Happy Reading*****"Tidak perlu menyebar fitnah," ucap Rika, "memangnya kamu kenal sama Wibisana?""Aku memang tidak kenal sama Wibisana, tapi aku kenal siapa wanita yang sedang dekat dengannya saat ini.""Apa ... apa maksudmu?" tanya Inara dengan wajah pucat dan bibir bergetar."Coba tanya pada wanita di sebelahmu. Apa maksud perkataanku tadi. Bukankah dia juga begitu dekat dengan Wibisana."Seperti bom waktu, perkataan Ayumi membuat ledakan begitu hebat di hati Inara. Tak berbeda jauh dengan mantan istri Yovie, Rika juga kaget ketika rivalnya demikian. Tak menyangka jika akan ada yang mengetahui hubungan gelapnya denga Wibisana."Mulutmu terlalu berbisa, berani menuduh sembarangan," bantah Rika. Setelahnya, dia menatap kedua sahabatnya bergantian. "Bukankah kita bertiga sudah dekat dengan Wibisana sejak dulu?"Ayumi tersenyum mendengar kebohongan Rika. "Harusnya, kamu tahu. Kedekatan apa yang aku maksudkan tadi," katanya, "sudahlah. Kenapa aku harus capek-capek ngurusi kalian bert
Happy Reading*****Seorang perempuan cantik, berumur di atas ketiga perempuan yang sejak tadi berdebat, terlihat menggandeng tangan Wibisana dengan mesra. Tak canggung sama sekali walau usianya terpaut jauh dari si lelaki bahkan mereka berdua terlihat seperti ibu dan anak. Inara mulai tak tahan melihat pemandangan di depannya. Dia pun melangkah mendekati Wibisana dengan wajah marah penuh kecemburuan. "Siapa dia, Bi?" tanya Inara mengagetkan lelaki parlente di depannya.Kelopak mata terbuka sempurna dengan mulut sedikit menganga, Wibisana melirik perempuan paruh baya di sebelahnya yang tak lain adalah Hana. "Siapa, Sayang?" tanya Hana.Wibisana memutar bola mata malas. "Dia calon istriku," jawabnya."Kalau dia calon istrimu, lalu aku siapa?" Inara dan Hana berkata berbarengan.Diam sejenak, menetralkan detak jantungnya yang berlompatan. Wibisana tersenyum kecut. "Tenang, Sayang. Aku bisa menjelaskan semuanya."Tangan merangkul pundak Hana, Wibisana menatap Inara marah. "Bisa tidak
Happy Reading *****"Lho, Om? Kok, bisa ada di sini?" tanya Zakaria heran. Pasalnya, lelaki itu mengatakan akan keluar kota selama seminggu, tetapi baru dua hari sudah terlihat lagi."Om terpaksa pulang lebih cepat. Niat semula akan menemui Hana, tapi ternyata tantemu itu sibuk dengan berondongnya.""Kenapa mencariku?" tanya Hana sinis."Baca chat-ku. Pabrik yang aku berikan padamu akan dijual oleh lelaki ini. Dia benar-benar bajingan tengik yang akan menghisap seluruh harta dan uangmu," ucap Ashwin.Wibisana tertawa. "Sayangnya, bukan aku yang menjual pabrik itu. Tapi, Hana sendirilah yang menginginkan.""Tapi, kamu tidak harus membodohinya, kan? Pembeli itu bukan orang lain melainkan dirimu sendiri yang menggunakan nama salah satu perempuan yang sedang menjadi targetmu selanjutnya. Kamu kira aku bodoh? Tidak semudah itu membohongi orang tua sepertiku, anak muda," kata Ashwin lantang. Hana menatap Wibisana tak percaya. "Tega kamu melakukan semua ini, Bi. Selama ini, aku benar-benar
