, jika karena faktor usia. Om rasa banyak kok pasangan yang menikah, meskipun usia mereka terpaut cukup jauh. Bukankah pernah ada yang viral juga bahkan ada kakek-kakek yang berusia lebih tua dari Om, menikahi seorang gadis belasan tahun," kata Ashwin, "Om tidak terlalu tua jika dibanding mereka. Jadi, wajar jika menikahi gadis seperti Ayumi.""Tapi, Om." Raut wajah si lelaki tampak keberatan. Sementara itu, Ayumi tetap diam. Pikirannya bertarung dengan hati. "Mana mungkin seorang Pak Zakaria cemburu. Siapa aku? Selama ini, dia memang tidak pernah menyukaiku. Semua selalu salah.
Happy Reading*****"Kalau bukan sugar baby, lalu apa?" tanya sang perempuan yang tak lain adalah Rika. Seseorang yang mengamati keduanya sejak tadi, berjalan mendekat. Lelaki itu bahkan merangkul Rika dengan mesra di hadapan Ayumi. "Berani kamu datang ke sini," ucapnya sinis. "Saya tidak tahu di pesta ini ada Bapak juga. Kalau sebelumnya Om Ashwin memberikan info, mungkin saya akan menolak." Perkataan si gadis berjilbab cukup tenang walau hatinya begitu bergumuruh hebat. Ayumi merasa seperti ada sesuatu yang akan terjadi. Berharap dalam hati, jangan sampai si kecil Oza ada di pesta tersebut. Namun, harapan itu sepertinyaq akan sia-sia."Papa!" teriak seorang bocah. Ayumi menghela napas panjang. Sepertinya, apa yang dia takutkan benar-benar terjadi. Bocah itu tidak akan melepaskannya seperti kejadian yang sudah-sudah. Hendak berbalik, Oza malah menyapa gadis tersebut. "Kakak cantik ada di sini? Apa Papa yang mengundang?" Wajah mungilnya tampak bersinar. Si bocah melirik Zakaria se
Happy Reading*****"Lancang kamu menampar Ayumi," bentak Ashwin, "pantas jika Oza tidak pernah menyukaimu. Ternyata perangai aslimu seperti ini."Rika mundur beberapa langkah karena ketakutan dengan kemarahan Zakaria. Jika bukan Ashwin yang mencegah pergerakan tangan keponakannya tadi. Niscaya pipi mulus Rika akan memerah oleh bekas tamparan kekasihnya sendiri."Siapa dia sebenarnya? Bukankah, hanya wanita simpanan?" Rika menatap Ashwin tajam. Tak sekalipun ada rasa bersalah sama sekali."Hormati dia sebagai calon tantemu jika kamu benar-benar ingin menikah dengan Zakaria," perintah Ashwin. Wajahnya benar-benar serius tak terbantahkan."Om sadar tidak? Ayumi itu bukan perempuan baik-baik. Aku bahkan mendengar jika dialah yang menjadi sebab perceraian antara Inara dan Yovie.""Heh!" cibir Ashwin, "Om lebih tahu perempuan mana yang baik untuk dijadikan istri. Anak sekecil Oza saja tahu mana yang tulus dan baik. Lalu, kenapa sebagai orang dewasa dan memiliki pemikiran serta logika yang s
Happy Reading ***** Ayumi berdiri. Dia merasa perkataan Ashwin begitu meremehkannya. "Terserah Om saja. Apa yang sudah saya putuskan, tidak akan pernah saya sesali. Tolong jangan menyimpulkan apa yang belum pasti kebenarannya." Gadis itu berlalu, meninggalkan Ashwin. Terus berjalan meninggalkan rumah Zakaria. Sempat bersitatap dengan sang pemilik rumah ketika di halaman, Ayumi tak menggubris panggilan Oza. "Pa, kenapa sama Kak Ayumi?" Oza menarik lengan Zakaria yang terbengong menatap kepergian si gadis. Melihat putranya, lelaki itupun berkata. "Papa tidak tahu, Boy." "Apa Kakak dimarahi sama Kakek?" tanya si kecil lebih lanjut. Zakaria mengerakkan kedua bahunya. "Sudahlah, mungkin kakak cantikmu lelah. Kebetulan, ayahnya Kak Ayumi sedang di rawat di rumah sakit. Jadi, dia harus bolak balik untuk merawat beliau." "Kok, Papa tahu?" tatapan Oza penuh selidik. "Dua hari lalu, Papa bersama kakek menjenguk beliau. Kebetulan, ayahnya Kak Ayumi adalah teman akrab Kakek," jelas Zakari
Happy Reading*****"Aku tidak mau kalau tiga hari lagi, Mbak. Setidaknya, kita laksanakan wasiat itu setelah tujuh hari," protes Ayumi. "Jadi, kamu bersedia menikah dengannya?" tambah sang Bunda."Insya Allah, Bun. Jika memang sudah takdirnya begini," ucap Ayumi pasrah."Bunda akan berbicara pada Ashwin. Semoga saja dia mau menunggu sampai tujuh hari ke depan," putus Juhairiyah pada akhirnya.Tujuh hari telah berlalu, sekarang mau tidak mau Ayumi harus mengabulkan permintaan sang Ayah yang telah berpulang. Walau dada terasa begitu sesak, tetapi perempuan berjilbab dengan tinggi 155 cm dan berkulit kuning langsat tersebut tetap tersenyum menyongsong masa depan dan status yang sebentar lagi berubah.Masih jelas diingatan bagaimana penolakan keponakan calon suaminya yang merupakan salah satu pemegang saham di tempat kerja Ayumi, dulu. Zakaria mengejek bahkan kembali melontarkan kata hinaan. Walau beberapa hari ini hubungan mereka membaik karena kejadian di hari ulang tahun si kecil, te
Happy Reading*****"Iya, aku. Kenapa?" Zakaria menggerakkan kedua alisnya, naik turun.Menoleh ke arah Ashwin, Ayumi menggerakkan kepala dan mata. Namun, lelaki paruh baya tersebut malah mengangkat kedua bahunya. Bibir si gadis mencebik. "Kenapa bingung, Nduk?" tanya Juhairiyah."Bun," panggil Ayumi. Suaranya terdengar bergetar. Kentara sekali jika dia gugup saat ini."Apa, sih? Tidak jelas gitu," sahut Zakaria, "kalau ada yang mau ditanyakan ngomong aja." Dia kembali memainkan alisnya."Kok dia makin tidak jelas begitu. Kenapa sekarang jadi bawel banget? Ada apa sama Pak Zakaria?" kata Ayumi dalam hati.Semua orang tersenyum sambil menutup mulut melihat dua orang di depannya yang tengah berdebat."Bapak itu yang tidak jelas. Acara hari ini bukan permainan. Tidak lucu tahu." Ayumi kembali menatap Ashwin yang terkikik mendengar perkataannya. "Om, katakan sama Pak Zakaria. Dia tidak boleh seperti ini. Kalau menghina, hina saja aku. Tapi, jangan jadikan acara sakral sebagai candaan.""