Happy Reading*****Mengendarai motor skuter miliknya, gadis berumur 26 tahun dengan rambut lurus, tertutup jilbab tiba di depan gerbang rumah. Senyum terkembang ketika melihat mobil yang biasanya digunakan sang ayah bekerja sudah terparkir rapi di bagasi sebelum dirinya pulang. Ayumi Kusuma Dewi pemilik nama tersebut melangkah penuh kebahagiaan setelah memarkirkan motor. Jarang sekali melihat keberadaan sang ayah di jam seperti sekarang. Hati si gadis merasakan bahagia yang luar biasa apalagi mengingat percakapan dirinya dan sang kekasih sebelum pulang tadi. Namun, langkahnya terhenti ketika suara keras terdengar. Ayumi terdiam di ambang pintu masuk rumahnya. Salam yang tadi diucapkan teredam oleh perkataan keras sang ayah. "Bunda jangan gegabah dengan keputusan ini. Semua bisa kita bicarakan baik-baik. Sudah puluhan tahun kita hidup bersama. Apa kata anak-anak jika kita sampai bercerai," ucap seorang lelaki paruh baya memasuki usia 58 tahun. Tulang-tulang Ayumi rasanya patah menj
Happy Reading*****Mengambil headset dan memasangnya di telinga, Ayumi mencoba menghalau suara yang makin mengeras dari perdebatan orang tuanya. Suara azan magrib berkumandang menghentikan aksi si gadis. Selesai salat, gadis itu bangkit. Bayangan wajah Fathin, saudara perempuannya terlintas. Ayumi meraih ponsel dan mencoba menghubungi ibu satu anak tersebut. Di rumah, terasa sesak akibat pertengkaran orang tuanya yang tak kunjung reda. "Kenapa Mbak Fathin tidak mengangkat telponku? Biasanya dia selalu standby dengan HP-nya. Apa sebaiknya aku pergi ke rumahnya saja," gumam Ayumi. Ragu jika tiba-tiba datang berkunjung ke rumah saudara perempuannya. Ayumi kembali mendengar pertengkaran Ayah, bundanya. Menutup telinga dengan kedua tangannya supaya tak mendengar pertengkaran mereka lagi. "Pusing kepalaku kalau terus-terusan mendengar keributan mereka," ucap Ayumi. Segera mengambil tas dan keluar kamar. Ayumi bahkan tidak pamit pada kedua orang tuanya. Perasaannya sangat kacau hari in
Happy Reading*****Melajukan motornya meninggalkan kediaman Fathin, Ayumi mencoba menghubungi lelaki kedua yang sangat dia hormati setelah sang ayah. Namun, berkali-kali melakukan panggilan, tak ada satu yang dijawab oleh lelaki pemilik nama Muhammad Gaza. Sepanjang perjalanan menuju rumah saudara tertuanya, Ayumi memikirkan keadaan Fathin. Kehidupannya sangat berbanding terbalik dengan cerita yang didengar oleh Ayumi. Saudara perempuannya itu selalu menceritakan kebahagian dalam rumah tangganya. Namun, apa yang dilihat sangat jauh dari bayangan kebahagiaan. Fathin ditindas dan diperlakukan sewenang-wenang oleh suami dan mertuanya. Entah berapa banyak rahasia lagi yang dimiliki oleh seluruh anggota keluarganya. Ayumi mengembuskan napas kasar. Sepanjang perjalanan, sang gadis memikirkan banyak hal. Dadanya begitu sesak dengan segala permasalahan keluarga yang tidak pernah diketahuinya. Sekitar sepuluh menit kemudian, Ayumi sampai di pelataran rumah Gaza. Rumah tidak berpagar memuda
Happy Reading***** Mengendarai motor tanpa tahu arah dan tujuan, sepanjang jalan Ayumi menangis. Memiliki keluarga utuh tanpa sedikitpun masalah, membuat gadis berumur 26 tahun tersebut terlena dan hampir lupa caranya bersyukur. Kini, jangka waktu kurang dari sehari semalam, semua berubah. Kebahagian yang dirasakan lenyap bahkan banyak kejutan tak terduga menghampiri."Ya Allah jika semua ini adalah teguran darimu karena hamba yang semakin menjauh. Maka, detik ini juga, hamba memohon ampun. Yakinkan hamba bahwa semua ini cuma mimpi dan ketika terbangun nanti, semua tidak pernah ada," ucap Ayumi sepanjang perjalanan yang entah menuju mana. Pulang ke rumah adalah hal yang tidak dia inginkan saat ini. Ayumi mencoba menghindari kedua orang tuanya. Merogoh saku gamisnya, gadis itu mengeluarkan benda pipih pintar miliknya. Sekali lagi mencoba menghubungi lelaki yang mengiriminya chat. Dia harus tahu alasan sesungguhnya sang kekasih memutus hubungan secara sepihak. Namun, sampai dering k
Happy Reading*****"Kamu bertanya apa alasannya. Coba berpikir sendiri. Mengapa aku sampai memutuskan ini." "Kenapa dibalikkan ke aku? Jika ada yang salah denganku, ngomong saja. Bukankah kita sering sharing berbagai hal selama ini. Aku siap mendengar keluh kesah Mas Prima dan akan memperbaiki jika memang akulah yang bersalah." Gadis berjilbab dengan kulit sawo matang itu masih berusaha membela diri. Hubungan dengan lelaki di depannya ini sudah sangat jauh baginya. Ayumi bahkan sangat yakin jika Prima adalah lelaki yang akan menjadi pelabuhan terakhir pencarian cintanya. "Cewek aneh, ngapain datang malam-malam begini. Tidakkah kamu tahu etika bertamu. Kamu itu perempuan, tidak pantas berkunjung malam-malam begini apalagi ke rumah seorang cowok." Nada bicara Prima meninggi, tidak biasanya lelaki itu berkata demikian.Sejatinya, cowok itu tengah mengalihkan perhatian Ayumi supaya tidak mengungkit permasalahan dan keputusan mengakhiri hubungan mereka secara sepihak. Ada ha yang tid
Happy Reading *****"Lho, Om? Kok, bisa ada di sini?" tanya Zakaria heran. Pasalnya, lelaki itu mengatakan akan keluar kota selama seminggu, tetapi baru dua hari sudah terlihat lagi."Om terpaksa pulang lebih cepat. Niat semula akan menemui Hana, tapi ternyata tantemu itu sibuk dengan berondongnya.""Kenapa mencariku?" tanya Hana sinis."Baca chat-ku. Pabrik yang aku berikan padamu akan dijual oleh lelaki ini. Dia benar-benar bajingan tengik yang akan menghisap seluruh harta dan uangmu," ucap Ashwin.Wibisana tertawa. "Sayangnya, bukan aku yang menjual pabrik itu. Tapi, Hana sendirilah yang menginginkan.""Tapi, kamu tidak harus membodohinya, kan? Pembeli itu bukan orang lain melainkan dirimu sendiri yang menggunakan nama salah satu perempuan yang sedang menjadi targetmu selanjutnya. Kamu kira aku bodoh? Tidak semudah itu membohongi orang tua sepertiku, anak muda," kata Ashwin lantang. Hana menatap Wibisana tak percaya. "Tega kamu melakukan semua ini, Bi. Selama ini, aku benar-benar
Happy Reading*****Seorang perempuan cantik, berumur di atas ketiga perempuan yang sejak tadi berdebat, terlihat menggandeng tangan Wibisana dengan mesra. Tak canggung sama sekali walau usianya terpaut jauh dari si lelaki bahkan mereka berdua terlihat seperti ibu dan anak. Inara mulai tak tahan melihat pemandangan di depannya. Dia pun melangkah mendekati Wibisana dengan wajah marah penuh kecemburuan. "Siapa dia, Bi?" tanya Inara mengagetkan lelaki parlente di depannya.Kelopak mata terbuka sempurna dengan mulut sedikit menganga, Wibisana melirik perempuan paruh baya di sebelahnya yang tak lain adalah Hana. "Siapa, Sayang?" tanya Hana.Wibisana memutar bola mata malas. "Dia calon istriku," jawabnya."Kalau dia calon istrimu, lalu aku siapa?" Inara dan Hana berkata berbarengan.Diam sejenak, menetralkan detak jantungnya yang berlompatan. Wibisana tersenyum kecut. "Tenang, Sayang. Aku bisa menjelaskan semuanya."Tangan merangkul pundak Hana, Wibisana menatap Inara marah. "Bisa tidak
Happy Reading*****"Tidak perlu menyebar fitnah," ucap Rika, "memangnya kamu kenal sama Wibisana?""Aku memang tidak kenal sama Wibisana, tapi aku kenal siapa wanita yang sedang dekat dengannya saat ini.""Apa ... apa maksudmu?" tanya Inara dengan wajah pucat dan bibir bergetar."Coba tanya pada wanita di sebelahmu. Apa maksud perkataanku tadi. Bukankah dia juga begitu dekat dengan Wibisana."Seperti bom waktu, perkataan Ayumi membuat ledakan begitu hebat di hati Inara. Tak berbeda jauh dengan mantan istri Yovie, Rika juga kaget ketika rivalnya demikian. Tak menyangka jika akan ada yang mengetahui hubungan gelapnya denga Wibisana."Mulutmu terlalu berbisa, berani menuduh sembarangan," bantah Rika. Setelahnya, dia menatap kedua sahabatnya bergantian. "Bukankah kita bertiga sudah dekat dengan Wibisana sejak dulu?"Ayumi tersenyum mendengar kebohongan Rika. "Harusnya, kamu tahu. Kedekatan apa yang aku maksudkan tadi," katanya, "sudahlah. Kenapa aku harus capek-capek ngurusi kalian bert
Happy Reading*****"Iya, aku," ucap seorang perempuan yang tak lain adalah Inara. "Lancang sekali kamu memutuskan untuk memecat karyawanku. Mentang-mentang sudah menikah dengan Zakaria." Wajah sombong Inara terlihat mendominasi seolah tak ingin ada seseorang yang mengalahkannya. Ayumi memegang pipinya yang terkena tamparan tadi. Bukan rasa sakit yang membuatnya ingin menangis, tetapi penghinaan Inara."Bukankah sudah menjadi peraturan perusahaan. Kenapa kamu malah melindungi karyawan yang bersalah dan tidak produktif sepertinya," jawab Ayumi. Dia menunjuk Prima dengan jari telunjuk sebelah kiri sangking jengkelnya pada lelaki tersebut."Berani kamu tidak menghormatiku?" ucap Inara. Merasa kalimat yang dikeluarkan lawan bicaranya kurang sopan apalagi panggilan yang tersemat tadi.Ayumi mengangkat bibirnya. Lalu, merotasi bola mata. "Untuk apa aku harus menghormati orang yang selalu menginjak-injak harga diri manusia lainnya. Dulu, aku masih bisa mentolelir karena Anda adalah atasan,
Happy Reading*****Oza berdiri dan mendekati Andini. "Coba sini lihat, Ma. Pasti ada kutu atau hewan yang menggigit Mama pas tidur tadi. Ini banyak sekali, lho, Ma," ucap si kecil."Teruskan PR-nya sama Mama biar. Papa mau nyariin obat supaya luka Mama tidak terlalu merah seperti ini." Zakaria berdiri dan meninggalkan keduanya."Aku tinggal dulu, Yang," bisik Zakaria, "selesai ngerjain PR Oza, segeralah kembali ke kamar. Aku lapar.""Lapar, ya, makan, Mas. Kenapa malah ke kamar?" tanya Ayumi dengan kening berkerut."Makannya bukan nasi, Sayang. Tapi, itu." Zakaria menunjuk sesuatu yang menggelantung pada tubuh sang istri. Bahkan lelaki itu sampai mengerlingkan mata."Dasar mesum. Sana pergi." Ayumi mendorong tubuh suaminya."Papa kenapa, Ma?" tanya Oza. Menggaruk kepala yang tak gatal. Ayumi tersenyum canggung. "Lanjutin saja PR-nya."*****Membuka mata, Zakaria tersenyum puas ketika melihat Ayumi masih berada dalam pelukannya. Semalam, lelaki itu sama sekali tak membiarkan istrinya
Happy Reading*****Ayumi benar-benar mendorong tubuh sang suami keluar kamar mandi. Lalu, menutup pintu dengan keras. Zakaria tentu saja sangat marah, dia pun merebahkan diri secara kasar pada ranjang dengan beberapa umpatan kekasalan."Kalau cuma untuk dibohongi seperti ini, harusnya tidak perlu menerima ciumanku tadi," kata Zakaria.Tubuh yang cuma terlilit handuk tanpa memakai dalaman sama sekali, tentunya cukup menyulitkan memadamkan gairah yang terlanjur membara. Suara pintu terbuka, terdengar. Zakaria menoleh.Jantungnya kini mulai berlompatan ketika menatap insan terindah di depannya. Sosok Ayumi berubah menjelma bak artis-artis korea. Rambut lurus dan panjang tergerai indah. Baju berbahan sutra potongan minim menempel erat membungkus setiap lekukan tubuhnya. Susah payah Zakaria menelan ludahnya sendiri. Sang lelaki terlalu terpesona dengan tampilan istrinya. Berjalan sangat pelan, Ayumi seperti mempermainkan pandangan dan hasrat suaminya. Bagaimana mungkin lelaki itu tidak t
Happy Reading *****"Jaga mulutmu!" bentak Zakaria, "Ayumi adalah istriku sekarang. Jangan sampai kamu dipecat gara-gara mulut rombengmu itu."Bukannya takut, Prima malah tersenyum miring. Mencemooh sikap Zakaria. "Ternyata, Bapak suka sekali barang bekas," ucapnya tanpa rasa takut.Bug ....Zakaria meninju wajah Prima dengan keras. "Siapa yang kamu maksud barang bekas? Apakah kamu tidak berkaca pada diri sendiri?""Mas sudah," pinta Ayumi. Dia bahkan menarik lengan Zakaria supaya tidak memukuli mantannya lagi.Kerumunan karyawan makin banyak. Bisik-bisik makin menggaung di telinga.Menatap semua orang yang ada di sana, Zakaria berkata, "Siapa pun yang berani mengatakan hal-hal buruk tentang Ayumi. Maka, kalian adalah musuh. Saya tegaskan sekali lagi bahwa Ayumi tidak memiliki hubungan apa pun dengan Pak Yovie. Dia tidak pernah menggoda bahkan merusak rumah tangga Pak Yovie dan Ibu Inara.""Seyakin itukah dirimu, Za?" ucap seseorang di belakang Prima."Tentu aku sangat yakin. Ayumi
Happy Reading*****Ayumi berusaha menghindar dari bisikan sang suami. Sungguh, ketika Zakaria membisikkan kata tersebut, dia merasa jijik. Teringat apa yang dikatakan si perempuan tadi jika semalam lelaki yang sudah menghalalkannya itu berbagi peluh dengan Selina."Yakinkan hatimu dulu, Pak. Benarkah Anda menginginkan saya?" tanya Ayumi kembali ke mode formal saat berbicara dengan Zakaria."Aku yakin dan sangat menginginkanmu, Sayang," bisik Zakaria."Jika benar begitu. Mari lakukan sesuai dengan tuntunan syariah. Kita lakukan semua sunah sebelum melakukan hubungan intim. Saya juga minta. Jika kita sudah melakukannya, maka jangan pernah ada kata bercerai. Berhenti bermain-main dengan banyak wanita. Saya tidak mau, melakukan hubungan intim dengan bekas banyak wanita."Tawa Zakaria menguar membuat Ayumi mengerutkan kening. "Kenapa malah tertawa?""Kamu menyebutku bekas. Memangnya aku barang?" Semakin mengeraskan suara. Zakaria sampai mengerlingkan mata sebelah kanan demi menggoda sang
Happy Reading*****Ashwin berhenti, menoleh pada sang keponakan. "Selesaikan masalahmu!" bentaknya. Tatapan Ashwin mengarah pada perempuan yang tadi duduk tak senonoh di pangkuan Zakaria."Om, jangan salah paham. Aku bisa jelaskan kenapa dia ada di sini," kata Zakaria."Terserah. Om, cuma mau kamu menghormati Ayumi sebagai istrimu. Almarhum ayahnya sudah mewasiatkan untuk menjaga dengan baik. Jangan kecewakan kami," bisik Ashwin. Mengangguk patuh, Zakaria menoleh pada perempuan yang berada di pangkuannya tadi. Ashwin pun pergi dari ruangan sang keponakan.Sejujurnya, ada hal penting yang akan dia bicarakan dengan Zakaria. Namun, melihat kelakuan sang keponakan, lelaki paruh baya itu terpaksa harus menunda semuanya. Dia akan mendiskusikan dengan Ayumi. Bagaimana pernikahan keduanya berlangsung."Kamu dengar? Jadi, sekarang pulanglah. Aku akan menyelesaikan urusan kita nanti." Zakaria melirik jam dinding. Hampir waktunya makan siang. Berpikir jangan sampai Ayumi mengetahui keberadaa